NovelToon NovelToon
SELAMANYA KAMU MILIKKU 2

SELAMANYA KAMU MILIKKU 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Cinta Murni
Popularitas:63.4k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi_Gusriyeni

Mempertahankan kebahagiaan pernikahan nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Terkadang apa yang telah diusahakan tidak dinikmati sepenuhnya.

“Tetaplah bersama denganku, jauh darimu rasanya setiap napas berhenti perlahan. Aku mampu kehilangan segalanya asal bukan kamu, Sonia.”

_Selamanya Kamu Milikku 2_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 : Duka Setelah di Tinggal Sonia

Sudah satu bulan ini Sean seperti orang yang hilang jati diri, ketiga anaknya hanya diasuh oleh Nila sedangkan semua bisnisnya di kelola oleh Fian baik di Indonesia maupun di luar negeri, bahkan Fian sampai kewalahan dengan semua itu.

"Loh, Fian, kenapa pulang nggak kasih kabar?" tanya Nila pada anak bungsu Endro yang tiba-tiba sudah sampai di rumah Sean.

"Aku khawatir pada Bang Sean ma, selama Sonia tidak ada, dia sangat terpuruk, aku ingin menemani abangku itu dalam kondisinya seperti ini." Nila menundukkan pandangannya, air matanya jatuh dan dengan cepat dia hapus karena tidak mau Fian ikut bersedih.

"Selama kepergian Sonia dan kamu juga keluar negeri, Sean sangat hancur Fian, sudah sebulan ini dia selalu mengurung diri di dalam kamar, dia bahkan tidak pernah menyentuh ketiga anaknya lagi. Zain, Zay, dan Zoya seakan menjadi anak yatim piatu." Nila menceritakan keadaan Sean selama sebulan kepergian Sonia, Fian menghela nafas beratnya dan menatap ketiga keponakannya itu yang tengah bermain di ruang tamu.

"Zain, Zay, Zoya, liat nih uncle bawa apa untuk kalian." Fian dengan riang menyapa anak-anak itu, ketiga bayi itu langsung berjalan mendekati Fian dan langsung memeluk Fian, hal itu membuat Fian terluka karena anak sekecil ini harus kehilangan ibu mereka.

Fian menghapus air matanya, lalu kembali tersenyum pada Zain, Zay, dan Zoya. Bibir mungil mereka kembali mengoceh dengan tidak jelas yang membuat Fian tertawa.

...***...

Fian menuju ke kamar Sean, kamar itu dikunci, setelah lelah mengetuk pintu kamar, Fian mengambil kunci serap dan membuka kamar tersebut. Fian mencium bau alkohol yang begitu menyengat dari kamar Sean, kamar itu sangat gelap karena Sean mematikan lampu kamarnya, Fian meraba dinding mencari saklar. Cahaya langsung menerangi kamar tersebut, hati Fian sangat pilu melihat kondisi Sean saat ini.

Kamar itu sangat berantakan, botol alkohol berserakan di lantai dengan jumlah yang sangat banyak. Makanan yang diantar oleh Nila tidak pernah dia sentuh sama sekali hingga makanan itu basi dan mengeluarkan aroma tidak sedap.

Sean tidur telungkup di atas kasurnya dengan tidak mengenakan baju, dia hanya menggunakan celana panjang berwarna hitam. Di atas kasur berjejer pakaian Sonia dan foto Sonia dengan ukuran besar. Sean juga seperti orang yang hilang arah dan linglung.

Wajah Sean yang dulunya sangat terawat dan bersih, kini dipenuhi dengan bulu halus di bagian bawah hidung dan dagunya. Sean tidak mengizinkan siapapun membersihkan kamar itu termasuk Nila, Nila masuk hanya untuk mengantar makanan dan minuman alkohol atas permintaan Sean.

"Bang, kenapa kau jadi seperti ini?" Fian tak tahan lagi, dia menangis sambil memeluk tubuh tak berdaya Sean, dengan perlahan Sean membuka matanya lalu mengusir Fian dari sana, dari mulut Sean tercium bau alkohol yang sangat pekat.

"Keluarlah, aku tidak mau diganggu." usir Sean dengan suara parau, matanya terlihat bengkak karena kebanyakan menangis.

"Bang, mungkin aku tidak bisa merasakan kepedihanmu saat ini, tapi aku dapat melihat betapa hancur dirimu, tolong kembalilah pada dirimu dulu bang, kasihan anak-anakmu." Sean tersenyum lalu membenamkan wajahnya ke bantal, kemudian dia mengambil posisi duduk dan mencari minumannya. Sean meneguk alkohol itu dan menatap Fian seperti orang linglung.

"Diri yang mana maksudmu? Istriku sudah membawa semuanya dariku, tidak ada lagi yang tersisa," jawab Sean dengan air mata yang kembali turun.

"Dia masih meninggalkan tiga orang anak untukmu dan mereka sangat membutuhkanmu bang."

"Hahaha anak-anak itu hanya simbol penderitaan istriku, mulai dari hamil hingga melahirkan, istriku sangat menderita, dia kesakitan, terlihat pucat, lemah dan harus berjuang mati-matian untuk melahirkan anak-anak itu. Aku membenci mereka Fian." Sean kembali meneguk minumannya, Fian tidak menyangka kalau Sean akan mengatakan hal itu mengenai anak-anaknya sendiri.

"Jangan begitu bang, sudahlah, jangan minum lagi." Fian merebut minuman itu dari Sean, tapi Sean malah memarahinya.

"PERGI DARI KAMARKU, AKU HANYA INGIN SENDIRI." Melihat amarah Sean, Fian bukannya tersinggung atau balik marah tapi dia merasa iba.

"Baiklah, aku akan keluar." Fian meninggalkan Sean di dalam kamar dengan keadaan masih berantakan serta hancur. Keadaan kamar itu sekarang sedang menggambarkan hati Sean.

Fian keluar dari kamar Sean, dia meminta pada pelayan untuk membersihkan kamar itu, sudah ratusan botol minuman keras yang Sean teguk selama hampir satu bulan ini dan dia juga mengabaikan ketiga buah hatinya bersama Sonia.

Fian ikut andil dalam membersihkan kamar itu lalu menuntun Sean untuk ke kamar mandi, Fian memandikan abangnya yang terlihat begitu pasrah. Badan Sean yang dulunya kokoh dan berisi kini terlihat kurus dan lemah, lingkar mata Sean juga menghitam karena terus menangisi kepergian istrinya.

Fian mencukur bulu halus yang ada di wajah Sean, setelah rapi dan bersih, Fian memakaikan baju untuk Sean.

Kamar sudah bersih, Sean pun juga sudah terlihat rapi. Sean kini duduk di balkon, dia menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong, rasa penyesalan serta kepedihan dia rasakan secara bersamaan.

"Kembalilah Sonia, aku merindukanmu." lirih Sean sendiri, Fian hanya mampu menarik nafasnya, tidak ada sesuatu yang bisa mengobati kerinduan Sean saat ini kecuali Sonia.

"Tunggu ya, aku akan ambilkan makanan untukmu," ujar Fian, Sean menahan tangan adiknya dan menatap Fian dengan sendu.

"Aku ingin makan martabak rasa cokelat, pisang, keju, bisa kau belikan untukku," pinta Sean, Fian tersenyum.

"Tunggulah di sini, aku akan membelikannya untukmu."

"Belilah di tempat langganan istriku."

"Ya, aku pergi dulu." Fian berjalan keluar kamar, sesampainya di luar, Fian menghapus air matanya.

"Lihatlah Sonia, suamimu sangat menderita, bahkan ketiga anakmu tidak mampu menjadi obat bagi Sean. Bukan hanya dia yang merindukanmu, tapi kami semua Sonia," gumam Fian, Nila yang mendengar hal itu tak kuasa juga menahan tangisnya.

"Kamu benar sayang, apa yang kau katakan dulu sangatlah benar, bahwa Sonia adalah obat bagi orang yang menyayanginya," batin Nila saat mengingat perkataan Emir dulu, suami pertama Nila itu selalu mengatakan bahwa kehadiran Sonia selalu menjadi obat bagi orang-orang yang menyayanginya.

Di dalam kamar, Sean berjalan menuju kasurnya, dia menghidupkan televisi dan menonton film bollywood kesukaan istrinya semasa hidup.

"Aku rindu dengan sikap manjamu Sonia, aku tidak akan pernah melihat hal itu lagi. Kenapa kau menghukum aku seperti ini? Aku tidak kuat menjalani hidup tanpa sikap manjamu, pada siapa lagi aku harus bermanja? Aku butuh dirimu Sonia, aku butuh kamu sayang." Tangis Sean kembali pecah, dia memeluk dan mencium aroma baju Sonia.

1
Fida🔥🔥
Kecewa banget sih pastinya
Fida🔥🔥
Kenapa harus Zain yg metong sih🥲
Tammy
Walau mereka belum lama menjalin hubungan tpi gavino udh effort banget loh
Tammy
Emang si Haven ini ya, semua yg dekat pasti berpeluang jadi pengkhianat
Natasha
Aduuuhhh kasian banget jadi Gavin
Natasha
Nyesalpun percuma orangnya udh gak ada
Lira Cantika
Gak ada harapan lagi ya vin
Lira Cantika
Berperan penting banget Zain bagi Gavino berarti, udah ampe ngorbanin nyawa loh itu
Syifa Mahira
ketakutan Zoya beralasan banget sih
Syifa Mahira
sedihnya jadi Gavino padahal dia udah tulus dari awal
Mediterina
Gavino padahal udah berharap banyak
Mediterina
Semua udah jalannya, kalau gak begitu mngkin gak ada yg bakalan tau kalau Zain mafia
Yeyen Niri
Keputusan yg benar Zoya
Yeyen Niri
Semua dia lakukan demi profesionalisme dan kasih sayang keluarga
Annissa Riani
Sedih juga sih jadi Gavino
Annissa Riani
Zain yang malang
Rina Meylina
Keputusan Zoya udh benar sih kalau memang mau hidup tenang ya jgn berurusan sama mafia
Rina Meylina
Sayang banget ya anaknya Sonia harus meninggal padahal dulu Sean sangat menghindari yg namanya dunia bawah tapi anaknya malah berkecimpung di sana
Veer Kuy
Ketakutan Zoya dengan mafia wajar sih, dunia mafia itu gak pernah aman
Veer Kuy
Untung cepat ketahuan si Haven, kalau enggak pasti Gavino yg bakalan jadi korban
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!