Mama Asuh Tuan Muda

"Ya. Aku mau menikah denganmu, demi Reo."

Amy membelalakkan matanya, mendengar pengakuan dari duda dingin tersebut. Duda yang melakukan segala sesuatu hanya demi anaknya, Reo.

"Tapi..."

"Aku tidak menerima penolakan!"

Mata Amy kembali terbelalak, mendengar keputusan dari Tuan Besar-nya itu.

'Ini orang waras nggak sih? masa mau ngajak nikah kok kayak gini! untung saja ganteng, kalau buluk boleh lempar gak sih ke tong sampah?' Amy menggerutu sendiri dalam hati, masih dengan melihat Shiro Yuki.

"Aku tahu jika Aku tampan, tidak usah mengagumi ku seperti itu."

"Huweek!"

Amy bersikap seperti seseorang yang mau muntah, mendengar perkataan Shiro Yuki yang terdengar narsis. Bahkan disaat dia mengajak Amy untuk menikah, tidak ada kata-kata yang lembut dan romantis.

"Tuan ini..."

"Jangan berisik! Nanti Reo terbangun."

Setelah memperingatkan Amy dengan memotong kalimat pengasuh anaknya yang belum selesai, Shiro Yuki pergi berjalan menuju ke tempat tidurnya Reo.

Dia membungkuk, untuk mencium kening anaknya yang sudah tertidur pulas.

Amy hanya menatap punggung Tuan Besar-nya itu dengan kesal, karena tidak diberikan kesempatan untuk mengucapkan jawaban atas permintaan yang diajukan oleh Tuan Besar-nya tadi.

'Permintaannya tadi itu hanya candaan, prank atau mau mengujiku? Orang kok gak punya etika! Mana ada ngajak gadis nikah kayak gitu tadi? Gak ada romantis-romantisnya sama sekali!'

Amy masih saja menggerutu dalam hati, mengenai sikap dan perilaku papanya Reo yang membuatnya kesal.

Tapi dalam hati Amy mengakui, jika Shiro Yuki memang tampan. Dan ketampanannya itu menurun pada wajah Reo, anak asuhnya.

"Kenapa masih di sini?"

Amy yang sedang melamun, terkejut mendapatkan pertanyaan yang diajukan oleh Shiro Yuki, yang tiba-tiba sudah berada di sampingnya.

"Kenapa? Kamu menungguku?"

Belum juga Amy menjawab pertanyaan Shiro Yuki yang sebelumnya, tapi sekarang sudah memberikan pertanyaan lagi. Dan pertanyaan tersebut sungguh mengganggu telinga Amy.

"Ihsss... Tuan ini kesambet apa sih? Apa ada setan yang sudah merusak otak dan pikiran Tuan?" Amy justru mengolok-olok Shiro Yuki, yang sedari tadi membuatnya terkejut dengan berbagai pernyataan dan pertanyaan yang tadi dikatakannya.

"Kamu... Hhh, pergilah tidur sebelum Aku bertindak lebih jauh padamu!" bisik Shiro Yuki, dengan penekanan di akhir kalimatnya.

Mendengar perkataan Shiro Yuki yang lebih mirip dengan sebuah ancaman, membuat Amy langsung menyilangkan kedua tangannya ke depan dada. Memberikan keamanan pada bagian tubuhnya sendiri, yang kemungkinan besar bisa terekspose.

Tapi apa yang dilakukan oleh Amy ini, justru membuat Shiro Yuki tersenyum miring, karena ternyata, perkataannya tadi dianggap serius oleh pengasuh anaknya itu.

"Kamu pikir Aku akan tertarik dengan ukuran mu yang tidak seberapa itu?" ledek Shiro Yuki, mengenai ukuran tubuh Amy yang kecil, sehingga bagian-bagian tertentu tubuhnya juga menyesuaikan bentuk tubuhnya yang jauh dari kata ideal.

"Kyaaa..."

Amy reflek menjerit, saat mendengar ledekan Shiro Yuki mengenai ukuran tubuhnya.

Hal ini membuat Reo yang tadinya sudah tertidur, akhirnya kembali terbangun, saat mendengar suara mama asuhnya.

"Mama... Mama kenapa?"

Keduanya, Amy dan juga Shiro Yuki, sama-sama menoleh ke arah tempat tidur. Di mana Reo yang terbangun dan sudah dalam keadaan duduk, sambil melihat mereka berdua.

"Sayang. Kenapa bangun? Apa suara pengasuh mu ini mengganggu tidurmu?"

Mata Amy terbelalak tidak terima, karena pertanyaan Shiro Yuki untuk anaknya seakan-akan menuduhnya. Jika Reo terbangun sebab dirinya.

"Mama... Mama!"

Reo tidak menjawab pertanyaan dari papanya, tapi memanggil Amy supaya mendekat.

Akhirnya Amy berjalan mendekat ke tempat tidurnya Reo, yang ada Shiro Yuki juga di sana. Duduk di tepian tempat tidur anaknya.

"Aku malah dicuekin ini." Shiro Yuki mengerutu sendiri dalam gumamamnya.

Tapi hal itu tidak dihiraukan oleh Reo dan Amy, yang saat ini sudah berada didekatnya.

"Maaf Tuan Muda, jika suara Saya tadi membuat Tuan Muda terbangun."

Mendengar permintaan maaf dari mama asuhnya itu, Reo justru melihat ke arah papanya, yang tadi tidak diperhatikan atas pertanyaannya yang tadi.

"Mama kenapa Pa?" tanya Reo, seakan-akan mengetahui bahwa suara jeritan mama asuhnya tadi disebabkan oleh papanya juga.

"Kok nuduh Papa?"

"Mama nggak mungkin teriak-teriak jika Reo sudah tidur Pa? Apa Papa menyakiti mama?" Shiro Yuki terbelalak mendapat pertanyaan tersebut, yang keluar dari mulut anaknya yang masih kecil ini.

Reo seakan-akan sangat protektif, dengan menjaga mama asuhnya itu.

Ini membuat Shiro Yuki harus bisa mencari alasan, agar anaknya itu tidak memberikan pertanyaan dengan nada menuduhnya lagi.

"Mama Kamu ini kaget, saat Papa mau ajak menikah." Reo tersenyum lebar, ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh papanya.

"Beneran Ma?" tanya Reo pada Amy, meminta kepastian atas jawaban papanya.

"Mama... Mama..."

"Horeee..."

Reo justru bersorak senang, padahal Amy belum memberikan jawaban apapun.

Hal ini membuat Shiro Yuki menahan tawa, kemudian pura-pura batuk, sehingga perhatian Amy teralihkan untuknya.

Dengan isyarat mata dan gerak bibir, Shiro Yuki memintanya untuk mengiyakan pertanyaan yang diajukan oleh anaknya tadi. Karena Reo bisa sangat kecewa, jika tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.

Tentu saja ini membuat Amy canggung.

Dia tidak bisa menerima begitu saja ajakan Shiro Yuki untuk menikah. Dia yakin jika permintaan papanya Reo tadi hanya sebuah gurauan saja, dan tidak akan pernah ada pernikahan antara mereka berdua untuk kedepannya nanti.

Tapi sekarang, Reo justru mengetahuinya, dari jawaban yang diberikan oleh papanya sendiri, yang tidak memberikan kesempatan kepada Amy untuk memberikan penjelasan.

'Bagaimana bisa Tuan Besar memberi jawaban seperti itu? padahal dia sudah tahu, bagaimana Tuan Muda jika keinginannya tidak dituruti.'

'Atau dia sengaja ingin mempermainkan perasaanku, yang tentunya tidak bisa menolak permintaan dari Tuan Muda Reo.'

Amy justru memiliki pemikiran sendiri, yang tentunya berbeda dengan tujuan Shiro Yuki sendiri.

"Pa. Kapan menikahnya?" tanya Reo tiba-tiba.

"Emhhh..."

"Tidak! Bukan seperti itu Tuan Muda Reo. Mama dan papa tidak..."

"Secepatnya!"

Shiro Yuki segera memotong kalimat Amy, yang berkata dengan menyerobot. Padahal dia ingin menjawab pertanyaan anaknya.

Membuat Amy terpaksa memberikan jawaban, yang justru membuat Reo kembali bersorak kegirangan.

"Yeee... Reo punya mama! yeeee..."

"Asyik-asyik!"

Amy menatap Shiro Yuki dengan tatapan tajam, karena memberikan harapan yang besar pada anaknya sendiri. Padahal sebenarnya dia belum memberikan jawaban apapun atas permintaannya untuk menikah.

"Tuan. Apa Tuan bercanda? Pernikahan bukan sebuah candaan dan senda gurau belaka!"

Amy berusaha untuk memperingatkan papanya Reo, dengan jawaban yang akan memberikan harapan palsu pada anaknya.

"Ini semua..."

Tapi Amy tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi, sebab Reo sudah memeluknya erat. Reo juga menciumi kedua pipinya dengan selalu tersenyum riang.