Spin off Satu Malam Nathalie!
Nathalie yang begitu menyayangi Annabelle, anak dari mantan kepala pelayan di Mansion Sturridge ingin sekali menjadikan gadis belia itu sebagai istri sang putra tercinta, Daneesh Rainer Sturridge.
Lalu bagaimana dengan Daneesh sendiri, seorang gubernur muda yang masih belum bisa melupakan mantan kekasihnya sendiri?
Belum lagi perbedaan usia mereka yang begitu ketara?
Kisah cinta Daneesh dan Annabelle akan di tuang dalam Novel Istri Nakal Sang Gubernur.
Happy reading, jangan lupa dukungan kalian semua reader's tersayang!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Prince Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8 - Mie Gacoan
Suara bising ibukota terdengar keras, walau sudah larut malam namun itu bukan masalah bagi seorang Daneesh.
Dia sendiri benar-benar, serius malahan untuk pergi ke rumah Annabelle. Dia ingin meminta maaf pada calon istrinya supaya tidak membatalkan pernikahan mereka.
Tidak baik bagaimana coba Daneesh ini? Yah masa tidak ada hasil dari perjuangannya sih?
Apalagi jika mengingat sang mami, haduh! Daneesh rasanya nano-nano begitu!
Ini juga, menyusul dan membujuk seseorang? Bukan gaya seorang Daneesh Rainer Sturridge dong! Tapi mau bagaimana lagi? Dia begitu menyayangi Nathalie, maka oleh karenanya dia tidak ingin membuat sang mami sakit akibat ulahnya ini.
Tut!
Ponsel Daneesh dimatikan setelah dirinya menghubungi calon mertuanya, Ulfa dan bertanya apa keuskupan Anna.
So, akhirnya dirinya membawa mie gacoan, mie yang sedang viral di kalangan masyarakat. Yaps, walau dipertimbangkan dengan sangat lama. Daneesh untuk pertama kalinya memegang sebuah makanan yang bernama 'mie', makanan yang sangat dihindari oleh dirinya.
Tentu saja Daneesh adalah orang yang selalu menjaga kesehatan.
Oh iya reader's, jangan lupakan juga rujak buah yang dibelinya tadi si tepi jalan. Kata Ulfa, sang mertua, eh calon mertuanya itu. Anna sangat suka pula dengan rujak ini.
Melihat makanan yang dibawanya, Daneesh hanya bisa bergidik ngeri. Bagaimana makanan ini di makan oleh perut Anna yang tentunya kecil itu? Apa gadis itu tidak sakit perut kah? Mules-mules begitu?
Tapi di sini yang paling penting adalah bagaimana supaya Annabelle tidak marah lagi kepadanya, bukan? So, ini tidak masalah.
Daneesh mengetuk pintu rumah berlantai satu itu. Hingga tak berselang lama pintu terbuka, tampaknya sosok pria yang sudah tak asing bagi Daneesh, Paman Darius.
"Selamat malam, Paman. Annabellenya ada?" Tanya Daneesh kepada calon mertuanya itu, rasanya seperti anak remaja saja yang hal ini membuatnya salah tingkah.
Daneesh! Daneesh!
Ingat umur, anaknya Mami Nath!
"Malam juga, Daneesh. Bawa apa tuch? Kok banyak sekali?" Bukan menjawab pertanyaan mengenai Annabelle, fokus Darius tertuju pada barang bawaan Daneesh yang tidak sedikit.
"Ini banyak Paman, makanan untuk Anna," jawab Daneesh dengan senyum yang mengembang.
Setelah eksekusi itu, Daneesh pun dipersilahkan masuk.
Saat sudah berada di ruang tamu, dirinya dapat melihat Ulfa, mommy Annabelle yang tengah sibuk menonton 'Cinta Setelah Cinta', film yang setahu Daneesh tengah booming di kalangan masyarakat.
"Eh, Daneesh. Bawa apa tuch?" Tanya Ulfa seperti sang suami sebelumnya.
"Ini untuk Annabelle, Bibi." Jawab sopan Daneesh.
Ulfa tersenyum mendengar ucapan calon menantunya itu. Oh God! Betapa baiknya manusia yang akan menjadi suami putrinya.
"Hah, kau terlambat Daneesh. Anna sudah tertidur satu jam lalu. Katanya dia lelah sepulang sore tadi." ujar tak enak hati Ulfa, melihat raut wajah lelah Daneesh membuat dirinya semakin tak enak hati saja.
Tapi mau bagaimana? Annabelle, putrinya sudah terlelap tidur.
"Kalau Daneesh ingin meminta maaf kepada Anna, besok pagi saja datang sekalian antar dia ke sekolah. Bagaimana? Eh, tapi besok ada kegiatan di balai kota tidak?" Lanjut Ulfa.
Daneesh menggeleng cepat. "Tidak ada, Bibi. Daneesh sedang kosong jadwal." Daneesh menghela nafas berat, dirinya harus kembali lagi esok hari ke rumah ini dengan jarak yang cukup jauh dari rumahnya.
Ini saja jarak tempuh sudah memakan satu jam lebihan, lalu besok pagi dia harus datang lagi ke rumah ini?
"Ya sudah, Bibi, Paman. Daneesh pamit saja. Ini untuk Bibi Paman saja," Daneesh pamit dengan memberikan bungkusan yang dibelinya tadi.
Mobil Daneesh berkelana di jalan malam Jakarta. Saat sampai di rumah, dirinya di hadang oleh Nathalie.
"Sudah ya Mi, Rain lelah sekali hari ini. Rainer juga harus bangun pagi untuk mengantar Anna ke sekolah. Besok Rain juga mau izin untuk Anna karena Sabtu hari pernikahan kami 'kan? Jadi Rain izin langsung ke kamar ya Mi."
Nathalie menganggukkan kepalanya.
Daneesh kini harus tidur, karena seperti yang dikatakan olehnya jika esok hari pagi-pagi sekali Daneesh akan mengantar Annabelle ke sekolah.
Suara bising dari keheningan malam menambah syahdu langit malam. Hingga pagi menyambut seluruh penjuru bumi. Memberikan sinar terang dari sang surya.
Beberapa jam berlalu, hingga kini Daneesh telah sampai tepat waktu di rumah calon mertuanya. Tak lupa juga dirinya ikut sarapan bersama. Walau hatinya tak enak saat bertatapan dengan wajah sinis Annabelle.
Setelah sarapan Daneesh mengantarkan Annabelle. Walau berada di mobil yang sama, bahkan mereka duduk bersebelahan saat ini.
Tapi percayalah wahai reader's!
Tidak ada suara apapun yang keluar dari mulut keduanya.
"Anna, aku minta maaf. Sudah ya jangan marahan lagi. Aku yang salah, aku yang sudah membentak mu, marah-marah tidak jelas diparkiran, aku minta maaf ya? Kau mau beli sepeda mahal apapun ayo Ann?! Mau berbelanja lagi? Mau beli cincin untuk kita menikah juga!? Yang mahal?" Daneesh membujuk Annabelle.
"Siapa bilang yang mau menikah dengan Om? 'Kan Anna sudah bilang pada Mami kalau Anna tidak mau menikah dengan Om! Terus kenapa masih ke sini lagi?!!"
"Anna, aku mohon maafkan aku. Sudahi semua ini ya? Aku minta maaf, aku salah, jadi jangan marah-marah lagi..." Ucap pasrah Daneesh.
"Tau ah!"
"Ann, 'kan aku sudah bilang minta maaf. Besok kita menikah. Jadi biarkan aku minta izin ke sekolah mu ya?" Bujuk terus Daneesh.
"Tidak usah! Lagian Anna sudah izin sendiri!" Seloroh Annabelle.
"Tapi Anna, kita belum beli apapun, belum beli cincin juga..." Ujar Daneesh selembut mungkin.
"Tidak usah memakai cincin, malu!" Jawaban Anna membuat hati Daneesh sedikit tersentil.
Apa sesulit ini untuk membujuk anak remaja yang tengah merajuk? Oh God!
Jika begitu, apa kabar para pria di sana yang sedang berjuang meminta maaf kepada sang kekasih?
Daneesh saja rasanya hampir mati!
Ciiit!!!
"Ahhhh!!!" Teriak Annabelle saat Daneesh mengerem mobil tiba-tiba. Beruntung saja gadis itu memakai sabuk pengaman.
"Apa-apaan sih Om?! Bagaimana jika kita mati di sini?" Teriak Anna.
"Biar saja!!! Biar kita mati sama-sama! Untuk apa aku hidup kalau kau saja tidak mau memaafkan ku! Aku tahu aku salah! Aku juga sudah minta maaf! Tapi kenapa rasanya sulit sekali untukmu Anna?!
Aku juga memiliki banyak kerjaan di luar sana! Tidak melulu mengurusi dirimu saja! Jika kau marah karena di parkiran kemarin, aku salah dan aku juga minta maaf. Tapi tidak sampai seperti ini juga bukan?!"
Anna yang mendengar ucapan Daneesh pun merasa dirinya sudah sangat kelewatan. Apalagi saat mendengar ucapan sang mommy malam kemarin.
"Buka pintunya Om, Anna mau sekolah!!!"
"Tidak sebelum kau memaafkan diriku!" Daneesh memegang tangan Anna.
"Tapi aku mau sekolah Om, kalau tidak aku akan teriak!" Ancam Annabelle.
Tapi bukannya berhasil, malah dirinya yang terjebak. Melihat Daneesh yang semakin dekat ke arahnya membuat Annabelle semakin menjaga jarak. Tapi apalah daya jika keadaan sudah seperti ini?
"Om jangan macam-macam! Anna adukan dengan Mami biar tahu rasa!"
"Kenapa? Apa kau takut? Lagipula besok kita menikah jadi apa salahnya jika aku ingin DP dulu?"
Plak!
"Awww, Annabelle!!!"
[ To be continued ]
--------------------------------
Spoiler!!!
"Dasar mesum!!!" Daneesh langsung keluar dari mobilnya karena dia tak ingin terus-terusan di goda oleh Annabelle.