NovelToon NovelToon
Di Tinggal Nikah Karena Jelek

Di Tinggal Nikah Karena Jelek

Status: tamat
Genre:Teen Angst / Tamat
Popularitas:827.7k
Nilai: 4.6
Nama Author: aisyah az

Naina Hilda, gadis yang selalu menghitung mundur hari pernikahannya harus menerima kenyataan ketika kekasihnya memutuskan hubungan sepihak.

Sang kekasih menemukan tambatan hati yang lain yang menurutnya lebih sesuai dengan standarnya sebagai seorang istri yang pantas digandeng tangannya ketika kondangan.

"Maaf, Na. Perasaanku ke kamu, hambar."

Dua pekan sebelum ijab kabulnya terucap dengan sang pria.

Tenda dan katering sudah di pesan bahkan dibayarkan, untung saja undangan belum sempat disebar. Namun, bukan itu yang membuat tingkat stres Naina meningkat hingga ia lampiaskan pada makanan.

Naina baru tahu ternyata mantan tunangannya memiliki kekasih dengan spek idaman para pria. Tinggi, putih, langsing, glowing, shining, shimmering, splendid.

Apa kabar dengan Naina yang kusam, jerawatan dan gendut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisyah az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semoga Kalian Jadian

Usai sholat shubuh, Naina mencoba merutinitaskan berlari untuk sekedar membakar kalori. Dia ingin membuka lembaran baru dalam hidupnya.

"Kenapa, Bu?" tanya Naina ketika melihat ibunya datang lalu bersandar pada pintu. Naina sendiri tengah melakukan peregangan sebelum berlari.

"Gak papa," jawab bu Linda, Dimatanya nampak kesedihan. Bagaimanapun juga, ini pagi pertama ketika ia jauh dari putri sulungnya.

"Aku berangkat dulu ya, Bu."

"Hm, hati-hati."

"Aku mau joging, Bu. Bukan mau perang. Senyum dikit dong, jangan kaku gitu," ledek Naina berhasil membuat senyum simpul di wajah bu Linda.

"Assalamualaikum, Bu."

"Waallaikumussalam." Jawab bu Linda sembari menatap punggung Naina yang mulai menjauh dari halaman rumah.

Naina berlari sendirian menembus pekatnya embun di pagi hari. Membuang kebiasaan lama yang selalu bergelung dengan selimut saat udara dingin menyapa kulitnya.

"Naina!" Panggilan seseorang dengan suara beratnya membuat Naina menoleh. Ia menghentikan larinya agar sang pria bisa mensejajarkan langkah dengannya.

"Selamat pagi, Pak Arga," sapa Naina sedikit membungkuk.

"Pagi, Na," balas Arga. Dia berhenti tepat di hadapan Naina, menyeka keringat yang membanjiri dahinya dengan punggung tangan. Sesekali dadanya naik turun karena menghembuskan napas.

"Larinya jauh, ya, Pak. Sampai ke komplek ini?" tanya Naina heran. Yang ia tahu Arga tinggal jauh dari desanya.

"Jangan panggil saya, pak. Panggil nama saja, jika di luar kantor. Saya hanya atasan jika di kantor saja."

Naina sedikit canggung menyanggupi permintaan atasannya. Meskipun Arga benar, dia hanya atasan jika di dalam kantor.

"Saya panggil, Mas, saja ya. sepertinya Pak Arga jauh lebih tua dari saya."

Sang pemuda di depan Naina mengerutkan kening mendengar ucapannya yang mengatakan tua. Kemudian mendecih.

"Apa wajah saya terlihat tua di matamu?" tanya Arga dengan berkacak pinggang. Belum pernah ada wanita yang menolak pesonanya selama ini. Arga menjadi sedikit tersinggung oleh Naina.

"Pertanyaan saya belum dijawab, Pak. Larinya kok sampai sini?"

"Emang ini jalanan milik bapak kamu sehingga melarang saya ada di sini?"

Kini giliran Naina yang mengerutkan dahi. Tiba-tiba Arga bicara dengan nada ketus. Sama dengan ketusnya kepala divisi marketing ketika mendapatinya datang terlambat.

"Labil banget," gumam Naina. Arga yang masih bisa mendengarnya mengarahkan pandangan pada gadis yang tertunduk.

"Maaf," ucap Arga, lalu mengarahkan pandangannya pada pepohonan saat matanya bersobok dengan Naina yang mendongak.

Naina heran dengan kalimat maaf dari Arga. Biasanya Naina yang dipaksa untuk meminta maaf. Meskipun untuk hal yang remeh sekalipun. Sehingga ...

"Tidak demam," ucap Naina setelah menaruh punggung tangannya di dahi Arga. Sontak saja tangan itu segera ditepis Arga.

"Kamu berani menyentuh saya, Naina?" Matanya melotot, hampir saja bola matanya keluar. Naina hanya cengengesan setelah menyadari kelancangannya.

"Maaf," ucap Arga lagi, dia lupa harus menjaga mood Naina tetap baik. Inilah alasan Arga sepagi ini lari bersama Naina. Ia melihat Naina melintas di depan rumah kontrakan yang baru ditempatinya dari kemarin sore.

"Mari lanjutkan berlari," ajak Arga sebelum Naina berpikir macam-macam tentang perubahan emosi pada dirinya.

Apa Naina tidak memikirkan tingkat labil atasannya? Tentu saja ia bertanya-tanya, bahkan sangat heran melihat Arga sepagi ini lari bersamanya bahkan bicara dengannya.

"Bagaimana perkembangan desain yang saya minta?" Di sela lari mereka Arga kembali membuka percakapan.

"Maaf, Pak. Belum sempat saya kerjakan. Tapi secepatnya akan saya eksekusi," ucap Naina bahkan berjanji. Semalam mood Naina berantakkan setelah mendapat telepon dari Ivan.

"Tadi kamu mau manggil saya, mas, kan. Kok pak lagi?"

"Maaf Pak, eh Mas," ucap Naina seolah kalimat maaf sudah melekat di mulutnya bila bersama Arga.

Keduanya melanjutkan lari tanpa ada perbincangan selanjutnya. Hanya sibuk mengatur napas masing-masing. Hingga akhirnya berhenti di depan warung bubur pak Ahmad.

"Sarapan, yuk, Na. Laper nih," ajak Arga. Namun Naina tak bergeming dari tempatnya. Semalamm ia konsultasi via internet dengan ahli gizi. Rencananya Naina mulai pagi ini akan berdiet sesuai arahan sang Dokter gizi.

"Ayok," paksa Arga bahkan menarik tangan Naina membawanya masuk ke dalam warung tanpa rasa canggung, padahal sebelumnya ia marah saat Naina menyentuh dahinya.

"Dua ya, Pak," pinta Arga pada pak Ahmad. Tangannya masih menggenggam Naina, menuntunnya menuju bangku kursi yang ada di pojok warung.

"Siap Mas, makan di sini kan?"

"Iya, Pak," sahut Arga cepat.

"Pak, aku ...." Naina tak jadi meneruskan kalimatnya setelah melihat ke dalam manik mata Arga yang terlihat memohon padanya untuk menemani makan.

"Kamu kenapa? Gak suka bubur ayam? Mau cari menu sarapan yang lain?" tanya Arga antusias.

"Mbak Naina sudah biasa makan bubur di sini, Mas." Pak Ahmad menginterupsi.

Sebetulnya Naina bukan ingin mengatakan tak menyukai bubur ayam, melainkan mengatakan sedang menjalani program diet. Tapi, ya, sudahlah. Mumpung Arga lagi baik. Pikir Naina setelahnya.

"Sudah kamu pikirkan 'kan, tentang cutimu?"

"Sudah." Naina mengangguk. "Saya akan mengikuti saran Pak Arga, say--"

"Pak, lagi?" Arga memotong ucapan Naina.

"Kenapa sih, Pak. Saya harus mengganti panggilan ke Bapak. Saya sudah terbiasa memanggil, Pak, setahun terakhir ini." Naina protes karena mulutnya justru terasa kaku untuk memanggil Arga dengan sebutan lain meski di luar kantor.

Arga tercengang, dia sendiri tidak tahu tujuan spesifiknya meminta Naina memanggilnya dengan sebutan selain pak. Awalnya dia hanya ingin Naina merasa nyaman bicara dengannya meski di luar jam kerja.

"Terserah, kamu," ucap Arga.

Bagi Naina, kata terserah artinya tengah merajuk. Arga mengharuskannya memanggil dengan sebutan lain.

"Iya, Mas. Saya akan terus bekerja dan permintaan cuti akan saya batalkan," ucap Naina dengan lembut. Diam-diam Arga menarik ujung bibirnya sedikit tanpa disadari Naina bahkan tanpa di sadari olehnya sendiri.

"Dua mangkuk bubur spesial, buat orang spesial," seloroh pak Ahmad sambil mengantarkan bubur ke meja Arga dan Naina.

"Maksudnya spesial apa, Pak. Kan memang dari dulu bubur buatan Pak Ahmad seperti ini?" Naina antusias setelah melihat penampakan bubur yang sama seperti biasanya.

"Spesial karena dimakan bersama orang tersayang."

"Uhuuk."

Jawaban pak Ahmad membuat Arga yang mulai menyuapkan bubur ke mulutnya tersedak. Naina segera menuangkan air putih ke dalam gelas lalu menyodorkan pada Arga.

"Pelan-pelan," ucap Naina.

Pak Ahmad nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal. Melihat dua anak manusia yang saling perhatian layaknya sepasang kekasih.

"Saya do'akan semoga kalian langgeng, Mbak Naina."

Naina membelalakan mata, sedang Arga mengepalkan tangannya. Ia tidak terima didoakan demikian. Arga masih bisa mencari gadis cantik lainnya. Tidak amin, ucap Arga dengan geram dalam hatinya.

"Mbak Naina mah pinter cari pacar. Yang ini bahkan lebih tampan dari yang sebelumnya," ucapnya sambil ngacir menuju gerobak bubur di depan. Tanpa ia sadari ada dua makhluk yang menjadi kikuk karenanya.

"Pak, dia bukan pacar saya, tolong minta malaikat pending doa itu biar gak sampai ke langit," bisik Naina pada pak Ahmad. Dia menghampiri pak Ahmad ke depan berpura-pura nambah kerupuk.

"Gimana kalau isi do'anya diralat aja, Mbak?"

"Apa?"

"Semoga kalian jadian."

Eh, malah makin ngadi-ngadi nih orang.

BERSAMBUNG....

1
Narti Hisma
hai
Tri Wahyuni
siapa disini yang harus disalahkan....sekian lamanya berpacaran dah tahap ke jenjang menikah masa sebagai lelaki tdk mensupport cewenya...dipermak lah biar sama...the tampan dan si burik....aneh ajamini hubungan
panty sari
mantap ceritanya
panty sari
arga harusnya kamu tuh yah sebelum Naina berubah cantik kejar terus ini malah pas dia uda cantik malah menyatakan cinta ya pasti bertanya tanya dong si Naina nya
panty sari
Myrna suka arga tali syang arga sukanya ke Naina cinta bertepuk sebelah tangan
panty sari
rere mantan nya reno ya thor
panty sari
semangat menyala buat Naina
panty sari
si Ivan DP duluan OMG
panty sari
mana menunggu 1 th keget pingsan malahan harus dikuret malang sekali nasib kk nya Naina
Gunawan wan
Luar biasa
Gunawan wan
Lumayan
DN
Sarapan apa mkn malam thor
DN
Superrr sekali kak Author. Sy setuju sekali. 💪 semangat kak
Firman Firman
sekali jalng ya jalng Rere cinta krna harta nya Ivan😄🤭
Firman Firman
ha ha Ivan Ivan kmu lepasin permata hati demi batu kerikil jalann😄🤭
Firman Firman
cinta itu datang secara tiba tiba😄🤭tanpa permisi dan bicara
Firman Firman
ha ha siapa dia🤗
Firman Firman
oh may good 😱
Firman Firman
semoga saja kalian bisa bersama 💞👍
Firman Firman
lepas dari batu kerikil dapet berlian🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!