Gita seorang istri yang tidak begitu di anggap keberadaanya oleh sang suami, tapi karena cinta membutakan Gita, hingga akhir di saat ulang tahun pernikahan yang ke satu tahun Gita yang ingin memberikan kejutan pada sang suami justru ia yang terkejut karena.
tanpa sengaja Gita melihat perselingkuhan sang suami dengan ibu kandungnya sendiri. hari itu ia mendapatkan kado penghianat ganda.
karena shock Gita pergi keluar dan mengalami kecelakaan, disaat itulah ia di nyatakan meninggal tapi tiba tiba tetak jantungnya kembali.
tapi itu bukan Gita yang dulu karena tubuh Gita sudah di masuki oleh seorang ratu penguasa jaman kuno yang mati karena penghianat. dan kini berada di tubuh Gita.
ingin tau kelanjutannya yuk mulai baca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Dua minggu di Negara C terasa berjalan cepat dan lambat dalam waktu bersamaan bagi Keira.
Hari-harinya penuh dengan pencarian batu giok mentah, kunjungan ke pasar batu, dan diam-diam menggunakan kekuatannya untuk menyaring mana batu yang memiliki nilai sejati dan mana yang sekadar tampak menarik di luar.
Amanda, sahabatnya, selalu berada di sisi Keira, mencatat dan membantu dalam proses negosiasi serta pengiriman batu ke tempat transit yang akan dibawa pulang ke Indonesia. Mereka telah menandai hampir dua lusin batu giok dan safir mentah yang menurut Keira memiliki “cahaya batin”—ciri khas batu berenergi tinggi yang bisa dipotong dan menjadi permata bernilai luar biasa.
Namun, ada satu tempat yang masih belum mereka kunjungi, pasar batu tua di distrik timur. Tempat itu disebut-sebut sebagai lokasi berkumpulnya para pemburu batu tua, tempat berisiko tinggi namun bisa memberi keuntungan sepuluh kali lipat jika beruntung.
“Aku tahu tempat ini agak berbahaya,” ujar Amanda sambil menyipitkan mata pada papan petunjuk tua yang hampir tak terbaca. “Tapi kalau kamu yakin...”
Keira tersenyum percaya diri. “Aku merasa ada sesuatu di sana yang harus kutemukan.”
Pasar itu penuh sesak. Pedagang berteriak dalam bahasa lokal, menawarkan batu-batu kasar dengan harga murah maupun fantastis. Bau tanah, debu, dan logam bercampur di udara.
Keira menelusuri tiap lapak dengan hati-hati. Ia mengaktifkan kepekaan batinnya, seperti aliran hawa hangat dari telapak tangannya. Begitu ia menyentuh batu yang 'bernyawa', tangannya akan terasa hangat atau bahkan sedikit berdenyut.
Sampai akhirnya... dia merasakan getaran kuat dari sebuah batu kecil yang tampak biasa. Warnanya kusam, seperti lumpur kering. Namun, Keira tahu. Ini bukan batu biasa.
Ia membungkuk dan memegangnya lebih erat.
“Berapa harga batu ini?” tanyanya dalam bahasa lokal.
Pedagang tua mengangkat bahu, “Itu barang tak laku. Terserah kau.”
Saat ia hendak membayar, seseorang dari sisi lain meja tiba-tiba mencondongkan tubuhnya. “Saya juga mengincar batu itu.”
Keira menoleh. Seorang pria berdiri di sana—tinggi, berwajah bersih dengan tatapan tajam tapi tenang. Mengenakan jaket kasual dan membawa tas kamera di punggungnya. Wajahnya asing, tapi ada aura kuat yang entah kenapa membuat Keira waspada sekaligus penasaran.
“Saya sudah menyentuhnya lebih dulu,” jawab Keira datar.
Pria itu tersenyum tipis. “Kalau begitu, kita bagi dua?”
“Batu ini tidak bisa dibagi dua,” jawab Keira cepat. “Benda ini hanya punya satu pemilik.”
Sang pedagang memperhatikan keduanya, tampak bingung namun menikmati drama kecil yang terjadi.
Pria itu mengangguk kecil. “Baiklah. Saya mengalah. Tapi... boleh tahu kenapa kamu tertarik dengan batu itu?”
Keira tidak menjawab, hanya menatap mata pria itu dan berkata, “Aku punya perasaan kuat tentangnya.”
“Saya juga,” ucap pria itu sambil menyodorkan tangannya. “Rafael.”
Keira menatap tangan itu sesaat, sebelum akhirnya menerimanya. “Keira.”
Sentuhan singkat itu mengalirkan kehangatan aneh di antara keduanya. Keira menarik tangannya cepat-cepat, tapi ia sadar—ada sesuatu yang tak biasa dalam diri pria ini.
...----------------...
Beberapa hari setelah pertemuan itu, Keira beberapa kali bertemu Rafael di tempat-tempat yang tak sengaja, saat memilih alat pemotong batu, di toko kayu untuk tempat pajangan perhiasan, hingga di warung makan khas lokal.
“Apakah ini takdir atau kamu sengaja mengikutiku?” Keira akhirnya bertanya dengan nada curiga.
Rafael tertawa, suara baritonnya menenangkan. “Mungkin keduanya.”
Ternyata, Rafael adalah seorang fotografer sekaligus investor kecil di bidang batu permata. Ia sudah beberapa kali melakukan ekspedisi untuk mendokumentasikan tambang batu alam dan menjual foto-fotonya ke majalah bisnis internasional. Tapi menurut Rafael, kali ini bukan sekadar proyek foto.
“Aku merasa harus ke sini. Dan melihat kamu, membeli batu yang sama, aku yakin... aku datang bukan untuk batu itu saja.” jawab Rafael
Keira tercengang. Kata-kata Rafael nyaris menyentuh lubuk hati yang telah lama terkunci.
Namun, ia masih menjaga jarak. Karena hidupnya bukan hidup biasa. Ia punya kekuatan yang belum pernah dibagikan, dan rahasia besar tentang siapa dirinya yang tak bisa begitu saja dipercayakan.
Hari terakhir di Negara C, Keira berdiri di bandara kecil bersama Amanda dan Rafael. Pesawat pribadi milik Rafael, untuk mengangkut batu-batu mahal itu telah menunggu di landasan.
"Aku jadi penasaran siapa anda tuan, bagaimana bisa seorang fotografer bisa punya pesawat ini?" tanya Amanda curiga
"Tenang saja ini milik temanku dan dia mau meminjamkan padaku, sekalian pesawat ini akan menjemput keluarga mereka di Indonesia. Dari pada kosong bukan" jawab Rafael tenang dan Keira tau itu kebohongan tapi Keira hanya diam pura pura tidak tau
“Aku akan membuka toko perhiasan di Indonesia,” ucap Keira sambil tersenyum pada Rafael. “Dan batu itu... akan jadi permata pertamaku.”
“Aku akan datang,” jawab Rafael mantap. “Aku ingin melihat hasilnya... dan kamu.”
Keira hanya tersenyum, sebelum menaiki tangga pesawat. Dari balik kaca jendela, ia melihat Rafael masih berdiri di sana, menatapnya seolah berkata: Aku akan mencarimu lagi.
Dan entah kenapa, Keira percaya—pertanyaan tentang takdir, cinta, dan batu-batu bernilai itu baru saja dimulai.
Keira kembali ke Indonesia dengan segudang rencana. Dalam koper besarnya tidak hanya ada pakaian, tetapi juga catatan detail untuk toko perhiasan yang akan ia dirikan—dari konsep interior, pilihan etalase, hingga koleksi pertama yang akan ia luncurkan.
Dan tentu saja, ada puluhan batu mentah berharga yang telah diproses sebagian oleh pengrajin di Negara C, sementara sisanya akan dipotong dan dipoles oleh pengrajin lokal terbaik yang sudah ia seleksi sendiri.
Ia menamai tokonya: Ratu Batu.
Tidak ada yang tahu bahwa Keira adalah pemiliknya. Ia menggunakan nama perusahaan pihak ketiga untuk mendaftarkan toko itu dan hanya Amanda, sahabatnya, yang tahu peran besar Keira di balik layar. Bahkan teman-temannya di kantor desain interior tempat Keira bekerja, mengira ia baru pulang dari cuti biasa karena urusan keluarga.
Siapa pun yang melihat Keira tetap mengira ia hanya seorang perempuan muda biasa dengan kehidupan kantor yang sibuk dan hobi koleksi batu permata.
Namun, di balik semua itu... dunia mulai mengenal Ratu Batu sebagai toko eksklusif dengan batu-batu langka dan kualitas premium. Tak hanya cantik, beberapa perhiasan dikabarkan membawa keberuntungan luar biasa bagi para pembelinya. Dan tanpa mereka sadari, itu karena energi alam yang masih melekat di dalamnya—hasil sentuhan kemampuan Keira sebagai reinkarnasi ratu kuno penjaga batu alam.
Seminggu setelah peluncuran soft opening toko Ratu Batu, Keira menerima buket bunga dengan kartu kecil bertuliskan:
“Permata pertama yang kau pilih, tetap mengingatmu.” – R
Bersambung
sukses terus thor. . karya mu aku suka👍👍👍👍semangat😇😇💪💪💪