Anisa begitu terkejut melihat sang suami yang datang dengan mengganden seorang wanita
Sudah beberapa bulan Anisa meridukan Nino suaminya, karna sebuah tragedi kecelakaan yang membuat Nino hilang dan kembali dengan menggandeng seorang wanita yang mengaku adalah istrinya
Padahan Nino sudah menikah dan memiliki anak dari Anisa namun karna Nino hilang ingatan Nino telah menikah lagi dengan seorang gadis yang telah menolongnya
Sanggupkah Anisa bertahan dalam sebuah rumah tangga yang membuat hatinya hancur karna Nino sama sekali tidak mengingatnya apalagi Nino sengaja mengumbar kemesraan di depan Anisa agar dia pergi dari hidupnya karna Nino yakin dia tidak pernah mencintai Anisa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aulia putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehilangan sahabat
"Ayo kita sarapan dulu di bawah," ajak Dira sambil menarik tangan Anisa supaya ikut sarapan dengan keluarganya, tentunya Nadira sudah berencana untuk memperkenalkan Anisa dengan kakak nya.
Anisa menurut saja dari pada Nadira nanti kecewa, keduanya berjalan menuruni anak tangga satu-persatu.
Mama Zahra tersenyum melihat dua gadis cantik itu.
"Ayo sayang kita sarapan sama2," ajak mama Zahra sambil merangkul pundak Anisa.
"Iya Tante," jawab Anisa tersenyum canggung.
Papa Al yang sedari tadi melihat ketiganya hanya menanggapi dengan senyuman.
Anisa dan Dira sudah duduk untuk sarapan, "kakak mana Ma?" tanya Dira karna tidak melihat kakak nya sarapan bersama.
"Kakak mu sudah berangkat pagi2 sekali sayang, dia harus ke surabaya untuk urusan bisnis, tadi dia nitip pesan katanya gak bisa ngantar kamu ke bandara," jelas mama Zahra.
Semua itu sukses membuat Dira jadi muram, dia merasa rencananya gagal lagi untuk mempertemukan Anisa dengan kakak nya.
Tak ada lagi percakapan saat mereka sarapan, mereka sarapan dalam diam hingga semuanya sudah selesai.
Tepat jam 8 pagi mereka semua berangkat kebandara, sampai di bandara Nadira menangs terisak di pelukan mama Zahra, lalu berganti memeluk Anisa yang sama2 menangis.
"Lho hati2 di sana Ra, kita akan bertemu lagi entah itu kapan," ucap Anisa yang sukses membuat Dira semakin terisak di pelukan Anisa.
"Kamu hati2 ya sayang, jaga kesehatan kamu jangan sampai kamu telat makan."
"Iya Ma, ma, aku nitip Anisa, tolong jaga dia ma, dia tidak punya siapa2 di dunia ini ma, dia hanya sebatang kara, hanya aku yang dia punya tapi sekarang aku malah pergi ninggalin dia," ucap Nadira dengan penuh harapan.
"Iya sayang mama akan jaga Anisa, dia sudah seperti anak mama sendiri," Mama Zahra memeluk keduanya dengan sangat erat, ketiganya menangis terisak.
Bahkan papa Al juga merasa terharu dengan kebaikan putri nya yang begitu menyayangi Anisa sahabat nya sendiri.
Papa Al pun mendekat dan memeluk Nadira tak kalah erat, "Pa, tolong jangan pecat Anisa karna hari ini dia bolos masuk kantor."
"Apa dia kariawan di kantor papa sayang? papa gak bakal mecat dia justru papa akan menyayangi dia seperti putri papa sendiri," ucap papa Al dengan mata berkaca-kaca.
Nadira tesenyum bahagia mendengar semua itu, "Aku berangkat ya Ma, Pa, Nis,"
"Iya sayang," jawab mama Zahra semakin terisak di pelukan papa Al.
Anisa hanya memandang punggu Nadira yang semakin menjau dan hilang di keramayang para penumpang yang sedang menuju pesawat mereka masing2.
Dia telah kehilangan sahabat satu2nya yang sangat ia sayangi.
*****
Satu bulan telah berlalu sejak keberangkatan Nadira ke singapura, sejak saat itu Anisa hanya fokus pada pekerjaan yang iya jalani saat ini, Anisa sangat jarang bertemu apa lagi jalan dengan Radit.
Anisa sibuk dengan pekerjaan nya di kantor sedang kan Ratit sibuk menghadapi penyakit nya yang semakin tak terkendali, bahkan Radit menganggap penyakit nya adalah sebuah penyakit yang menyenangkan, karna penyakitnya itu dia selalu merasa senang dan bahagia bisa bercinta dengan wanita yang di kencaninya.
Bahkan setiap hari dia bisa berganti-ganti wanita hanya untuk memuaskan hasratnya yang tak bisa ia tahan.
Anisa tidak perduli lagi atas hubungan nya dengan Radit, karna sebentar lagi ia akan mengahiri hubungan itu, meskipun sebenar nya Anisa sangat mencintai Radit tapi sebisa mungkin Anisa akan mencoba iklas untuk melepaskan Radit, dia tidak mungkin menjalin hubungan tanpa restu.
Anisa berlari memasuki lobi kantor, karna macet Anisa sedikit terlambat pagi ini, dia melihat sekitar dan langsung masuk kedalam lif tanpa ia sadari ada seseorang yang melihat dia.
Nino merasa heran karna melihat Anisa sambil berlari di lobi kantornya, Nino lah yang melihat Anisa sambil berlari, Nino belum tau jika Anisa adalah kariawan di kantor nya sendiri.
"Siapa wanita yang berlari tadi?" tanya Nino pada asisten nya Dodi,dengan wajah datar nya.
"Dia adalah kariawan baru di perusahaan ini bos," ucap Dodi sambil menunduk hormat.
Nino menyunggingkan senyum, sudah hampir satu bulan Nino tak pernah bertemu dengan Anisa, dia begitu sibuk hingga tidak mengingat Anisa, hingga saat ini dia melihat Anisa yang semakin cantik menurut nya.
Nino melanjutkan langkah nya menuju dimana ruangan nya berada, entah kenapa sedari tadi dia tidak berhenti tersenyu, membuat asisten Dodi merasa heran sendiri pada bos nya itu, karna setiap hari yang dia lihat hanya wajah dingin dan datar.
Tapi pagi ini dia terus senyum2 sendiri.
"Apa bos sudah kesambet ya?" gumam Dodi sambil geleng kepala.
Anisa segera merapikan mejanya sebelum keluar untuk makan siang di kantin bersama teman nya.
Anisa melirik jam di ponsel nya, tepat jam 12 siang Anisa sudah duduk di kanti bersama teman2 nya yang lain.
Sedari tadi Nino terus mondar mandir tidak karuan, dia merasa bingung dengan cara seperti apa untuk menemui Anisa, jika harus ke kantin dia merasa malu karna sejak dia menjabat sebagai direktur, sekalipun dia tidak pernah menginjak kan kaki di kantin kantor nya sendiri.
Setelah berpikir cukup lama ahirnya Nino memutuskan untuk pargi ke kanti, meskipun hatinya ragu namun dia tetap berjalan menuju kantin, hingga dia melihat sosok Anisa yang sangat ingin ia temui.
Nino memakai masker agar tidak ada satupun kariawan yang mengenalinya, Nino berjalan semaki dekat dengan meja Anisa, dan dia mulai duduk bersebelahan dengan meja Anisa dan teman2 nya.
Nino memandang wajah Anisa lekat, entah kenapa terselip rasa rindu di lubuk hati nya yang paling dalam, dalam diam Nino terus memperhatikan Anisa yang tertawa bahagia bersama teman2nya.
Hingga sorang pria tampan ikut bergabung dengan Anisa dan teman2 nya. Pak Arman sengaja bergabung di meja Anisa dan teman2 nya, sejak awal pak Arman memang menyukai Anisa, dia berusaha untuk semakin dekat dengan Anisa.
"Kamu sudah makan Nis?" tanya pak Arman lembut.
"Belum pak, ini tadi baru mesan," jawab Anisa seadanya.
"Gak apa2 kan kalau saya gabung di sini?"
"Gak apa2 pak, justru kami senang bisa makan siang sama bapak, siapa tahu kita di traktir, iya gak teman2," ucap Tika, karna dia tahu maksut bergabung nya pak Arman hanya untuk mendekati Anisa.
"Kalian semua jangan kawatir, saya yang akan membayar makanan kalian semua."
Semua teman Anisa bersorak gembira hanya Anisa yang tersenyum, dia merasa tidak enak hati karna teman2nya telah memanfaatkan pak Arman.
Nino terus saja memperhatikan Pak Arman yang memandang Anisa dengan penuh cinta, seketika hawa panas menyerang hati Nino saat ini, dia begitu kesal karna Anisa terus tersenyum ke arah pak Arman bahkan Anisa tertawa lepas karna lelucon pak Arman yang memang humoris.