[⚠️Disclaimer ⚠️
Jangan singgah kalau tak sungguh. Jangan buka bab kalau sekadar kepo di awal, apalagi cuma boom like doang. Ikuti cerita ini sampai tamat, rasakan sensasi punya bestie yang cetar membahana badai.]
.
Popoy, Gilang dan Lele adalah sahabat satu geng yang membagongkan. Masuknya Gilang sebagai anak baru memunculkan gonjang-ganjing dunia persilatan.
Lele, pewaris Uchiha yang adalah jelmaan Sarada akan membawa kalian semua ke dalam cerita anak SMA terdahsyat sedunia menembus universe alam khayal hingga alam barzah.
Bacalah, maka kalian akan menemukan teori konspirasi di dalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bulan Separuh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ciyeeee
"Gilang?" Bu Fitri yang adalah guru kesenian pun memanggil si Gayung alias Gilang Pratama.
Gilang kelihatan pura-pura ga denger. Dia malah garuk2 punuk sambil nundukin kepala. Ah, gue udah hafal ekspresi ini. Pasti Gilang sekarang lagi salting.
"Gilang dengar Ibu?" Anjoy, Bu Fitri sampe dua kali manggil. "Eh, iya Bu," jawab Gilang sambil sedikit terkejod.
"Ayo tulis notasi ini dengan kenaikan setengah nada!" kata Bu Fitri. Ga lama, tangan Gilang pelan-pelan turun dan megang bagian p4ntatnya sambil senyum-senyum kaku ga jelas.
"Heh, lu orang apa monyet sih? Tadi garuk-garuk leher, sekarang garuk-garuk *4****!" kata Puput dengan pelan tapi tetap kedengeran bahkan sampe ke bangku di sebelah Gilang. Rian, dia yang duduk di sebelah Gilang jadi nahan ngakak.
"Emh... Anu, Bu, anu..." kata Gilang gaje. Dia daritadi kayanya berusaha ngelepasin permen karet sampe p4ntatnya agak miring-miring gitu.
"Sumprit. Malah anu-anuan! Ga sopan!" tegur Puput. "Pssst... Otaklu ga bisa dikondisiin ya? Anu maksudnya dia lagi grogi, Papoy!" bisik gue.
"Puput? Coba kamu bantu teman kita ini," kata Bu Fitri. "Bantuin apa, Bu? Bantuin Gilang berdiri, atau bantuin bersihin celananya?" kata Puput.
"Sssst..." Gilang nyuruh Puput diem dengan mendesis sambil nempelin telunjuk ke mulutnya sendiri. Gilang nahan malu dengan mejemin matanya sebentar tadi.
"Loh? Memangnya celana Gilang kenapa? Tadinya Ibu mau minta Puput untuk membantu Gilang menyelesaikan soal di papan tulis," kata Bu Fitri sambil berjalan mendekati Gilang.
"Ada apa dengan celana kamu, Gilang?" tanya Bu Fitri yang sudah berada di samping meja Gilang, di lorong antara meja Gilang dan Puput.
"Iya, celanalu kenapa? Sobek? Pfffftsss... " kata Rian yang nahan ngakak.
"Bukan. Emh, celana saya ga sobek, Bu. Tapi..." kata Gilang.
"Tapi kenapa?" lanjut Bu Fitri. "Ada sesuatu, Bu," kata Gilang. "Wah jangan-jangan Gilang wet dreaming tuh?" celetuk Tamtam yang duduk jauh di depan dekat pintu. Seketika semua orang di dalam kelas pun ketawa.
"Heh... Diam! Diam! Diam, anak-anak!" kata Bu Fitri yang nyoba kondusifin lagi seisi kelas.
"Celana kamu kenapa, Gilang?" Bu Fitri mengulangi pertanyaannya ke Gilang. "Ini Bu, ada permen karet nempel di belakang sini," jawab Gilang.
Momen ini bener-bener langka, epic, kocak. Gue baru terpikir mau ngerekam, tapi belum sempat gue ambil HP ternyata Mike udah ngerekam duluan. Nanti gue minta rekaman videonya ah.
"Coba Ibu lihat?" kata Bu Fitri. Gilang pun berdiri pelan-pela karena ragu. Semua pandangan anak-anak lain ikut tertuju pada celana Gilang.
"Masa sih ada permen karetnya? Beneran wet dreaming kali?" celetuk Tamtam. "Otak elu, Boy! Jinakin dulu tu otak m3sumlu ngapa!" kata Ratna.
"Ssst... Jangan berisik!" kata Bu Fitri. "Oh iya, benar ada permen karet yang menempel. Lain kali hati-hati sebelum duduk ya Gilang. Sekarang lebih baik kamu ke toilet, bersihkan celana kamu. Caranya, tempelkan es batu ke permen karet itu nanti kalau sudah agak mengeras teksturnya permen karetnya akan lebih mudah dibersihkan," kata Bu Fitri.
"Sip! Bagus. Jadi Gilang setelah ini harus jalan ke kantin dulu buat mamerin trend celana yang... " kata Puput girang. Gue pun langsung nyodok lengannya pakai siku gue.
"Eh, maksud saya, Gilang kan harus beli es batu dulu baru ngebersihin celananya di toilet. Hehe..." lanjut Puput.
"Begini saja, salah satu bantu Gilang untuk carikan es batu," kata Bu Fitri. "Biar saya saja, Bu," kata Rian.
"Hemmm... Tadi lu ikut ngeledekin, sekarang sok baik," kata Puput pelan. "Tanggung jawab sosial, Poy. Gue kan temen sebangku Gilang. Emangnya elu, seberang-seberangan meja sama Gilang malah jahil ngerjain doi," kata Rian dengan pelan yang sudah berdiri dan melangkah beberapa langkah.
"Benar begitu, Puput? Kamu yang membuat celana Gilang kotor begini?" tanya Bu Fitri.
"Bukan saya, Bu. Ibu bisa tanyakan sendiri sama Gilangnya langsung," kata Puput. Setelah ngomong gitu mata Puput langsung melotot ke Gilang buat ngancem doi.
"I-iya, Bu. Saya yang kurang hati-hati duduknya," kata Gilang.
"Oh begitu. Baiklah. Sekarang kamu ke toilet, tunggu Rian di sana. Rian bantu teman kita ini ya? Nanti kamu susul Gilang, antarkan es batunya ke toilet," kata Bu Fitri. "Baik, Bu," kata Rian. "Kalau begitu saya permisi juga, Bu," kata Gilang.
"Oh iya, silakan. Silakan," kata Bu Fitri.
Orang-orang memperhatikan celana Gilang sambil nahan ketawa, tapi banyak juga yang kelepasan ketawa dengan suara pelan. Sementara Bu Fitri geleng-geleng. Gue baca dalam hati Bu Fitri bilang gini, "ada-ada saja kelakuan anak-anak sekarang."
Ya ampun, ngapa gue seolah berbakat banget dah jadi dukun! Tapi ga perlu jadi dukun buat tahu isi kepala Puput. Dia bahagia banget sekarang. Gue bisa denger isi hati Puput yang bilang, "mampus lu Lang, mampus!"
"Udah puas ketawanya?" kata gue ke Puput. "Ih? Oh, iya iya si paling perhatian sama si Gayung!" jawab Puput.
"Iya gue perhatian sama doi, terus kenapa? Lu cemburu kan lu? Ngaku deh! Soalnya yang naksir doi kan elu," kata gue.
Bibir Puput yang tadinya merekah indah langsung berubah jadi melancip. "Heh, udah gue bilang, jangan..." kata Puput.
"Puput? Yang tenang ya? Kamu daritadi yang paling vokal di sini. Kamu pacarnya Gilang ya?" kata Bu Fitri. Hahaha... Mampus lu, Poy, hahaha...
Puput pun langsung ngelihat-lihat ke sekelilingnya dengan tatapan tegang. Pasti Puput lagi malu banget sekarang.
"Bu-bukan Bu. Saya bukan pacar Gilang," kata Puput. "Ciyeee... klarifikasi. Tapi grogi ciyee..." celetuk Tamtam. Lagi-lagi bibir Puput meruncing dan menyorotkan bola matanya buat ngeluarin tembakan laser ke Tamtam.
Muka Puput seolah berkata, "awas lu ya Tam, ntar pulang sekolah lu lewat mana Tam!"
Gara-gara celetukan si Tamtam, seisi kelas ikutan bilang 'ciye' ke si Puput. Bu Fitri agak jahil. Beliau yang ngelempar pertanyaan, beliau juga yang senyum-senyum. Ternyata bukan cuma anak-anak murid yang terhibur dengan nyomblang-nyomblangin Puput dan Gilang, tapi Bu Fitri juga terhibur.
"Oke, cukup bercandanya, anak-anak. Mari kita lanjutkan pelajarannya ya," kata Bu Fitri. "IYAAA BUU..." jawab kami bareng-bareng.
Selang beberapa lama, Gilang dan Rian pun balik dari toilet. Bu Fitri lagi ngejeda sebentar setelah ngebahas pelajaran. Beliau pun langsung ngasih kode dengan senyum-senyum dengan mata yang beliau sorot ke Tamtam terus dilempar ke arah Puput. Kode isyarat kaya nunjukin, "tuh, crush-nya si Puput dateng."
Hihi guru sama murid sama-sama jahil ya. Herman gue.
Seketika orang-orang bilang "ciyeeeeee...." setelah Tamtam memulainya.
Rian dan Gilang auto bingung. Masuk-masuk kok di-'ciye-ciye'in? Rian keliatan ngerutin dahi terus kaya berusaha buat jaga jarak dengan Gilang gitu. Ya, ampun, Rian salah tangkep. Bukan elu yang digosipin sama Gilang, ege!
Hem, kira-kira apa ya yang ada di dalam hati dan pikiran Gilang pas doi di-'ciye-ciye'in? Ni anak paling susah ditebak kalau urusan beginian. Cosplay-an dukun gue mental kalau harus berurusan dengan Gilang.
tp benar juga sih Le rencana lo biar gayung papoy jadian, krn sebenarnya papoy suka ama gayung😁krn Gilang dah puy Mentari jd Papoy cm memendam di dlm hati
tp yg bikin sedih banget klo lele gk bertemu vino, gk tau vino dah mati atau masih hidup
itu yg q rasakan, hewan yg ku sayangi pergi gk kembali padahal di rawat dari msh orok🤧
duh gilang kw bisaan ngetawain papoy kw yang lagi menstruasi ntar gantian kau yang diketawain
barengan nih gilang kw mimpi basah puput kw datang bulan cucok lah kalian