NovelToon NovelToon
Si Cantik Dan Si Pintar

Si Cantik Dan Si Pintar

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Nikahmuda / Duniahiburan / Cintapertama / Berondong / Berbaikan
Popularitas:467
Nilai: 5
Nama Author: Sitting Down Here

Semua orang di sekolah mengenal Jenny: cantik, modis, dan selalu jadi pusat perhatian tiap kali ia muncul.
Semua orang juga tahu siapa George: pintar, pendiam, dan lebih sering bersembunyi di balik buku-buku tebal.

Dunia mereka seolah tidak pernah bersinggungan—hingga suatu hari, sebuah tugas sekolah mempertemukan mereka dalam satu tim.

Jenny yang ceria dan penuh percaya diri mulai menemukan sisi lain dari George yang selama ini tersembunyi. Sedangkan George, tanpa sadar, mulai belajar bahwa hidup tak melulu soal nilai dan buku.

Namun, ketika rasa nyaman berubah menjadi sesuatu yang lebih, mereka harus menghadapi kenyataan: apakah cinta di antara dua dunia yang berbeda benar-benar mungkin?

Spin off dari novel Jevan dan Para Perempuan. Dapat di baca secara terpisah 🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 Jenny Celaka

BOOM!

Terdengar bunyi yang sangat keras diikuti dengan timbulnya percikan api. Lengan Jenny sempat terkena percikan api tersebut lalu ia tak sadarkan diri.

"Jennnnyyy!"

George terkejut dan berteriak memanggil nama Jenny dengan keras. George tak menyangka hal ini akan terjadi pada Jenny. Ia sebelumnya sudah mengecek ulang semua alat yang akan di gunakan. Dan ia pikir itu semua aman. Dengan panik, George kemudian menggendong Jenny yang pingsan agar menjauh dari kelas tempat mereka melakukan eksperimen. Mr. Stern bertindak cepat dengan menghubungi rumah sakit terdekat agar Jenny segera mendapatkan pertolongan.

Jenny yang masih pingsan dan berada di gendongan George kemudian untuk sementara di bawa ke ruang UKS sekolah sambil menunggu ambulans datang. Dokter jaga yang berada di ruang UKS lalu memeriksa Jenny dengan teliti. Crash, Clarice, dan Joey lalu mendatangi George yang sedang menunggu Jenny di periksa di luar ruangan UKS.

"Bagaimana keadaan Jenny, George?"

"Aku tak tahu, dokter masih memeriksa. Aku sungguh berharap dia akan baik-baik saja, tapi lengannya tadi sempat terbakar karena terkena percikan api"

"Ya Tuhan ... " Ucap Clarice, Crash, dan Joey hampir bersamaan.

"Aku tak mengerti, seharusnya sih itu aman kan? Lampu bohlam akan menyala dengan larutan-larutan tersebut kecuali dengan larutan gula" Jelas Crash.

"Tapi apa mungkin terjadi korsleting dengan salah satu lampunya?" Tanya Joey.

"Aku sudah periksa semua sebelum melakukan eksperimen jadi seharusnya itu tidak terjadi"

"Aku sungguh penasaran soal ini. Aku akan melakukan penyelidikan secara diam-diam karena aku curiga jangan-jangan ada yang mau sabotase eksperimen kamu, George"

"Aku rasa itu tak mungkin, Joey. Aku kan tak merasa punya musuh"

"Kamu mungkin tak punya, tapi Jenny mungkin punya. Dia kan cantik, bisa aja ada yang iri sama dia kan?"

"Aku tak berpikir seperti itu, tapi mungkin kamu ada benarnya juga, Joe"

"Kami akan urus itu, George. Kamu temani Jenny aja sampai dia siuman"

"Baiklah. Terima kasih, teman-teman. Aku berhutang banyak pada kalian"

"Jangan berpikir seperti itu, George. Ini adalah sesuatu yang harus kita lakukan sebagai teman. Lagipula aku memang senang melakukan ini. Aku jadi merasa seperti Sherlock Holmes atau detektif Conan"

"Ada-ada saja kamu, Joe"

"Kalau begitu kami pamit dulu ya, George"

"Baiklah. Sekali lagi terima kasih Clarice, Crash, dan kamu, Joey"

"Don't mention it, George"

***

Menjelang sore, kedua Orang tua George menghubungi George via telepon.

"Halo mommy"

"George, kamu dimana? Kenapa jam segini belum pulang juga?"

"Eksperimenku gagal, mom. Telah terjadi kecelakaan tadi dan partnerku masih tidak sadarkan diri. Sekarang aku lagi tungguin dia di rumah sakit"

"Ya Tuhan! Bagaimana itu bisa terjadi, George?"

"Ceritanya panjang, mom. Nanti akan kuceritakan kalau sudah di rumah"

"Tapi kamu tak apa-apa kan, George?"

"Iya, aku tak apa-apa, mom"

"Syukurlah. Kalau ada apa-apa segera kabari mommy ya"

"Yes mommy, I will"

Setelah selesai menerima telepon, Mr. Stern kemudian mendatangi George.

"Jenny belum siuman juga?"

"Belum, sir"

"George, saya kesini untuk memberitahu kalau besok murid-murid yang belum mendemonstrasikan eksperimennya akan tetap melakukannya sampai selesai. Saya harap kamu bisa mengerti, George"

"Iya sir, tentu saja saya mengerti"

"Dan satu lagi, jika kamu tak ingin melanjutkan ini maka saya akan menerimanya dan mengerti. Saya akan mengganti proyek ini dengan tugas lain khusus untuk kamu dan Jenny nanti"

"Kalau soal itu, saya akan membahasnya dengan Jenny dulu kalau ia sudah siuman nanti, sir"

"Iya tentu saja, George. Saya turut sedih dengan kejadian ini. Saya harap hal seperti ini takkan terjadi lagi"

"Saya harap juga begitu, sir"

"Baiklah kalua begitu saya tinggal dulu ya, George"

"Iya, sir"

Tak lama setelah Mr. Stern pergi, Jenny akhirnya siuman.

"Jenny, akhirnya kamu siuman juga! Syukurlah! Aku khawatir banget tadi!" Secara spontan lalu George memeluk Jenny yang setelah membuka kedua matanya ia lalu duduk. Ketika akhirnya George menyadari perbuatannya, ia segera melepaskan pelukannya kepada Jenny.

"Ma-maaf, aku seharusnya tak melakukan itu. A-aku hanya merasa lega akhirnya kamu siuman juga"

"Ga apa-apa, George"

Keduanya saling bicara tapi tak saling memandang karena malu. Baik George dan Jenny saat itu wajahnya sama-sama memerah karena malu.

"Kalau begitu aku akan beritahu suster jaga dulu untuk memeriksa kamu"

"Iya terima kasih, George"

"Sama-sama, Jen"

Selama menunggu Jenny di luar, George jadi baru teringat kalau ia belum mengabari keluarga Jenny mengenai kecelakaan yang menimpanya. Ia mengingat Louisa yang dekat dengan Jenny yang ia tahu adalah tetangga Jenny dan merupakan satu-satunya orang yang dekat dengan Jenny di sekolah. Tapi George tak memiliki nomor ponsel Louisa. Ia lalu menghubungi Crash yang pandai mencari informasi tentang orang lain karena ia adalah seorang hacker.

"Halo George, ada apa?"

"Crash, aku butuh bantuanmu. Tolong carikan nomor ponsel Louisa, aku perlu mangabarinya soal Jenny"

"Baiklah, aku akan bantu carikan walau aku ga yakin sih keluarganya akan mencari Jenny dan khawatir padanya"

"Apa maksudmu, Crash? Apa kamu tahu sesuatu yang tidak aku tahu?"

"Tidak, bukan apa-apa kok. Oke, nanti aku akan segera hubungi kamu kalau sudah menemukan nomer ponsel Louisa"

"Oke, thanks Crash"

"Yep"

***

Louisa yang memang sudah mendengar tentang kecelakaan yang menimpa Jenny, menjadi khawatir. Ketika kecelakaan itu terjadi, Louisa masih di kelasnya. Tetapi ketika ia mendatangi kelas Jenny, ia sudah tak berada di sana karena Jenny sudah di bawa ke rumah sakit.

Louisa merasa sangat bersyukur ketika George akhirnya menghubunginya untuk memberitahu tentang Jenny. Ia lalu berjanji akan segera datang ke rumah sakit bersama Jevan.

Setelah selesai menghubungi Louisa, George kemudian berbicara dengan Jenny dan dokter yang sudah memeriksa Jenny.

"Luka di seluruh lengan kanannya cukup parah, jadi kami harus melakukan penanganan segera tapi kami harus mendapatkan persetujuan dulu dari pihak keluarga jika nantinya memerlukan tindakan operasi"

"Baik dok, saya sudah menghubungi pihak keluarganya. Mereka akan segera datang ke sini" Ucap George

"Apakah tangan saya akan menjadi cacat, dok? Nantinya saya masih bisa menulis tidak?"

"Bisa, nanti kalau sudah sembuh dan penyangganya di lepas kamu bisa beraktivitas seperti biasa lagi. Kalau cacat sih tidak, tapi bekas luka bakarnya mungkin akan kelihatan. Tapi nanti lama kelamaan juga akan hilang, kalau perlu kami bisa melakukan tindakan operasi plastik untuk menghilangkan bekas luka bakarmu nanti"

"Tidak perlu, dok. Selain karena biaya operasi plastik itu mahal, saya tetap ingin bekas lukanya kelihatan. Kalau perlu sampai orang-orang jijik melihatnya jadi tak ada yang mau mendekati saya lagi"

"Apa maksudmu, Jen?" Tanya George yang bingung dengan ucapan Jenny.

"Tidak ada maksud apa-apa, George. Aku hanya tak ingin saja di operasi plastik"

George masih bingung dengan ucapan Jenny. Tapi dokter tak ingin memperpanjang lagi pembicaraan mengenai itu jadi ia hanya berkata yang penting saat ini Jenny sembuh dulu. Setelah itu dokter pamit keluar untuk mengunjungi pasien yang lain. George kemudian duduk di sebelah Jenny untuk bicara dengan Jenny.

"Maafkan aku, Jen. Kamu sampai mengalami kecelakaan ini karena aku"

"Kamu tak perlu minta maaf George, karena ini bukan salahmu ataupun salahku. Kita sudah memeriksa semuanya sebelum kita melakukan eksperimen itu. Ini hanya kecelakaan biasa, George. Tidak apa-apa"

"Aku akan menanggung semua biaya di rumah sakit sampai kamu sembuh, Jen"

"Sudahlah, George. Jangan pikirkan itu. Keluarga aku yang nanti akan mengurusnya"

Maksud Jenny adalah Jevan, karena ia yakin ibunya takkan mau mengeluarkan sepeser pun uang untuk biaya rumah sakit Jenny.

"Oh ya, aku sudah hubungi Louisa tadi. Ia akan segera datang ke sini"

"Terima kasih, George. Kamu pasti sudah dari tadi di sini ya? Lebih baik kamu pulang ke rumah, keluarga kamu pasti khawatir sama kamu"

"Aku sudah mengabari mereka kok, jangan khawatir soal itu, Jen"

Jenny dan George masih saling bicara ketika tiba-tiba pintu di ruangan tempat Jenny di rawat di buka oleh seseorang. George pikir yang datang adalah suster atau Louisa, tetapi ternyata bukan. Tamu itu berjumlah dua orang, Laki-laki dan perempuan. Kemudian yang perempuan mengucapkan sesuatu.

"Jenny, kamu memang anak nakal! Apa yang telah kamu perbuat sampai bisa di rawat seperti ini, hah!?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!