Sequel : Aku memilihmu.
Rega adalah seorang arsitek muda yang tidak hanya berbakat, namun dia juga menjadi CEO muda yang sukses di bidangnya. Dia memiliki tunangan bernama Rhea yang seorang dokter muda, pertunangan mereka sudah berjalan hampir satu tahun.
"Maaf, Rhea. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita,"
"Baiklah! Silahkan kak Rega katakan pada kedua orang tua kita," jawaban Rhea membuat Rega terkejut, alih-alih marah padanya. Rhea justru dengan mudah menyetujui untuk membatalkan pernikahan keduanya yang tinggal dua minggu.
Apa yang terjadi dengan keduanya setelah itu? bagaimana kisah mereka dan pada siapakah akhirnya Rega maupun Rhea akan melabuhkan hati ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nanti ada saatnya
Rhea baru saja bangun tidur, dia menyingkap selimutnya dan duduk di tepian ranjang. Dia sedang mengumpulkan nyawanya, masih terasa kantuknya tapi genderang di perutnya juga sudah bertalu-talu.
“Ya ampun!” dia menghembuskan napasnya kasar saat melihat jam dinding di kamar Rega menunjukkan angka sepuluh, Rhea baru ingat kalau saat ini ada di rumah Rega. Dia bergegas masuk ke kamar mandi untuk cuci muka, merapikan rambutnya yang sudah macam anak singa mengaum. Dia mencepol rambutnya keatas, terkesan asal namun justru terlihat cantik, tidak lupa dia mengambil kaca mata bulat beningnya karena dia sudah melepas soft lens yang biasa dia pakai.
Ceklek
Rhea keluar dari kamar Rega yang ada di lantai dua, dia menuruni anak tangga menuju lantai satu. Di bawah memang terdengar beberapa suara yang dia kenal dan tidak.
Rhea memang sudah terbiasa di rumah tersebut, terlebih hampir satu tahun ini dia sering mondar mandir kerumah calon mertuanya tersebut. Tiga hari saja Rhea tidak kesana pasti mama Indah akan mencarinya, begitulah mama Indah yang begitu tulus menyayangi Rhea seperti putri kandungnya. Andai saja dia dulu tidak keduluan keluarga Darmawan, mungkin Rhea sudah diadopsi mama Indah dan papa Harun.
Rhea langsung menuju dapur saat melihat mama Indah ada di sana. “Ma, maaf. Rhea malah ketiduran,” ucapnya pada mama Indah.
Mama Indah menoleh. “Eh, anak mama sudah bangun. Tidak apa-apa, sayang. Mama yang minta maaf karena tidak tahu kamu shift malam,” mama Indah mengusap puncak kepala Rhea.
"Ada tamu ya, ma? Sepertinya ramai sekali,”
Mama Indah mengangguk. “Sepupu Rega dan keluarganya,” jawab mama Indah. “Kamu pasti lapar, kan? Makan dulu! Mama sudah siapkan,” titah mama Indah.
“Aku padahal belum mandi lho, ma. Aldo tidak membiarkanku pulang, ma. Malah diculik kesini,” ucapnya membuat mama Indah tertawa ringan, begitulah akrabnya Rhea dan mama Indah.
“Wow! Siapa kah gadis cantik ini?” tanya seseorang dari arah ruang makan.
Mama Indah dan Rhea menoleh kesumber suara, eits! Hanya mama Indah yang menoleh...sekali lagi hanya mama Indah, karena sebelum Rhea menoleh Rega sudah ada di sampingnya. Tubuh Rhea tertutupi tubuh gagah Rega, pria itu langsung menyembunyikan kepala Rhea di dadanya.
Rhea sendiri bingung, tapi dia menurut dan tidak protes kenapa Rega melakukan hal tersebut. Mama Indah bahkan dibuat tergelak melihat kelakuan putranya tersebut, bukan hanya mama Indah. Melainkan sosok pria yang ada di pojokan tak kalah heboh, dia langsung mengambil moment langka tersebut.
Cekrek. “Begitu yang di bilang tidak ada rasa? Baru ada satu jan tan yang memuji mbak Rhea saja dia sudah posesif,” batin Aldo yang hanya bisa menggeleng melihat atasnnya tersebut.
“Ya ampun, Ga. Itu Rhea kamu kekep begitu mana bisa napas,” oceh mama Indah.
“Di sini banyak nyamuk soalnya, ma. Biar Rhea tidak di gigit nyamuk,” jawab Rega asal dan hal tersebut membuat Rhea mengerutkan dahi. Dia berusaha mendongak keatas, namun tangan Rega tidak membiarkannya.
“Hahaha. Takut calon istrinya gue rebut, tante. Makanya begitu,” sahut Aiden yang tidak lain adalah sepupu Rega.
“Ck … Rega keatas dulu ma, Rhea harus mandi dulu. Dia belum mandi,” Rega membawa Rhea pergi dari dapur masih dengan menyembunyikan kepala dan wajah Rhea di dadanya.
Mama Indah hanya bisa menggeleng, sedangkan Aiden tergelak melihat tingkah Rega.
Rhea mendorong dada Rega sedikit keras saat keduanya ada di depan pintu kamar Rega. “Kamu apaan sih, kak? Engap tahu,” protes Rhea yang kesal dengan tingkah Rega.
Rega memandangi Rhea dengan lekat.
Kembali kebeberapa saat yang lalu saat Aiden belum datang kearah ruang makan.
Tap
Tap
Rega baru saja masuk kedalam rumah, dia habis dari taman belakang ngobrol dengan keluarga Aiden dan sepupunya itu tadi juga masih ada di sana.
“Tumben gerah banget,” Rega yang kegerahan langsung menuju dapur untuk mengambil air minum.
Seketika langkahnya berhenti saat melihat Rhea dan mama Indah ngobrol dengan asik, terlebih mama Indah yang tertawa dengan lepas dan bahagia saat bersama Rhea.
Deg
“Menggemaskan sekali,” gumamnya entah sadar atau tidak saat melihat Rhea tersenyum dari samping, di tambah dengan rambut yang dicepol keatas dengan asal. Belum lagi kacamata yang dia pakai, cantik dan menggemaskan ala-ala Zao Lushi atau Ester yu mungkin. Ho…ho…ho.
Tiba-tiba saja Aiden sudah berdiri di dekatnya, sambil berbisik. “Bagaimana kalau aku buat dia tertarik padaku, Ga? Bukannya kamu tidak mencintai dia?” aroma-aroma buaya darat muncul.
Rega langsung menoleh. “Jangan macam-macam kamu, Aiden.” Rega langsung menghampiri Rhea dan menghalanginya dari pandangan Aiden.
Kembali di depan pintu kamar Rega.
“Ya ampun, kak! Ini kamu kenapa sih?” Rhea sedikit menyentak saat Rega mencengkeram lengannya, nampaknya pria yang ada di depannya tersebut sedang melamun.
“Sorry, Rhea.” Rega langsung membuka pintu kamarnya, dia membawa Rhea masuk.
“Kamu mandi dulu, bajumu ada di sana. Mama bilang dia beli beberapa baju untukmu beberapa waktu lalu,” ucap Rega, duh bohong sekali ya pak? Padahal dia yang membeli baju itu saat pulang dari Singapura, ya walaupun mama Indah yang memintanya.
Kruuk…kruuk
Perut Rhea kembali berbunyi, niat dia kebawah karena mau sarapan yang sudah sangat terlambat. Tapi sirna sudah gara-gara Rega, Rhea tiba-tiba memberengut,
“Jangan cemberut begitu,” Rega mengusap pipi Rhea. “Kamu menggemaskan sekali,” ucapnya tanpa sadar.
Rhea diam tanpa kata. “Kalau saja aku tidak mendengar ucapanmu tadi, kak. hatiku pasti sudah melambung saat ini karena ucapanmu barusan,” monolog Rhea dalam hati.
“Aku ambilkan sarapanmu. Kamu mandi dulu sana!” titah Rega.
Rhea mengangguk, tidak perlu basa-basi dia langsung menyambar alat mandi dan juga baju yang Rega taruh pada meja. Rhea masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya, dia tidak hanya membersihkan diri. Tapi juga perlu menyegarkan hati dan pikirannya, isi kepalanya terlalu berisik saat ini.
Banyak hal yang harus dia urai dan selesaikan satu persatu, hal yang paling berat dia tinggalkan dari keluarga Setyadarma jika nanti dia dan Rega benar batal menikah adalah mama Indah dan papa Harun. Kedua paruh baya tersebut tulus menyayanginya di bandingkan keluarga Darmawan, oh! Kecualikan satu orang dari keluarga angkatnya yang bernama Alya, anak bungsu keluarga itu yang sangat menyayangi Rhea.
***
Rhea sudah lebih segar setelah mandi, dia melihat dirinya sendiri pada cermin yang ada di kamar tersebut. “Ini bukan ukuranku,” Rhea sedikit risih karena bajunya terlalu press body, kemudian dia tersenyum getir.
Ceklek
“Kamu makan du…lu,” Rega menelan salivanya saat melihat Rhea, pasal baju yang Rhea pakai.
Rhea menoleh, dia langsung menutup tubuhnya dengan handuk yang tadi dia pakai. “Kak bisa pinjam kaosmu saja, tidak? Aku tidak nyaman, ini bukan ukuranku. Lebih seperti ukuran Karin,” cibirnya dengan sengaja kearah Rega.
Deg
Hati Rega berdenyut saat Rhea mengatakan hal tersebut, sungguh ja hat dan payah memang dia. “Sorry,” batin Rega.
“Aku ambilkan dulu,” Rega kemudian masuk kedalam walk in closet, dia mencari beberapa kaos miliknya dengan ukuran yang paling kecil.
“Kamu pakai ini saja. Hanya ini yang ukurannya paling kecil,” Rega memberikan kaos berwarna sage pada Rhea.
Rhea mengangguk, dia kemudian kembali masuk kekamar mandi untuk mengganti bajunya. Untung rok jeans span tiga perempat itu pas di badan Rhea, jadi dia hanya perlu mengganti atasan.
Ceklek
Rhea keluar dengan tampilan cantiknya meskipun kaos Rega terlihat over size di tubuh Rhea, salahkan Rega yang ternyata memilih warna kaos yang cukup cocok dengan warna rok jeans sepan tiga perempat warna olive yang dipakai Rhea.
Rega menghelan napas, dia mendekat kearah Rhea yang sedang merapikan kaos oversizenya.
Rega tiba-tiba menaruh dagunya pada pundak Rhea, namun dia tidak memeluk tubuh Rhea. Dia cukup tahu batasan, Rega memejamkan matanya.
“Kak!”
“Maaf,” ucapnya pada Rhea.
Rhea hanya tersenyum dan mengangguk, tidak ingin memperpanjang apapun karena memang belum waktunya. Akan ada saat dimana Rhea yang akan balik untuk mengatakan apa yang seharusnya dia ungkapkan nanti. Namun bukan sekarang, nanti saat semuanya sudah jelas dan bukan hanya sekedar katanya.
rayen and rhea
wah blokir ini benaran ?
biar regaerasakannkehilangan rhea
ko pamit apa ada rencana pergi keluar negri ini
Rhea nunggu satu tahun loh biar impas regong nya nunggu lima tahun aja Thor kalau berjodoh sih
hilang ingatan jangan" dulu pernah ketemu regong waktu kecil kaya cinta monyet apa Kitty yah
😂😂