NovelToon NovelToon
TERJEBAK DALAM LUKA DAN HASRAT

TERJEBAK DALAM LUKA DAN HASRAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa
Popularitas:23.8k
Nilai: 5
Nama Author: Reetha

Sudah 12 tahun sejak Chesna Castella Abram tidak lagi pernah bertemu dengan teman dekatnya saat SMA, Gideon Sanggana. Kala itu, Gideon harus meninggalkan tanah air untuk melakukan pengobatan di luar negeri karena kecelakaan yang menimpanya membuat ia kehilangan penglihatan dan kakinya lumpuh, membuatnya merasa malu bertemu semua orang, terutama Chesna. Di tahun ke 12, saat ia kini berusia 27 tahun, Gideon kembali ke tanah air, meski kakinya belum pulih sepenuhnya tapi penglihatannya telah kembali. Di sisi lain, Alan saudara kembar Chesna - pun memiliki luka sekaligus hasrat mengandung amarah tak terbendung terhadap masa lalunya sejak lima tahun silam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reetha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 7

Di kediaman Sanggana. Ruang kerja Gideon  malam itu sunyi.

Lampu meja yang hangat memantulkan cahaya lembut di wajahnya yang serius. Di depan laptopnya, sederet laporan keuangan dan proposal kerja sama dari beberapa divisi terbuka. Tapi pandangan matanya kosong, seolah semua angka itu hanya bayangan yang lewat.

Suara ketukan pelan terdengar dari arah pintu.

“Masuk,” katanya tanpa mengalihkan pandangan.

Pintu terbuka. Seorang wanita elegan berusia lima puluhan masuk dengan langkah tenang. Senyumnya lembut, khas Bu Reva Sanggana, ibunya yang selalu terlihat tenang bahkan dalam situasi sulit.

“Kamu belum istirahat, Nak?” tanyanya sambil menaruh secangkir teh di meja.

“Masih banyak laporan yang harus dicek, Ma,” jawab Gideon singkat.

Sang mama duduk di kursi seberang, menatap putranya dengan tatapan penuh arti. “Kamu gak takut kelelahan?”

“Aku gak punya pilihan, Ma. Setelah aku ambil alih posisi pimpinan, semua mata tertuju ke aku. Aku harus mengimbangi semua orang.”

Bu Reva tersenyum tipis.

“Mama bisa lihat, kamu terlalu keras sama diri sendiri.”

Ia diam sejenak, memperhatikan wajah putranya yang tampak lelah tapi tetap menyembunyikan banyak hal di balik tatapan tenang itu.

“Mama dengar kamu sempat berkunjung ke Castella Medical Center, benar?”

Gideon menegakkan punggungnya, sedikit kaget tapi tetap berusaha terlihat tenang.

“Iya, Ma. Ada kerja sama yang perlu dibicarakan. Klinik mereka punya fasilitas riset yang bagus, cocok untuk proyek kesehatan yang kita rencanakan.”

“Hmm…” Ibunya mengaduk teh perlahan, suaranya lembut tapi mengandung rasa ingin tahu. “Castella Medical Center itu milik keluarga Abram, bukan? Bener Chesna yang pegang?”

Gideon mengangguk pelan.

“Iya. Chesna.” Nama itu keluar begitu saja, tapi dadanya terasa mengeras sesaat.

Bu Reva menangkap perubahan kecil di wajah putranya, senyumnya tipis tapi mengandung sesuatu yang tak diucapkan.

“Chesna Abram… cinta pertamamu, kan? Wah sudah dua belas tahun, gimana kabarnya? Apa dia masih Chesna yang sama? Yang mama curigai, Kau pasti kembali mengincarnya, kan?” tanyanya hati-hati.

“Itu kan dulu, Ma,” jawab Gideon cepat, matanya menatap berkas seolah mencari pelarian. “Sekarang semua urusan hanya soal pekerjaan.”

“Mama gak bilang apa-apa, Nak,” Bu Reva terkekeh kecil. “Mama cuma kagum, anak itu tumbuh jadi perempuan yang luar biasa. Dari yang Mama dengar, dia mendirikan klinik itu dengan penuh semangat, dikelilingi oleh dokter-dokter ahli ternama juga. Masih Muda, cerdas, punya visi jelas jarang, lho, ada perempuan seperti itu.”

Gideon mengangguk tanpa menjawab.

Suasana hening kembali.

Ibunya menatapnya lagi, kali ini lebih lembut.

“Kamu juga hebat, Gideon. Tapi kadang Mama berharap kamu gak kerja sendirian terus. Dunia di luar kantor juga butuh kamu.”

“Aku tahu, Ma. Tapi untuk sekarang, aku masih punya banyak hal yang harus dibereskan.”

“Baiklah,” Bu Reva tersenyum kecil, berdiri. “Walaupun sempat ragu dengan reaksi Chesna ke kamu setelah belasan tahun, tapi Mama tetap senang kamu bisa kerja sama dengan keluarga Abram lagi. Dunia ini kecil, Nak… siapa tahu kerja sama itu membawa hal-hal baik yang gak kamu duga.”

Ia menepuk pundak Gideon sebelum beranjak pergi.

“Deon, mama tau kamu sedang berjuang mendekati dia lagi walau hanya dengan kaki tertatih. Tidak apa-apa Nak, lakukan sesukamu. Dan yang harus kau ingat, kalau nenekmu tahu, dia akan memberi reaksi yang berbeda. kau harus bisa meyakinkan nenekmu. Mama akan mendoakanmu.”

nyinya Sanggana itu melangkah pergi.

"Mama benar, aku sedang mendekati Chesna."

Langkah ibunya terhenti.

"Ma, Chesna begitu sempurna. Apa menurut Mama aku pantas mendekatinya dengan kondisi cacat seperti ini?"

Air mata gideon hampir keluar.

Tanpa berbalik, ibunya berkata, "Ketika hati yang tulus sudah bicara, cinta tidak akan memandang fisik, Nak." sang mama menarik napas panjang. "jika kemungkinan kecil Chesna itu meresponmu, kau juga jangan buru-buru senang dulu. Bisa jadi hanya karena dia kasihan dengan dirimu yang seperti ini. Atau... mungkin karena rasa bersalah mungkin, belum lagi anggota keluarganya yang sudah pasti ada yang menentang."

Kini wanita itu benar-benar pergi.

Gideon menatap ke cangkir teh yang ditinggalkan ibunya.

Chesna.

Nama yang bahkan setelah dua belas tahun… masih punya ruang tersendiri di dalam pikirannya.

___

Sudah hampir dua minggu sejak terakhir kali Gideon Sanggana muncul di Castella Medical Center.

Tak ada rapat, tak ada kunjungan mendadak, tak ada mobil hitam berpelat khusus yang biasanya berhenti di halaman depan setiap pagi Selasa.

Hanya kesibukan biasa, pasien datang dan pergi, laporan menumpuk, suara langkah para perawat di lorong, tapi bagi Chesna, ada sesuatu yang terasa... kosong.

Awalnya ia tak menyadari.

Namun semakin hari, ia makin sering berhenti di tengah langkahnya setiap kali suara mobil terdengar di luar jendela.

Atau tanpa sadar menatap pintu ruang konsultasi yang dulu sering didatangi pria itu.

“Dok?”

Suara Nadia, sang asisten membuyarkan lamunannya.

“Hm?” Chesna menoleh cepat.

“Kok bengong? Dari tadi saya panggil dua kali.”

“Oh, iya… cuma mikir soal laporan pasien riset,” kilahnya cepat sambil menunduk, pura-pura menulis sesuatu di berkas.

“Padahal kelihatannya lagi mikirin seseorang,” nadia menggoda sambil menaruh map di meja. “Siapa, tuh? Yang biasanya duduk di kursi depan ruangan ini, pakai jas abu-abu dan tongkat elegan?”

Chesna langsung menatap Lila tajam.

“Nadiaa.”

“Oke, oke,” Nadia mengangkat tangan sambil tertawa kecil. “Tapi serius deh, sejak Pak Gideon gak ke sini, suasana jadi beda. Kayak klinik kehilangan ‘aura bos besar-nya’.”

Chesna berusaha menahan senyum.

“Dia bukan bos klinik ini, Nad.”

“Tapi tatapan semua orang berubah tiap kali dia datang. Termasuk bu Dokter.”

Chesna terdiam sesaat, lalu berdiri dan berjalan ke arah jendela.

Langit sore menua, jingga pucat meluruh di antara gedung-gedung tinggi.

“Aku cuma… terbiasa dia datang untuk urusan proyek. Sekarang semuanya sepi, mungkin karena terlalu tenang.”

“Terlalu tenang sampai bu Dokter nunggu pintu itu kebuka lagi?” Nadia menyeringai.

Chesna tak menjawab.

Aneh, pikirnya. Dua minggu lalu ia ingin pria itu cepat pergi agar pikirannya tidak berantakan. Tapi sekarang, ketika benar-benar tak ada, suasana justru terasa janggal.

Ia menghela napas, lalu menatap bayangannya sendiri di kaca.

“Dia pasti sibuk. Lagipula, aku juga gak punya alasan untuk mikirin orang lain,” bisiknya pelan. Seketika itu juga Chesna teringat akan obrolannya dengan Alan, soal Shenia. "Nadia, tolong hubungi sekertaris pak Gideon. Minta atur waktu untuk kunjunganku ke kantornya."

Perintah barusan membuat Nadia sedikit terkejut tapi tetap bergerak cepat melakukannya saat itu juga, "Siap, dok."

Beberapa menit kemudian, Lidia kembali menghampiri.Wajahnya tampak sedikit canggung tapi ada kilatan aneh di matanya.

 “Dok…”

“Hmm?”

“Sekretaris Pak Gideon baru saja menginfokan.”

Chesna menatap Lidia, menunggu.

“Katanya, beliau bisa menerima pertemuan hari ini juga dengan bu dokter.”

“Hari ini?”  Nada suara Chesna sedikit naik, tak percaya.

“Iya, Dok. Tepatnya pukul dua siang di kantor pusat Sanggana Grup. Katanya, Pak Gideon kebetulan ada di tempat dan memiliki waktu kosong.”

Chesna terdiam beberapa detik.

“Kalau Dokter berhalangan, saya bisa minta dijadwal ulang—”

“Enggak, Lid.”

Chesna segera memotong, suaranya mantap.

“Saya bisa ke sana hari ini.”

Lidia mengangguk cepat, meski terlihat menahan senyum samar.

“Baik, Dok. Tapi… dua jam lagi ya. Kita harus siap-siap.”

"Saya pergi sendiri, Lid. Kamu bisa pulang lkebih awal hari ini."

Wajah Lidia terlihat berbinar ketika mendengar dirinya boleh pulang lebih awal.

__

bersambung...

1
Ophy60
Soalnya sikembar ada gara² kamu ngapa²in Alan y Shen 🤭🤭
Aku malah penasaran sama kehidupan Lila thor.
Dar Pin
ketawa sendiri bacanya Thor jadi sasaran ledekan kan Alan 🤣
Dar Pin
lanjut Thor masih kurang
Dew666
🔥🔥🔥
septiana
jadi terharu,ga terasa ikut ngalir aja ini air mata.. semoga kakek sama Aroon sukses untuk menyatukan kedua orangtuanya
Ophy60
Alana masih sebaik itu.Meski kecewa dengan Shenia tapi tetap memperlakukan Shenia dengan baik.
Dar Pin
bahagianya Thor semoga dilancarkan sampai halal dan chesna selamat sampai melahirkan 💪😄
Diyah Saja
ahh lega nya😍
Diyah Saja
eh jangan salah masih cinta itu mas nya Saama mbak chesnaa 😍
Dar Pin
ayolah sen setidaknya demi anak anak 💪Thor jangan lama lama updatenya
tari
semangat thor
up lagi dong yang banyak 😄😀
Dar Pin
ayo Alan semangat jagain anak anakmu jangan lepaskan shenia 💪😄
Dar Pin
habis nangis nangis Bombay langsung ngakak Thor sama kelakuan mama mertua tersayang ada ada aja hebohnya 🤭 💪 Thor tak tunggu lanjutanya👍
tari
thor up lagi dong yang banyak
Nurminah
akhirnya semoga segera yg manis2 ya Thor buat mereka berdua
tari
akhirnya kebongkar juga thor
Dar Pin
plong deh Alan udah tau kebenarannya pedih deh Thor mataku pengen nangis tp cuma cerita novel tp rasanya ky kisah nyata semangat Thor udah berhasil memporak porandakan hatiku 🤣
RaveENa
kl aku jd alan juga pasti bakalan marah bgt.
dr awal shenia udah salah jd terima aja hasil dr semua perbuatan km.
buat alan gak usah sadis2 amat,bagaimanapun juga Shenia ibu dr anak km.jgn km pisahin seorang ibu dr anaknya,ingat gmn menderitanya ibu km rania waktu jauh dr anak2nya
Dar Pin
tahulah shenia kesel deh nggak kasian malah mana ada ibu tega memberikan anaknya meskipun sama ayahnya sendiri nggak ngerti lah Thor bikin darting aja kenapa nggak jujur 🤣aja sih lanjut Thor bikin emosi 🤭
tari
thor kok anak nya di ambil alan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!