NovelToon NovelToon
Marriage Without Love

Marriage Without Love

Status: tamat
Genre:CEO / Tamat
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: Queisha Calandra

Trauma masa lalu, membuat Sean Alarick Aldino enggan mengulangi hal yang dianggapnya sebagai suatu kebodohannya. Karena desakan dari ibundanya yang terus memaksanya untuk menikah dan bahkan berencana menjodohkannya, Sean terpaksa menarik seorang gadis yang tidak lain adalah sekretarisnya dan mengakuinya sebagai calon istri pilihannya.
Di mata Fany, Sean adalah CEO muda dan tampan yang mesum, sehingga ia merasa keberatan untuk pengakuan Sean yang berujung pernikahan dadakan mereka.
Tidak mampu menolak karena sebuah alasan, Fany akhirnya menikah dengan Sean. Meskipun sudah menikah, Fany tetap saja tidak ingin berdekatan dengan Sean selain urusan pekerjaan. Karena trauma di masa lalunya, Sean tidak merasa keberatan dengan keinginan Fany yang tidak ingin berdekatan dengannya.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka akan berjalan? Trauma apakah yang membuat Sean menahan diri untuk menjauhi Fany?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 8.

Author's POV.

Bukan, bukan benci yang Fany rasakan kini setelah beberapa bulan hidup bersama Sean. Hanya saja perasaan gengsi kini lebih menguasai perasaan Fany pada Sean. Meskipun ia mengakui bahwa Sean tidak pernah protes dengan apa saja yang ia lakukan, tidak pernah melarang Fany untuk berbuat sesuka hatinya selama di dalam apartemen, tetap saja Fany merasa gengsi jika harus menunjukkan perasaan senangnya hidup bersama Sean.

Satu minggu setelah pernikahannya itu, Sean juga mengizinkan dirinya untuk kembali bekerja sebagai sekretarisnya lagi. Meskipun Keisha sudah melarang keras Fany untuk bekerja, tapi Sean telah berhasil membujuk ibunya agar membiarkan Fany bekerja dengan alasan bahwa Fany adalah pencemburu. Jadi, dengan kata lain Sean mengatakan pada Keisha bahwa Fany ingin kembali menjadi sekretarisnya agar ia bisa mengawasi pergerakan Sean selama di kantor maupun di rumah. Dan setelah alasan itulah akhirnya Keisha mengizinkan Fany untuk kembali bekerja, wanita tua itu justru merasa senang dengan alasan yang Sean buat.

Setiap hari, Fany selalu berangkat menggunakan taksi, ia menolak pergi bersama Sean dengan alasan bahwa identitasnya sebagai istri Sean tetap tersembunyi dari publik. Ia tidak ingin hubungannya dengan Sean diketahui oleh orang lain meskipun itu orang-orang kantor sekalipun. Cukup hanya dirinya dan keluarga mereka saja yang mengetahuinya.

Bagi Fany, Tidak begitu penting untuk memberitahu tentang statusnya dengan Sean saat ini. Yang ia perlukan hanyalah bekerja untuk mengusir kebosanan dirinya jika harus berdiam diri di dalam apartemen seorang diri.

"Fany, datang ke ruangan saya segera!" Ucap Sean melalui panggilan telepon, memberitahu istrinya bahwa ia memerlukan dirinya saat ini.

"Baik." Jawab Fany segera merapikan pekerjaannya dan meninggalkannya pergi ke ruangan Sean.

Beberapa teman Fany merasa agak curiga pada gerak-gerik Fany yang tidak memanggil Sean dengan panggilan "pak" Seperti biasanya. Tapi, melihat reaksi Sean pada Fany membuat mereka menepis kecurigaan mereka. Sean tidak memperlakukan Fany secara istimewa seperti yang mereka curigai.

"Ada apa, anda memanggil saya?" Tanya Fany setelah ia dipersilahkan masuk oleh suaminya sendiri.

"Duduk!" Perintah Sean tegas seperti biasanya. Fany pun mengikuti apa kata suaminya.

"Kamu periksa kembali laporan yang keuangan bulan lalu, sepertinya ada sedikit masalah yang harus kita cari tahu!" Ucap Sean. Meneliti laporan keuangan adalah hal paling membosankan. Jika boleh memilih, Fany pasti akan dengan senang hati jika Sean memintanya membuat laporan baru daripada meneliti kesalahannya. Tapi, apa boleh buat. Ini sudah menjadi tugasnya, menurut dengan perintah Sean.

"Baik." Jawab Fany mengambil berkas yang Sean berikan dan hendak pergi meninggalkan ruangan Sean.

"Tunggu!" Ucap Sean datar tanpa mengalihkan pandangannya dari pekerjaannya. Fany menoleh, menunggu pria itu melanjutkan kata-katanya. "Kerjakan disini sekarang juga!" Ucap Sean.

"Tapi, ini kan sudah hampir jam makan siang?" Protes Fany.

"Kerjakan saja apa yang ku suruh. Kau bisa makan siang disini bersamaku." Kata Sean. Fany mendengus pelan dan kembali duduk di depan Sean.

"Baiklah." Jelas terdengar dari nada bicaranya, saat ini Fany merasa kesal pada suaminya itu. Dan Sean yang menyadarinya pun tersenyum dalam diam.

Sean pun segera memesan makan siang untuk mereka berdua sambil melirik Fany yang sedang komat kamit menyalurkan sumpah serapah nya. Dan hal itu tentu saja membuat Sean agak gemas pada istrinya. Entah sejak kapan, ia jadi suka menggoda Fany yang sampai saat ini belum memberikan respon baik padanya. Sean pun juga begitu terhadap Fany meskipun ia tidak pernah berbuat kasar padanya.

Sean kembali fokus pada pekerjaannya dengan sesekali melirik Fany yang masih fokus membaca satu persatu laporan yang ada di depannya.

Ceklek.

"Hay, sayang! Sudah lama sekali aku tidak mengunjungimu, bagaimana kabarmu?" Seorang wanita berpakaian kurang bahan dan bertubuh seksi tiba-tiba masuk dan memecah keheningan. Fany yang agak kaget pun menatap wanita itu dengan tatapan yang mengisyaratkan bahwa dirinya terganggu dengan kedatangan wanita itu. "Ops, ya ampun, ada sekretarismu juga disini." Ujarnya lagi.

Sean pun tetap fokus ke pekerjaannya dan mengabaikan kedatangan wanita seksi itu. Fany menahan senyumnya melihat reaksi makhluk seksi yang terabaikan oleh Sean saat ini.

"Hey, Sean. Please! Ada apa denganmu?" Tanya wanita itu lagi sambil memegang bahu Sean.

"Singkirkan tanganmu!" Perintah Sean dingin membuat Fany hampir tidak bisa menahan tawanya. Apa selama ini Sean juga tidak mengatakan bahwa dirinya sudah menikah? Tapi kenapa Sean juga menolak sikap wanita itu padanya? Fany tidak tahu dan tidak mengerti maksud suaminya itu.

Tok Tok Tok.

Suara pintu diketuk dari luar, membuat ketiga insan di dalam ruangan itu pun menikah serentak ke arah yang sama.

"Biar aku yang buka." Ucap Fany sambil beranjak dari kursi dan berjalan menuju ke pintu cokelat itu.

"Selamat siang, saya mengantar makan siang yang dipesan pak Sean. Seseorang baru saja mengantarnya." Ucap salah satu pegawai Sean yang bekerja dibagian cleaning service yang tengah berdiri di depan pintu dengan dua kotak berisi makanan di dalamnya.

"Oh iya, tentu saja!" Begitu melihat ada dua kotak makanan yang dibawa pekerja itu, wanita seksi itu kemudian mengambil alih kotak itu tanpa mempedulikan reaksi Fany yang kaget dengan ketidak sopanan wanita seksi itu. "Sebaiknya kau keluar dan jangan ganggu kami berdua makan siang romantis!" Ucap wanita itu lagi pada Fany yang kembali menutup pintu ruangan Sean dan kembali duduk di kursi semula.

"Sean, lihat berapa tidak sopannya sekretarismu ini. Kau harus menyuruhnya keluar." Ucap wanita itu merengek pada satu-satunya pria di ruangan itu.

"Tidak perlu." Jawab Sean datar.

"Baiklah. Aku mana tahu jika kamu juga ingin memamerkan kemesraan kita." Ucap wanita itu lagi. Sean melirik Fany yang ternyata sudah kembali fokus pada pekerjaannya.

Kemudian Sean kembali fokus pada pekerjaannya dan mengabaikan apa saja yang dilakukan wanita berbody hot itu di sofa yang ada di belakangnya.

Semakin lama, Fany merasa terusik dengan keberadaan wanita itu yang menimbulkan kebisingan dengan ketukan langkah kakinya. Fany berniat memprotes suaminya agar mengusir wanita itu jika pekerjaannya ingin cepat selesai. Tapi, belum sempat Fany membuka bibirnya untuk memanggil Sean, sepasang mata cantiknya itu justru melihat wanita seksi itu sedang sibuk mencampurkan sesuatu ke dalam salah satu minuman yang baru dipesan Sean bersamaan dengan makanan tadi.

Saat wanita itu menoleh, Fany dengan cepat mengalihkan perhatiannya kembali ke pekerjaannya sehingga wanita itu tidak tahu bahwa Fany baru saja melihatnya. Kemudian, wanita itu datang mendekati Sean dengan minuman di cup yang sudah dibubuhi sesuatu olehnya.

"Sean, minum dulu. Jangan terlalu sibuk bekerja, terlalu gila bekerja tidak baik untuk kesehatanmu!" Ucap wanita itu sambil menyodorkan minuman itu pada Sean. Sean pun menerimanya karena memang dirinya merasa haus dan ingin segera minum.

"Sean jangan!" Ujar Fany menahan Sean agar tidak meminum minuman itu. Sean mengernyit dan menatap istrinya dengan tatapan bingung. "Jangan diminum! Dia baru saja memasukkan sesuatu ke dalamnya." Lanjut Fany. Sean menatap wanita di sampingnya itu dengan tatapan menuntut penjelasan.

"Jangan percaya padanya!" Ucap wanita itu.

"Heh, dasar perempuan tidak tahu malu, kau berani memfitnahku di depan Sean? Sebaiknya kau cepat keluar dan urus surat pengunduran diri!" Ujar wanita itu pada Fany.

"Diam! Kaulah yang pantas keluar dari sini, Liora!" Ucap Sean sekeras tembok dan sedingin kutup selatan.

Liora? Fany pikir nama wanita itu adalah Arinka, tapi fany segera ingat bahwa tidak mungkin wanita bernama Arinka itu berani muncul dihadapan Sean setelah perbuatannya yang berani meninggalkan Sean saat Sean memutuskan akan menikahinya. Jelas sekali bahwa Sean pasti juga akan kecewa pada Arinka.

"Sean. Kau jangan percaya pada wanita ini! Dia hanya sekretarismu yang bodoh. Dia hanya ingin merebutmu dariku." Ujar Liora berusaha membela dirinya meskipun ia tahu bahwa ia memang melakukannya.

"Diam! Keluar atau aku suruh satpam untuk menyeretmu keluar!" Ancam Sean.

"Baik, aku keluar." Ucap Liora dengan nada kesal. Sebelum ia benar-benar keluar dari ruangan itu, Liora berhenti tepat di samping Fany sambil melirik Fany dengan penuh kebencian. "Lihat saja apa yang akan kau dapatkan karena berani melawanku! " Ucapnya pelan dan hanya Fany yang bisa mendengarnya. Tapi, Fany tidak menganggapnya serius dan lebih menganggapnya sebagai wujud kekecewaan Liora padanya. Setelah Liora benar-benar keluar dari dalam ruangan itu, Fany tertawa kecil kemudian kembali menatap Sean.

Ternyata Sean juga tengah menatapnya, namun tatapan Sean begitu berbeda, tatapan yang sulit diartikan oleh Fany.

Perlahan, Sean melangkah mendekati Fany dengan wajah datanya. "Ka-kamu kenapa?" Tanya Fany gugup karena jarak mereka yang semakin dekat.

"Katakan! Kenapa kau menolongku?" Tanya Sean sedingin balok es.

"Tidak apa-apa." Jawab Tanya gelisah dengan posisi mereka yang semakin dekat dan ekspresi Sean yang terlihat begitu menyeramkan.

"Katakan, Fany! Kenapa kau menolongku?" Desak Sean lagi.

"Karena aku tidak mau jadi saksi kunci jika kau sampai mati karenanya." Ucap Fany. Sebenarnya ia juga tidak tahu mendapatkan jawaban seperti itu darimana. Yang jelas bukan itu jawaban yang sebenarnya Fany punya. Meskipun ia tidak tahu pasti apakah ia khawatir jika terjadi sesuatu pada Sean, tapi ia tidak ingin Sean sampai mengalami hal buruk.

"Bohong! Cepat katakan!" Ucap Sean lagi.

"Aku tidak berbohong. Lagipula jika kau sampai mati, aku akan kehilangan pekerjaanku, itu sangat merugikan bagiku." Ucap Fany.

"Bukankah bagus jika aku mati, kau akan menjadi janda dan terbebas dari pernikahan kita?" Ujar Sean terus mendekat hingga Fany berjalan mundur secara perlahan untuk menciptakan jarak diantara keduanya.

"Tapi, aku tidak mau jadi saksi atas kejadian tadi." Elak Fany lagi. Sean berhasil menghapus jarak mereka begitu bagian belakang tubuh Fany menyentuh tembok. Sean mengunci istrinya dengan kedua lengannya yang bertumpu pada tembok dikedua sisi Fany.

"Liora tidak akan mencampurkan apapun selain obat perangsang ke dalam minuman ku. Jadi, apa yang kau khawatirkan, kau hanya akan menjadi saksi panasnya percintaan kami andai saja kau tidak menghentikanku." Ucap Sean menatap intens kedua mata Fany yang menunjukkan kilatan kegelisahan.

"Hanya manusia bodoh yang ingin melihat adegan mesum kalian." Cecar Fany. Sean memicingkan alisnya sambil tersenyum mengejek istrinya.

"Jadi, kau tidak ingin melihat? Apa kau ingin menjadi pemerannya? Begitu?" Sinis Sean.

"Sampai kapanpun aku tidak akan uuuummpp...!" Fany tidak dapat melanjutkan kata - katanya karena tiba-tiba Sean membekap bibir Fany dengan bibirnya, pria itu mencium bibir istrinya untuk pertama kalinya dan itupun secara paksa dan agak brutal. cih sungguh memalukan, batin Sean.

Fany tidak Terima dengan tindakan Sean yang menciumnya dengan paksa dan sulit untuk melepaskan diri. Selain itu, itu adalah ciuman pertama bagi Fany. Ia tidak mau, ia tidak ingin Sean berbuat seperti itu padanya. Dengan sekuat tenaganya, Fany berusaha mendorong dada Sean agar pria itu menjauh dari tubuhnya. Tapi, kekuatannya tidak sanggup mengalahkan kekuatan Sean yang mungkin sudah berjaga - jaga dengan pemberontakan yang Fany lakukan.

Akhirnya Fany menangis, ia menangis bukan karena sedih, tapi ia marah, ia marah karena perlakuan Sean yang tanpa izin menciumnya meskipun pria itu adalah suami sahnya. Ia tidak mencintai Sean, ia tidak ingin Sean menyentuh apapun yang ada pada dirinya.

Melihat air mata Fany menetes, perlahan Sean mengendurkan penjagaan nya sehingga Fany dengan mudah mendorong tubuh Sean dan menampar pria itu.

Plak!!!!

Bersamaan dengan tamparan keras Fany terhadap suaminya, pintu ruangan itu terbuka dari luar, seseorang berdiri disana dengan terkejut melihat situasi di dalam ruangan itu. Keisha, ibunda Sean lah yang sedang berdiri di sana.

"Astaga, Sean! Apa yang kau lakukan?" Tanya Keisha pada putra bungsunya yang kini tengah memegangi sebelah pipinya yang terasa agak panas oleh tamparan istrinya.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Sean akhirnya pergi melewati ibunya. Ia keluar dari ruang kerjanya dan entah kemana.

"Astaga, Fany. Ada apa? Kamu menangis? Apa Sean menyakitimu?" Tanya Keisha melihat menantunya sedang berusaha mengusap air matanya dengan punggung tangannya.

"Tidak, mom. Tidak apa-apa. Sean tidak menyakitiku." Jawab Fany. Sean memang tidak menyakitinya. Tapi Sean membuat dirinya sangat kecewa.

"Jangan berbohong, sayang! Sean pasti menyakitimu kan? Katakan saja! Tidak perlu sungkan untuk menceritakannya pada mom. Meskipun Sean anak kandung mommy, tapi jika ia salah, mommy tetap akan menyalahkannya." Ucap Keisha.

"Tidak mom. Sean tidak menyakitiku. Aku tidak apa-apa." Jawab Fany lagi.

"Ya sudah. Kamu duduk dulu!" Ucap Keisha, ia melihat ada dua kotak makanan yang masih utuh dan belum tersentuh. Ia menyimpulkan bahwa itu adalah makan siang anak dan menantunya itu. "Kamu belum makan? Makanlah dulu, Sean pasti sekarang sedang makan siang di kantin. Tidak perlu mengkhawatirkannya. Dia memang sudah terbiasa seperti itu." Ucap Keisha lagi.

Fany mengangguk karena tidak ingin terus membahas apa yang sebenarnya telah terjadi. Karena jika sampai Keisha tahu, bukan Sean yang akan mendapat masalah, tapi dirinya. Dirinya yang menolak disentuh oleh suaminya sendiri.

.........

Sementara itu, ternyata Sean masih berada di area kantor, ia tidak pergi kemana pun, melainkan berdiam diri di dalam mobil tengah menjambak rambutnya dengan frustasi.

"Sial, apa yang aku lakukan?" Umpatnya pada dirinya sendiri. Ia beberapa kali memukul gagang setir mobilnya. Ia merasa dirinya tengah melakukan hal bodoh yang justru membuat Fany kecewa. Lebih kecewa dari sebelumnya. Sean mengakui bahwa dirinya tidak bermain-main telah menikahi Fany, ia memiliki alasan untuk mengikat Fany ke dalam hidupnya. Ia tertarik pada istrinya sejak pertama kali melihat gadis itu. Ya, ia memang menyukai Fany, sangat.

Dalam diam, Sean melihat Fany keluar dari dalam gedung bersama Keisha. Ibunya itu tampak berjalan sambil merangkul bahu Fany, rasa bersalah kian muncul dalam hati Sean. Seharusnya ia memang tidak melakukan hal bodoh itu, lihat sekarang, Fany jadi semakin membenci dirinya.

Bersambung.....

1
Drezzlle
aku mampir nih kak
Queisha Calandra: terimakasih....!❣️❣️❣️❣️
total 1 replies
iqbal nasution
menarrikk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!