Mantan pembunuh bayaran jadi pengasuh 4 anak mafia?
Selena Dakota, mantan pembunuh bayaran, mencoba mengubur masa lalunya dengan bekerja sebagai babysitter. Tapi pekerjaan barunya justru membawanya ke mansion Charlie Bellucci — mafia bengis yang disegani, sekaligus ayah angkat dari empat anak dengan luka masa lalu yang kelam.
Di balik peran barunya sebagai pengasuh, Selena harus berjuang menyembunyikan identitasnya. Namun semakin lama ia tinggal, semakin kuat tarikan gelap yang menyeretnya: intrik mafia, rahasia berdarah, hingga hubungan berbahaya dengan Charlie sendiri. Selena terjebak dalam dunia di mana cinta bisa sama mematikannya dengan peluru.
Bisakah Selena melindungi anak-anak itu tanpa mengorbankan dirinya… atau ia justru akan tenggelam dalam romansa terlarang dan permainan maut yang bisa menghancurkan mereka semua?
“Lakukan apa saja di sini, tapi jangan libatkan polisi.” Tegas Charlie Bellucci.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MMF — BAB 07
TETAP BERTAHAN
“Aku sudah menunggumu cukup lama.” Kata Alma yang kini terduduk di kasur empuknya.
Selena berjalan masuk, mendekatinya seraya tersenyum ramah. “Maafkan aku, tapi Mr. Charlie memanggilku!”
Wanita itu duduk di samping Alma yang masih menatap nya. “Kenapa dia memanggil mu? Apa dia marah karena kau masih gagal menjadi pengasuh yang berguna!”
ucapan yang polos namun menyakitkan, tapi juga jujur. Selena tersenyum kecil dan mengerucutkan bibirnya sekilas.
“Menjadi pengasuh tidak mudah. Ini pengalaman pertamaku! Dia hanya mengintrogasi diriku saja!” kata Selena yang amain terlihat santai.
Alma tersenyum kecil dan mulai berbaring nyaman saat Selena ada di sana.
“Dia sangat tampan kan?!” kata Alma.
“Siapa? Mr. Charlie?”
Anak itu mengangguk jelas. Selena terdiam dan mencoba memikirkan nya lagi, jujur saja pria itu memang tampan. Namun dia tak mungkin mengatakan kepada Alma jika Mr. Charlie benar-benar si pria tampan yang angkuh dan dingin.
“Kau mau menemaniku sampai aku tertidur? Tidur sendirian setiap hari itu sangat menakutkan.” Kata gadis kecil itu yang berbaring miring ke arah Selena sembari memeluk bonekanya.
Sementara Selena duduk bersandar, mengusap punggung Alma dengan lembut.
“Yeah, aku juga pernah merasakan hal yang sama seperti mu. Itu tidak mengasikan.” Kata Selena yang mulai saling bertukar cerita sampai anak itu benar-benar tertidur pulas.
Itu hal yang langkah bagi Selena. Dia tidak menyangka berhasil menidurkan seorang anak kecil. Selama ini hidupnya hanya tahu membunuh atau di bunuh, selalu mencium aroma darah. Namun kini dia hanya bisa mencium aroma lembut dan kehangatan.
...***...
Hari weekend
Tak ada jadwal sekolah, dan Selena akan menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang bersama keempat anak Charlie Bellucci. Meski dia terus mencoba menghilangkan bayang-bayang wajah tampan pria itu.
Sama seperti sebelumnya, Selena mencoba membangunkan satu persatu anak angkat Charlie, namun balasannya masih sama. penolakan!
Namun tetap saja, Selena tak kenal menyerah. Dia terus membujuk mereka agar mau keluar kamar. Namun saat dia menyentuh gagang pintu Clara. Plukk!! Sebuah piring berisi krim seketika terhuyung mengenai wajah cantiknya.
“Krim nya enak?!” kata Clara dari arah kanan. Ya, gadis itu ternyata sudah keluar kamar. Kini Selena hanya menoleh menatapnya sembari mengusap wajahnya yang penuh krim.
Clara tak sendirian, dia bersama Miles si cerdik. Mereka tertawa kecil sampai akhirnya Clara menghentikan tawanya. “Baiklah! Kami akan menurut, sekarang apa perintah mu?” tanya gadis cantik itu menatap Selena.
“Makan siang. Ajak saudaramu makan siang, aku mohon!” kata Selena yang masih berusaha menjadi pengasuh yang baik.
“Baiklah, ayo!” kata Clara yang berjalan lebih dulu bersama Miles.
Tentu, Selena tersenyum saat tahu bahwa anak-anak itu mau menurut.
Sementara dari belakang, Nora masih mengamati pekerjaan Selena hingga menggeleng kecil setiap kali wanita itu berhasil dibodohi oleh anak-anak tadi. Bahkan... Saat hendak menuju ruang makan, lagi dan lagi, Selena terkena jebakan saat kakinya tak sengaja menyentuh sebuah tali.
Padahal di depan sudah ada Damian dan Alma yang duduk di meja makan sembari menatap kearahnya.
“Hhffuuutt!!” siul Clara yang menunjuk santai ke arah kiri. Selena menoleh ke kiri dan langsung terpental saat sebuah samsak menghantamnya hingga membuatnya terjatuh ke lantai.
Tentu, tawa kembali terdengar saat Selena terhuyung dan pusing di kepala. Samsak bukanlah selembut guling, kalian tahu. Benda itu cukup keras.
Dari arah lain, lebih tepatnya lantai dua tanpa balkon, terlihat Charlie mengamati pengasuh yang malang itu.
“Kau yakin dia baik-baik saja? itu sangat sakit.” Kata Isabelle yang berdiri di samping Charlie.
“Kita lihat saja.” Balas Charlie santai, meneguk beer dengan tenang. Sorot matanya masih tertuju ke arah Selena dan juga keempat anak angkatnya yang selalu membuatnya terdiam.
Selena berhasil bangkit meski dia berjalan sambil terombang-ambing karena masih pusing. Ia berjalan menghampiri meja makan yang terlihat Damian dan ketiga adiknya duduk serta melahap makanan mereka.
“Ini tidak seberapa, setidaknya kalian sudah makan siang!” kata Selena dengan senyuman sabar.
Tak lama mereka langsung beranjak dari duduknya. “Aku sudah selesai!” kata mereka yang tak sepenuhnya menyelesaikan makan siangnya.
“Sungguh! C'mon!! Katakan kepadaku kalian ingin apa?” ucap Selena yang mencoba membuka dirinya kepada mereka. Namun Damian dan Clara hanya membalasnya dengan seringaian kecil.
Pria itu meraih jaket hitamnya dan berjalan keluar. Sementara Clara pergi ke arah ruangan lain. Merasa tak sanggup memaksa kedua anak tadi, kini Selena beralih ke Alma yang berdiri menatapnya.
“Kau anak yang baik! Apa kau butuh sesuatu?” tanya Selena.
“Kejar aku!” kata Alma yang dengan jahil dia berlari.
Tentu saja Selena lelah, namun dia menuruti kemauan gadis itu dengan mengejarnya dan tak segan memanggil namanya. “Alma!! Wait... (Tunggu)...”
Selena masih berlarian, berbelok ke sana kemari di lantai berkilau dan sedikit licin karena dia mengenakan pantofel. Sedangkan Nora juga ikut ngos-ngosan karena harus mengejar Selena untuk terus dia pantau.
“Alma!” panggil Selena, namun anak itu masih tertawa senang saat dia dikejar oleh Selena.
Dari arah belakang. Miles membawa sebuah pistol ditangannya dan ia siap mengarahkan ke Selena. “Sedikit lagi... ” Gumamnya yang tengah siap membidik mangsanya.
Saat Selena berbelok mengikuti langkah Alma. Seketika, Jleb!! tubuhnya kejang bak tersengat listrik ketika bidikan Miles tepat mengenai punggung Selena. Itu bukan pistol yang biasa dipakai Mr. Charlie, melainkan pistol kejut listrik.
Kini Selena kesetrum dan langsung tumbang ke lantai dalam keadaan tengkurap.
Nora terkejut, begitu juga dengan Miles yang langsung menghampiri nya. Bahkan Clara yang tak sengaja melihatkannya pun segera ikut menghampirinya.
Baik Clara maupun Miles dan Alma. Mereka sama-sama melihat lekat Selena yang berada tepat di bawah mereka.
“Kau dalam masalah Miles!” kata Clara dengan tegas menatap anak itu.
“Aku tidak sengaja, dia berlari ke arah target ku. Lagipula dia mencoba menangkap Alma, aku hanya membantu nya.” Jelas Miles.
“Tetap saja, kau dalam masalah. Charlie akan marah jika tahu.” Kata Clara yang menunjuk ke arah Miles lalu melenggang pergi tak mau tahu.
“Ayo, Alma!” ajak Miles yang meninggalkan Selena di sana.
Wanita itu masih berbaring tak sadarkan diri. Posisinya bak seekor kodok Namun kedua kakinya sembujur panjang.
.
.
.
Kepala yang terasa sakit, mata kemang dan tubuh hampir remuk. Rasanya lebih baik menjadi seorang pembunuh bayaran daripada pengasuh.
Selena membuka matanya perlahan saat dia mulai sadar dari pingsan nya. Ia merasakan sofa empuk sampai melihat sosok pria tampan yang baru saja duduk di sofa singel tepat di depannya. Segelas wine juga sudah tersedia di atas meja.
Sadar akan keberadaan nya, Selena langsung terbangun dan terduduk.
“Ini masih dua hari, sudah berapa kali jebakan yang kau dapatkan?” tanya Charlie dengan suara beratnya yang terdengar intens.
Sungguh pria itu terlihat sangat menggoda dengan kaos hitam dan celana hitam. Jangan lupakan arloji silver nya yang menambah kesan cool. Mata hijau Charlie menatap tegas ke Selena.
“Pergilah dari sini.” Kata Mr. Charlie yang cukup mengejutkan Selena.