NovelToon NovelToon
CINTAKU SEPERTI JEMBATAN GARAM

CINTAKU SEPERTI JEMBATAN GARAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Nelki

- 𝗨𝗽𝗱𝗮𝘁𝗲 𝗦𝗲𝘁𝗶𝗮𝗽 𝗛𝗮𝗿𝗶 -

Ria merupakan seorang mahasiswi yang dulunya pernah memiliki kedekatan dengan seorang pria bernama Ryan di dunia maya. Hubungan mereka awalnya mulus dan baik-baik saja, tapi tanpa ada tanda-tanda keretakan berakhir dengan menghilang satu sama lain. Sampai Ryan menghubungi kembali dan ingin memulai hubungan yang nyata.
Akankah Ria menerima atau menolaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Baikan Rasa Kencan 2

Ryan membawaku ke tempat dijualnya dessert manis. Dia minta aku duduk manis di kursi. Aku tinggal nunggu dia selesai beli. Entah apa yang bakal dibelinya buat aku. Semoga aja ga aneh-aneh.

Dia nih emang paling paham kalo soal cewek yah. Dah ahlinya emang udah berapa cewek yang pernah dikencani sama dia. Seketika aku tambah kesal dengan pikiranku. Padahal udah jelas tau dia cuma punya satu mantan, tapi itu udah cukup buat aku cemburu abis mereka pacaran pas SMA. Itu kan masa-masa paling indah yah pas masih pake seragam putih abu.

Dibandingkan dengan si mantan aku kenal dia secara online. Sungguh ironis bukan? Tapi karena saat itu emang teknologi udah maju. Mau kenal sama orang luar pun gampang banget. Aku herannya dia sekalinya kenal, ngilang, muncul, terus ngejar-ngejar. Agak ngeri juga sih kalo misal nih orang bukan orang baik. Bisa-bisa diculik terus dijual. Waduh... ada-ada aja yang bikin aku jadi overthinking.

Ryan kembali menghampiriku. Tebak gaes diantara dessert yang ada ga ada yang dipilih. Ternyata dia beliin aku lotisan buah.

"Ku kira mau beli kue yang manis," sindirku.

"Ga baik makan yang manis-manis. Kamu itu udah manis kalo makan yang manis-manis ga takut diabetes apa? Buah lebih segar dan menyehatkan. Apalagi pas panas-panas gini pasti seger," jelasnya panjang lebar.

Dia duduk di sebelahku membuka wadah plastik transparan tempat lotis. Dia menusuk salah satu potongan buah di dalamnya dengan tusuk gigi. Lalu, mencocolkannya ke sambal lotis. Terlihat menggoda saat dilihat. Dia melirik ke arahku. Selanjutnya, mengulurkan tangannya ingin menyuapiku. Aku menaruh sedikit rasa curiga dia mengambil kesempatan untuk menyuapiku.

"Ayolah buka mulutmu! A.... " katanya sambil menggerak-gerakkan tangannya.

Aku menggigit bibirku pelan. Astaga aku sedikit tergoda. Aku memutuskan merebut makanan itu dengan paksa. Akan aku hancurkan harapannya mengambil kesempatan untuk mendekatiku. Aku langsung memakan hasil yang ku rebut itu. Lalu, tusuk giginya ku sodorkan kembali padanya. Dia terlihat kecewa saat menerimanya dan masih mengulangi tugasnya. Diam-diam aku tersenyum tipis. Sungguh puas melihatnya seperti ini bagaikan pelayanan yang patuh pada majikan.

"Kamu ga mau?" tanyaku yang sudah makan setengah porsi.

"Ah tadi perut aku sakit kalo makan yang pedes takut sakit lagi," katanya beralasan.

"Ya buahnya aja ga usah pakai sambal lotisnya," saranku.

"Kamu beneran ga marah. Kalo gitu kan kek pasangan beneran kitanya," katanya dengan mata berbinar.

"Eh.... aku ga maksud begitu cuma nawarin aja kok," jelasku.

"Iya, iya aku tau," katanya dengan percaya diri.

Ryan tak lanjut mengobrol denganku lagi malah menawarkan lotisan yang tersisa. Karena aku ga mau repot ku rebut semuanya darinya. Aku langsung menyapu habis lotisan itu tanpa menikmatinya seperti sebelumnya. Ryan tertawa kecil melihat kelakuanku. Aku selesai makannya dan membuang wadah ke tempat sampah. Aku minum air dari botol sebelumnya sampai pipiku menggelembung sebelum menelannya.

"Kamu kalo kaya gini kaya ikan buntal tau ga yang gembung terus kempes lagi," celetuknya tiba-tiba.

"Aku udah rencanain dengan baik biar kita bisa baikan, tapi keknya gagal deh."

"Ayo selanjutnya giliran kamu ajak aku ke mana!"

"Sebelum pergi bagusnya kita foto dulu kek buat kenangan," sarannya.

Aku menyetujuinya. Kami berfoto sendiri-sendiri. Di akhir waktu sebelum pergi, Ryan tampak menghampiri orang untuk meminta bantuan untuk memfoto kami. Terpaksalah aku harus nurut daripada tambah lama di sini panas. Foto-foto kami berdua berjarak membuat orang yang dimintai tolong agak gemas dengan kelakuan kita.

"Kalian pasangan lagi berantem kah? Kok berjarak gitu," katanya.

Ryan tertawa lalu berkata, "Iya masih marah dia." Lalu, menunjuk jarinya ke arahku. Aku membalasnya dengan mata melotot.

"Mbaknya jangan gitu kasian masnya. Udah jauh-jauh ke sini masa ga ada foto bareng yang harmonis," bujuk orang itu tiba-tiba.

Ryan tampak menahan tawanya sambil memegangi perutnya. Uh... awas aja ya kamu nanti bakal ku bales.

"Dia duluan yang mulai cari gara-gara tuh. Aku kan cuma korban," belaku sambil mengarahkan dagu ke Ryan.

"Jadi siapa yang mau ngalah duluan nih buat foto bareng?" tanya orang itu.

Ryan mengambil inisiatif mendekatiku dulu. Dia dengan seenaknya melingkarkan tangannya di pinggangku dan membuat jarak di antara kita hilang. Lalu, dia dengan cepat berkata, "Ayo ambil fotonya dah siap nih." Aku hanya bisa pasrah dengan memaksakan senyumku. Anehnya foto itu cukup bagus dan yang lebih menjengkelkan orang yang memfoto tadi ambil banyak foto dari ekspresi tiba-tiba sampai yang terakhir. Aku melihatnya sangat puas dengan hasil itu, tapi aku ga punya kesempatan buat pegang ponselnya. Huh... harusnya tadi pake punyaku aja biar bisa hapus foto yang jelek.

...****************...

Kami masuk ke mobil menuju tempat selanjutnya yang dipilih Ryan. Jujur dia ga bilang apa-apa malah bikin penasaran. Jadi aku cuma duduk manis main ponsel. Karena dia ga bersuara aku jadi bosan.

"Mau ke mana sih?" tanyaku penasaran.

"Ada deh kamu pasti suka," jawabnya.

"Masih lama ga?" tanyaku yang mulai mengantuk.

"Kenapa? Kamu ngantuk?" tanyanya balik.

"Ya kalo masih lama mending aku tidur dulu aja. Nanti kalo sampe bangunin," kataku bersiap tidur.

"Oke deh," katanya menyetujui dengan cepat.

Aku tak meragukannya sama sekali karena sudah ngantuk dan ingin cepat-cepat tidur. Aku terlelap di sampingnya. Dia melihatku yang tertidur diam-diam mengambil foto saat berhenti di lampu merah. Mungkin kalau aku tahu bakal ku pukul dia. Ryan sebenarnya sudah hampir tiba di tempat tujuan, tapi dia dengan sengaja memutar kembali. Dia merasa aku belum cukup tidur jadi berbuat seperti itu.

Ryan sudah berputar-putar sebanyak tiga kali. Dia akhirnya memutuskan memasuki parkiran tempat tujuannya. Pusat perbelanjaan menjadi pilihannya. Kami masih di dalam mobil. Dia memiringkan kepalanya di setir mobil. Dia menatapku yang masih tertidur dengan senyuman.

"Dia kalo tidur bener-bener deh bikin aku pengen pegang dia," batinnya.

Tiba-tiba dia mengulurkan tangannya menyentuh wajahku yang sedang tertidur. Aku samar-samar merasakan sentuhan lembut di wajahku berakhir di ujung bibirku. Ryan yang merasakan kelembutan bibir itu dengan jarinya terdiam. Aku mulai merasa tidak nyaman dan mulai membuka mata. Ryan menarik tangannya dengan cepat agar tidak diketahui olehku.

Aku Mengerjab-ngerjabkan mataku untuk memfokuskan penglihatan. Aku melihat Ryan memalingkan wajahnya, tapi dia tidak sadar sedang tersipu. Telinganya berwarna merah. Aku bertanya kepadanya, "Kita dah sampai?"

"Iya," jawabnya cepat sambil segera membuka pintu mobil di sebelahnya.

"Ayo turun!" perintahnya.

Aku tak membantahnya dan segera turun dari mobil. Setelah itu, aku menghampirinya. Tepat di sampingnya, sepertinya dia udah ga tersipu lagi. Padahal aku ingin menjahilinya apa yang bikin dia tersipu. Tanpa aku sadari dirikulah yang membuatnya tersipu.

1
Alucard
Aku gak bisa tidur kalau belum baca next chapter, fix it thor! 🥴
ALISA<3
Gemesin banget! 😍
MindlessKilling
Luar biasa! 👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!