TEROBSESI OM TAMPAN

Mobil telah sampai ke halaman rumah Senja. Krisna langsung turun, dan membukakan pintu untuk Senja. Lagi, dia memegang tangan Senja dan mengandengnya masuk ke dalam rumah. Senja hanya menunduk takut, dia tidak sadar bahwa Krisan mengajaknya ke kamarnya.

"Ceklek" Suara pintu kamar Senja di kunci oleh Krisna.

"Eh" Mata Senja membola, dia baru sadar dia dan Krisna sudah berada di kamarnya. Bahkan Krisna mengunci pintu kamarnya.

Krisna lalu mendorong tubuh Senja hingga dia tertidur di atas ranjangnya, dengan cepat Krisna mengkungkung badan Senja. Lagi mata Senja membola dan bibirnya sedikit terbuka, dia sungguh bingung dan ketakutan dengan apa yang Krisna lakukan. 

Krisna langsung mencium bibir Senja dengan ganas, dia melumatnya bibir mungil Senja, bahkan kali ini ciumannya terasa penuh gelora. Senja tampak kuwalahan menghadapi ciuman brutal Krisna. Namun Senja tetap berusaha membalas dan mengimbangi ciuman Krisna yang berada di atasnya.

Suara decapan lidah mereka bahkan terdengar di tengah malam yang sunyi. Beberapa kali terdengar suara lirih manja Senja  "eeemmmhhh" suara itu justru terdengar merdu dan indah di telinga Krisna, hingga membuat Krisna semakin gemas, Krisna bahkan menyesap lidah Senja seperti orang yang sangat kehausan.

Setelah puas berciuman cukup lama, kini ciuman Krisan berpindah ke leher jenjang Senja. Kali ini dia tidak mengendusnya seperti yang biasa dia lakukan, tapi kali ini dia memberikan tanda merah di leher Senja, juga sesekali menjilati leher dan telinga Senja. Bahkan tanpa sadar tangan Krisna sudah membuka kancing blus yang di kenakan Senja.

"Aah Om Kiss, emh geli ishh" Senja mendesah menyebutkan namanya, itu membuat Krisna semakin hilang kendali. Dia berpindah ke arah leher sebaliknya, lagi dia menjilati dan memberi tanda merah di leher sebelahnya. 

Tangan Senja bahkan tak bisa diam, dia menjambak rambut Krisna karena merasa keenakan sekaligus kegelian "Ish Om Kiss, Ahhh geli banget Om Kiss, stop Om Kiss" tanpa memperdulikan racauan Senja, Krisna tetap meneruskan kegiatannya.

Hingga suara handphone Krisna berbunyi, Krisna benar-benar langsung tersadar dan cepat-cepat duduk di pinggir ranjang milik Senja. Dia lalu mematikan alarm ponselnya, dia tadi sengaja menyetel alarm untuk peringatan mengantarkan Senja kembali pulang ke rumah.

Krisna menarik nafasnya dalam-dalam, dia sedikit bersyukur karena ada suara alarm dari handphonenya. Sungguh dia tidak bisa menjamin apa yang akan dia lakukan kalau alarm itu tidak berbunyi. Bisa saja dia memperkosa keponakannya sendiri, tidak lebih tepatnya dia bisa memperkosa anak kakak angkatnya.

Krisna lalu melihat keadaan Senja, dia tampak masih shock dan terdiam di atas ranjangnya. Krisna menghampiri Senja, dia lalu mendudukan Senja dan mengancingkan bluss yang Senja pakai. Dia memegang leher Senja yang penuh dengan tanda merah hasil karyanya.

"Maaf Senja maafin Om, Om benar-benar hilang kendali. Om janji gak akan begini lagi Senja." Krisna merapikan rambut Senja dan menyisirnya dengan tangan.

"Tapi tolong, kamu jangan goda Om lagi ya. Om benar-benar bisa hilang kendali jika kau seperti itu. Om ini pria normal, jelas Om punya hasrat pada gadis cantik sepertimu." Krisna memegang bibir Senja yang membengkak akibat dia cium secara ganas.

"Ini salah Senja, kita tak seharusnya, tidak lebih tepatnya kita tak boleh seperti ini! Aku adalah Ommu dan kamu adalah keponakanku. Mengerti kita tidak boleh seperti ini." Krisna memegang pipi Senja dan mengelusnya.

"Tapi Om Kiss bukan Om kandungku, Om Kiss bukan anak kandung Yangkungku dan bukan adik kandung Papaku. Kita boleh seperti ini Om Kiss. Kita bisa menikah, ayo menikahlah dengan Senja!" Ucap Senja, dia menatap tajam wajah Krisna, mode Putri Es nya bangkit.

Mata Krisna membola dia tersentak mendengar ucapan Senja, sungguh Krisna tak menyangka Senja tau tentang rahasia keluarganya. Bahkan Senja malah mengajaknya menikah, sungguh gadis kecilnya ini memang nakal.

"Aku tau Om Kiss juga cinta sama Senja. Bukan sebagai keponakan, tapi sebagai wanita kan?" Tebak Senja, aslinya dia tidak yakin namun dia tetap mengatakannya di depan Krisna.

"Ish sok tau kamu, ayo Om peluk. Ini sudah malam saatnya kamu tidur!" Krisna menidurkan Senja di lengannya lalu memeluknya.

Senja dalam posisi tidur miring menghadap Krisna. Dia menatap wajah tampan Krisna tanpa berkedip. Omnya memang sangat tampan dan benar-benar membuatnya hilang akal. Krisna membalas tatapan keponakan angkatnya itu, lalu dia membelai pipi Senja.

"Sudah ayo bobo! Gak usah liatin Om Kiss terus." 

"Om, ayo nikah sama Senja Om, Senja gak mau nikah sama Om Guntur."

"Kita gak akan bisa nikah Senja, kita keluarga."

"Gak kok kita halal buat menikah, Om kan bukan Om kandungku Om Kiss itu anak angkat Yangkung, kita gak sedarah Om Kiss."

"Sudahlah Senja, kamu pantas dapat yang lebih baik dari Om."

"Gak ada orang yang lebih baik selain Om Kiss."

"Hahahaha, yang benar. Kamu gombal deh."

"Enggak aku bicara kenyataannya. Ayo kita nikah Om."

"Berhenti ngajak Om nikah Senja!"

"Gak mau, Senja tetep maunya nikah sama Om Kiss. Apa Om Kiss gak mau? Om gak cinta ya sama Senja?"

"Senja, ayo tidur, ini sudah malam. Sini peluk Om Kiss!"

Senja dengan patuh memeluk Krisna lalu menaruh kepalanya di dada Krisna, ini adalah posisi ternyamannya. Krisna mengelus elus punggung Senja, perlahan lahan Senja merasakan mengantuk dan akhirnya dia tertidur lelap.

Krisna memandangi wajah cantik Senja yang sedang tertidur lelap. Dia mencium kening, pipi, dan mengecup dengan singkat bibir keponakannya itu. Lalu dia merapikan anak rambut yang ada di wajah Senja.

"Senja kenapa kau selalu membuatku berdesir dan hilang kendali? Kau benar-benar gadis yang nakal. Dimana gadis polos yang manis dulu? Kau benar-benar sudah berubah." Gumam Krisna.

"Kau harus menikah dengan orang yang pantas untukmu Senja, yang setara dengan keluargamu. Kau harus bahagia dan tidak kekurangan suatu apapun, aku hanya ingin melihatmu bahagia." Gumam Krisna.

"Aku bukan orang yang pantas untukmu Senja, status sosial kita berbeda. Om mohon lupakanlah Om, kita memang tidak akan pernah bersatu Senja. Lupakan obsesi gilamu itu padaku, aku sudah memiliki orang yang aku cintai." Gumam Krisna.

Krisna lagi-lagi mengecup kening, pipi dan bibir Senja dia lalu berdiri dan hendak pulang ke rumahnya. Ya rumah yang dia beli 3 tahun yang lalu, dia sudah seharusnya pulang ke sana, tempatnya bukan lagi di sini.

Krisna menaiki mobilnya, melewati jalanan desa kota Jogja yang masih asri. Lima menit kemudian sampailah dia ke rumahnya, rumah minimalis berkamar 2 ini adalah rumah yang dia beli dari hasil keringatnya sendiri.

Krisna memutuskan untuk mandi, dia merasa tubuhnya perlu di siram air dingin agar otaknya kembali waras. Di bawah shower Krisna masih teringat jelas kejadian beberapa menit yang lalu di mana dia justru mencumbu mesra keponakannya sendiri, orang yang harus dia lindungi justru malah dia rusak malam ini.

"Aku harus membuatmu melupakanku kan? Ah tidak aku harus membuatmu benci padaku. Kau harus benci denganku Senja, setelah itu kau pasti tidak akan bergantung padaku. Guntur lebih pantas untukmu, kalian setara, dan Guntur yang dapat mencukupi kebutuhanmu. Dia dari keluarga terpandang dan terhormat, kau cocok menjadi Nyonya Guntur"