Serafim Dan Zephyr menikah karena di jodohkan oleh kedua orang tuanya, dari awal Serafim tahu Calon suaminya sudah mempunyai pacar, dan di balik senyum mereka, tersembunyi rahasia yang bisa mengubah segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Blueberry Solenne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 - Ambruk
(Zephyr)
Keesokan harinya, sinar matahari menembus tirai kamar. Aku membuka mata dengan perlahan, dan menyadari sesuatu, rupanya dia sudah ada di pelukanku. Namun saat dia mulai bergerak, aku buru-buru memejamkan mata, pura-pura tertidur.
“Oh my God, kenapa aku di pelukannya?”
Suara itu pelan tapi panik.
Aku menahan tawa ketika dia segera bangkit dan berlari keluar kamar, langkahnya terburu-buru sampai terdengar pintu dibanting.
Gadis itu… semalam tak bisa diam, guling-guling terus. Akhirnya kupeluk supaya tenang, tapi… justru dia yang kaget sendiri.
(Serafim)
Di kamar mandi, air dingin dari wastafel menyentuh kulitku, membuat aku sedikit sadar.
“Kenapa aku di pelukannya… apa dia menyentuhku?”
Aku menatap bayanganku di cermin, pipiku memerah.
Tapi tidak ada yang sakit, dan pakaian kami masih lengkap.
“Ah, ternyata aku terlalu curiga,” gumamku pelan.
Aku memakai baju kerja secepat mungkin, dengan perasaan yang masih deg-degan, lalu keluar kamar sambil mengendap-endap. Setelah melihat sekeliling aman, buru-buru mengambil ponsel baru yang kusembunyikan di pot dekat jendela. Setidaknya benda kecil ini aman, pikirku.
(Zephyr)
Perkiraan Serafim salah besar, ia mengira gerak geriknya tidak diketahui olehku, justru aku bisa memantaunya dari layar CCTV.
Dari balik meja, layar monitor menampilkan setiap gerakannya.
Dia membungkuk mengambil sesuatu dari pot bunga.
Aku menyipitkan alis sambil menahan senyum.
“Kena kau,” kataku pelan.
“Jadi di sana kau menyembunyikan handphone barumu.”
Saat Serafim masuk aku pura-pura minum kopi dan duduk santai.
(Serafim)
Aku sempat kaget ketika masuk, Zephyr sudah bangun dan duduk nyaman di meja makan dengan pakaian tidurnya dan rambutnya terlihat masih berantakan. Setelah aku melepas charger ponsel lamaku, Liam menelpon kalau sebentar lagi akan segera tiba dirumah.
Aku pun langsung ngecek semua barang dan saat hendak keluar rumah, Zephyr menahanku.
“Berhenti,” katanya pelan.
Aku berbalik dan langsung mencari ide.
“O iya aku kehabisan uang receh, apa kau punya seratus ribu.”
Zephyr meletakkan gelas kopinya dan menyuruhku menunggu, karena dompetnya di kamar.
Aku pun tersenyum, akhirnya rencanaku berhasil, aku buru-buru menyelinap keluar rumah. Dan mobil Liam pun sudah ada depan, dengan langkah cepat aku turun dan masuk ke mobilnya sambil tertawa.
“Kenapa kau ceria sekali hari ini, Fim?”
Aku menyuruhnya jalan karena takut di kejar suamiku. Lalu aku menceritakannya, Liam pun tertawa.
“Kok bisa sih rumah tangga kalian awet sudah empat tahun kan?”
“Ya aku tahan-tahanin. Cape banget sebenarnya, mau gimana lagi seperti yang aku bilang semalam, aku sudah minta bercerai berkali-kali tapi dia terus menahanku, aku bahkan tidak mau punya suami pejabat pemerintah.”
(Zephyr)
Saat aku akan memberikan uang buat Serafim, dia ternyata sudah pergi.
“Jadi dia mengerjaiku, kita lihat saja nanti.”
Kink aku baru saja tiba di kantor dan menaruh jas di sandaran kursi, ponselku bergetar di atas meja. Panggilan dari kepala cabang kota Esmora dari Ellias Global Industries.
“Pak, kita punya masalah besar,” suara di seberang terdengar gugup.
“Material baja yang dikirim minggu lalu… hasil lab-nya keluar pagi ini. Kadar karbonnya jauh di bawah standar. Kalau dipakai terus, struktur proyek pelabuhan bisa retak dalam hitungan bulan.”
Zephyr terdiam, memijit pelipis.
“Kalian sudah pastikan tidak ada kesalahan di lapangan?”
“Sudah, Pak. Tapi kami menemukan tanda-tanda kalau dokumen pengiriman dipalsukan. Ada tumpang tindih data, seolah-olah bahan datang dari pemasok resmi, padahal bukan.”
Suasana ruang kerjanya seketika terasa sesak.
“Kirimi aku semua datanya. Sekarang.”
Begitu sambungan terputus, Zephyr menatap layar ponselnya lama. Ada sesuatu yang tak beres. Dan entah kenapa, firasatnya berkata, masalah ini tak hanya soal proyek. Ada tangan lain yang ikut bermain di baliknya.
Saat sedang rapat dengan direksi mertuaku ngechat, tapi aku tidak membacanya. Karena aku sedang tertarik dengan saham perusahaan semakin meningkat.
Selesai rapat. Aku langsung menelponnya.
“Zephyr, nanti malam datanglah ke rumah, Ayah mau bicara, o iya ajak Serafim juga sekalian!”
“Baik Yah, aku akan membawanya?”
“Hah, padahal satu kantor kenapa tidak langsung memberitahunya.”
Aku pun langsung menelpon, tapi tidak di angkat-angkat, aku langsung menghubunginya ke kantor, tapi Serafim tidak ada di tempat.
Di kantor Sakura Cement, Serafim ternyata sedang mengobrol dengan Ayahnya.
“Ayah akan menolak permintaanmu, perbaiki rumah tangga kalian.”
“Ayah pasti tidak tahu, kalau dia…”
Aku menghentikan ucapanku, karena tidak bisa mengatakan kebenarannya, apalagi dia sangat menyukai menantunya.
“Ayah aku mohon izinkan kami bercerai.”
Tapi Ayahku malah menyuruhku jalan-jalan. Aku langsung pergi ke ruangan Ka Louis, dan meminta bantuannya.
“Ayolah kak bantuin aku, supaya ayah mengizinkan kami berpisah.”
Louise malah tertawa..
“Fim suamimu selalu baik padamu, tapi kau justru ingin berpisah darinya, dia sangat mencintaimu, setiap kami mengobrol, dia selalu memujimu, dia juga sangat menyukai masakanmu.”
Dalam hatiku aku ingin tertawa.
Masak? duduk berdua di meja makan saja tidak pernah, apalagi mencicipi masakanku.
“Kak, aku… curiga dia punya wanita lain.”
Kak Louis meletakan dokumennya dan menatapku.
“Jangan ngarang Fim, cepat kembali bekerja.”
“Aarrgghh, kalian tidak memahamiku.” Keluhku.
Lalu aku pergi ke ruangan Liam, dia baru saja bekerja di perusahaan kami sebagai pengacara, atas permintaan kakakku.
“Liam ayo pergi jalan-jalan aku malas kerja.”
Liam mengalihkan pandangannya dari dokumen ke arahku.
“Tidak bisa Fim, aku ada kerjaan.”
Mendadak Kak Louis masuk.
“Pergilah, ajak dia main, Belikan dia Es cream supaya anteng! candanya.”
Sambil melihat dokumen dia menoleh ke arah Louis.
“Hahahah, bukannya kita mau rapat”
Kak Louis tersenyum dan bicara dengan tenang.
“Tidak apa-apa, aku membutuhkanmu agar temanmu tidak merengek terus.”
“Iih apaan sih Ka, memangnya aku anak kecil.”
“Tuh kan” ledek kakaku.
Kemudian sambil mengelus kepalaku, Liam mengajakku pergi.
Aku senang bukan main, kami pun pamit. Aku dan Liam jalan-jalan ke taman bermain, ya kami memang bukan anak kecil lagi tapi aku butuh hiburan.
Aku mengajaknya makan Spironas sepuasnya, aku tahu dia sangat menyukainya, dulu waktu kami di kanada Liam sering datang kerumah demi makan Spironas buatan Ibuku.
Liam menerima telepon, tapi wajahnya terlihat panik.
“Fim, ayo pulang, ayahmu meminta kita segera kembali ke kantor.”
Aku pun langsung menurut.
Sepanjang perjalanan kami terus bercanda.
Dan setiba di kantor, ia melontarkan candaan padaku.
“Fim, kalau kau berpisah darinya, menikahlah denganku.”
Aku hanya tersenyum, dan aku pun kembali bekerja.
Ketika aku melihat ponselku rupanya ada dua puluh tujuh miscall dari Zephyr.
Aku pun langsung menelponnya.
“Kenapa?”
Dia tiba-tiba berteriak, hingga membuat telinga ku pengang.
“Kau… sudah berulang kali aku mengingatkamu, jangan pernah pergi tanpa handphonemu, paham!”
Aku langsung pergi ke toilet, dan meneriakinya juga.
“Aku istrimu, bukan tawananmu! kau tidak tahu rasanya jadi diriku kan?”
Saking sesak dan sakitnya dadaku, airmata ku mengalir deras.
“Tolong… bebaskan aku, Jujurlah pada keluargaku kalau kau mencintai wanita lain, karena mereka lebih mempercayaimu daripada aku, Phyr…!”
Nada suaranya berubah menjadi lembut.
“Fim… maaf, aku tadi keterlaluan sampai meninggikan suaraku.”
Aku tidak menjawabnya dan langsung menutup teleponnya. Dan… menangis sendirian di toilet sampai tersedu-sedu. Sakit lambungku pun sampai kumat, lalu buru-buru kembali ke ruangan kerja dan meminum obat agar sakitnya mereda.
Sorenya Zephyr menjemputku, aku malas ribut dengannya, aku juga sedang tidak enak badan jadi aku menurutinya.
Kita langsung ke rumah Ayahmu saja, kau sudah tahu kan dia ingin kita makan bersama.
Aku menjawab sambil menatap jendela mobil.
“Hemmm, kau menyetir saja, jangan cari gara-gara kalau kau tidak ingin membunuhku pelan-pelan.”
Setiba di rumah Ayah, aku langsung masuk ke kamar lamaku. Asisten rumah tanggaku memberikanku obat lambung.
“Darimana Bibi tahu aku sakit?”
“Suami Nona Fim yang bilang, pak Zephyr juga yang memberikan obat ini.”
Aku pun mengucapkan terimakasih.
Ketika makan malam aku tidak berselera. Lalu setelah selesai, Ayah mengajak kami mengobrol di ruang keluarga.
Ayah menatap kami sambil melepaskan kacamatanya.
“Sudah berapa lama rumah tangga kalian?”
Aku dan suamiku saling tatap.
Zephyr menimpali sambil merangkul pundakku.
“Sudah hampir lima tahun, Yah.”
“Hem, jadi kapan… kalian akan memberi Ayah cucu?”
Akun menurunkan lengan Zephyr.
“Ayah…!”
“Segera periksakan kesehatan kalian ke dokter, atau… kamu pakai KB, Fim?” pinta Ayahku.
“Tidak yah, aku sehat, suamiku juga sehat, iya kan sayang.”
Diam-diam ia tersenyum.
Kami terus dinasehati agar bisa segera dikaruniai momongan tahun ini.
Setelah mengobrol dengan Ayah, Ka Louis memanggil Zephyr.
Sementara aku tiduran kembali di sofa. Namun beberapa menit kemudian ada suara keributan, dengan tubuh lunglai aku menghampiri mereka ke Balkon, aku melihat Bibir Zephyr berdarah.
“Kak… ada apa ini, Phyr… kenapa bibirmu berdarah?”
Dan setelah itu penglihatanku kabur, kepalaku pusing dan… aku pun ambruk.
Bersambung...