Elsheva selalu percaya keluarga adalah tempat paling aman.
Sampai malam itu, ketika ia menjadi saksi perselingkuhan terbesar ayahnya—dan tak seorang pun berdiri di pihaknya.
Pacar yang diharapkan jadi sandaran justru menusuk dari belakang.
Sahabat ikut mengkhianati.
Di tengah hidup yang runtuh, hadir seorang pria dewasa, anggota dewan berwajah karismatik, bersuara menenangkan… dan sudah beristri.
Janji perlindungan darinya berubah jadi ikatan yang tak pernah Elsheva bayangkan—nikah siri dalam bayang-bayang kekuasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jadi miliku ELs!
.
.
.
Heksa menyerah, dia tak sanggup menahan diri lagi. Keduanya pun mulai larut, awalnya pelan nan lembut lalu berubah menggebu-gebu. Seolah bibir keduanya memang menyatu satu sama lain, tak ada yang ingin menyudahinya. Heksa ingin menegaskan bahwa ciuman mereka bukan sekadar nafsu, melainkan perasaan yang dalam. Meski pernikahan mereka tanpa cinta, Heksa menolak melakukan hal seintim itu hanya atas nama uang.
Shitt! !
Elsheva ingin mengumpat kesal saat lenguhan lolos dari mulutnya, tak bisa mengelak lagi kalau sentuhan tangan Heksa memberinya efek memabukan. Matanya terus terpejam, jantungnya terus berpacu cepat memukul-mukul tulang rusuknya. Hati dan logikanya berusaha mencerna semua gejolak perasaan yang timbul, namun nihil. Badai penuh gejolak primitif dalam dirinya terus menguasai.
“Lepasin aja suara kamu, jangan ditahan sayangg,” ucap Heksaa disela-sela aktivitas bibirnya. Sementara Els pelan-pelan membuka matanya dengan napas yang memburu.
“Kamu baru pernah merasakannya?”
“Iyaa lahh, apa aku terlihat seperti pemain pro? Aku masih amatiran,” jawab Els ketus.
Heksa terkekeh keras, dalam hati merasa bangga dengan gadis dalam dekapannya. Diusianya saat ini kebanyakan sudah menjadi hal yang wajar untuk melakukan kegiatan panas seperti itu namun Els masih sangat polos.
“How about kissing? Masa belum pernah, sebelumnya?"
“Mm,, hampir pernah tapi nggak jadi. Itu aja udah bikin aku keringat dingin. Karena kata temen-temen aku, kalau udah ciuman tapi nggak mungkin tangannya diem, pasti grepe kemena-mana. Aku nggak mau gitu,”sahut Els jujur.
Sepertinya Heksa harus lebih sabar lagi, bukannya dia terpuaskan justru Els membuatnya gemas dan cukup menguji kesabaran. Padahal sesuatu dalam dirinya sudah meronta sejak tadi.
Dalam jarak sedekat itu Els bisa melihat bulu mata lentik milik Heksa, alisnya terbentuk rapi dan hidungnya proporsional dengan tulang yang tinggi, rahangnya tegas dan kokoh. Ahh... hampir semua yang ada pada diri laki-laki iitu didesain sangat sempurna dan berkelas.
Perlahan tangan gadis itu terulur untuk mengusap pipi mulus Heksa, sepertinya ia baru saja cukuran. Tidak ada sedikitpun bulu di wajahnya, “Oppa, kenapa kamu sudah punya istri tapi memilih ingin melampiaskan kebutuhan biologismu sama aku? Istri kamu pasti lebih cantik lebih pintar memuaskan kamu kan?”
Heksa mendengus pelan, ia mengeratkan dekapannya. “ Kalau dia seperti itu, aku nggak akan repot-repot mengurus hidupmu Els, dia hanya status saja menjadi istri tapi nggak pernah mau melayaniku.”
Elsheva sempat menaruh rasa curiga, bisa saja itu modus Heksa saja agar ia bisa mempunyai hubungan dengannya. Namun belum sempat berpikir, Heksa sudah mengecupi wajahnya. “Peluk aja yang erat,” perintah Heksa, Elsheva menurut. Ia menaikkan tangannnya pada bahu Heksa. “Rileks, aku bukan penjahat yang akan melecehkan kamu. Kita melakukannya atas dasar hubungan suami istri bukan paksaan kan?”
Els putuskan untuk menurut saja karena yang dikatakan Heksa benar adanya, mereka sudah sah sebagai suami istri. Walaupun semuanya terjadi atas dasar kesepakatan dan uang. Els menurut, melakukan semua yang Heksa perintahkan, semua hal yang benar-benar baru baginya.
“Pegang saja kalau kamu penasaran.” kata Heksa lagi ketika tangan Els menyentuh dada bidangnya. “And then, kiss me back.”
Els suka dicium Heksa tapi untuk menciumnya balik, ia tampak ragu. Namun wajah Heksa yang bergerak makin mendekat membuatnya mengikuti insting untuk mengecup bibirnya.
Holly shit!!
Heksa serasa mendapat sengatan luar biasa dari kecupan yang Els berikan. Ia tidak sekuat itu untuk membiarkan gadis itu mengambil alih. Heksa balas menyesapnya lembut. Makin hilang kendali, melepas tautan bibirnya, turun ke rahang dan leher. Menyesap kuat di sana untuk meninggalkan jejak.
Elsheva terengah kacau, mengigit bibirnya agar tak mengeluarkan desahan yang akan memperpanas keadaan.
"Be mine, Els. Entah pakai cinta atau nggak aku nggak peduli. Aku cuma ingin kamu menjadi milikku. Cuma aku,” ucap Heksa disela-sela mengecupi tiap jengkal tubuh gadis itu. Membawanya rebah di atas tempat tidur.
“Baiklah, just give me more money,” sahut Els susah payah, dengan mata terpejam menikmati gejolak yang semakin sulit terkendali dalam dirinya.
“Black card kemarin itu unlimited sayangg, masih butuh uang lagii? Hmm? ” Els sedikit tergelak, ia lebih tampak seperti wanita yang sangat haus uang bukan perhatian.
“Nggak sii kayaknya, tapi aku takut nggak sesuai ekspektasi kamu dalam bekerja.”
“Kalau gitu kamu harus bekerja keras buat aku, sayangg.”
“Sekeras apa?”
“Nanti aku jelasin lagi, bertahap. Masih ada yang mau kamu tanyakan lagi? Hm,” Heksa menarik satu tali lingerie yang Els kenakan hingga lolos dalam sekali tarikan saja.
"Aww!" pekik Els, menutup matanya erat-erat. Hancur sudah image gadis baik-baik yang terkenal sebagai mahasiswi teladan penerima beasiswa kedokteran.
Salah satu lonjakan hormon yang tadi sempat turun kini kembali memuncak, tidak ada lagi yang bisa membuat mereka berhenti. Tak ada lagi tanya, hanya suara penuh gejolak dan sentuhan-sentuhan nakal Heksa yang berhasil menggerus habis moral dan keraguan dalam diri Els. Gadis itu tidak peduli lagi tentang etika, ia hanya berpikir saat ini Heksa suaminya yang sedang menuntut hak, jadi Els akan memberikannya dengan senang hati. Bonusnya kehidupan super mewah yang tidak pernah berani ia impikan dulu.
Perlakuan Heksa tak pernah berhenti membangkitkan sesuatu dalam diri Els untuk terus menuntut lebih. Gila! Dia pasti akan sangat malu setelah ini semua selesai nanti.
Heksa terus bergerak makin menggila, cukup gila sampai membuat keduanya kini tengah beradu tanpa selembar kain pun yang melekat untuk menutup tubuh.
“Ini akan sedikit sakit, bilang aja kalau kamu nggak kuat, kamu boleh gigit aku untuk menahannya,” ucap Heksa sebelum melakukan inti dari permainan mereka.
“Sakitt??” Els mengernyitkan dahinya.,
“Hanya sebentar babe, setelahnya pasti kamu ketagihan, kamu hanya perlu diam dan meneriakkan namaku saja.”
Heksa sungguhan menerobos batas penjagaan moral milik Els. Ia menerobos dalam satu hentakan membuat gadis itu menjerit tertahan sambil mengigit bahu Heksa, hingga meninggalkan bekas gigi di sana.
“Pelan-pelan plissss! Gini banget kerjaankuu. Hufh, stop! Kalau bisa,” ucap Els dengan susah payah, napas pendeknya putus-putus. Heksa tidak habis pikir dengan gadis di bawahnya itu, bisa-bisanya dia minta berhenti ketika mereka tengah di puncaknya.
“Mana bisa stop, ini belum kelar sayanggg, aku akan pelan-pelan okay, setelah ini kamu hanya akan mengeluarkan suara merdu babe, nggak akan sakit lagi. I promise,” kata Heksa, memberinya kecupan-kecupan lembut demi menyamarkan rasa sakit yang Els rasakan.
Ada setitik cairan bening yang lolos dari kelopak mata Els. Heksa mengecupnya, "Sorry," ucapnya, bukan karena rasa bersalah namun lebih ke bangga.
"Keep it slowly," lirih Els.
Faktanya tidak seperti itu, pelan hanya di awal. Selanjutnya Heksa membawa Els pada permainan panas yang sangat menggila. Seolah ingin menumpahkan seluruh keinginan terpendamnya selama ini. Sekarang ia bisa menarik omogannya, ia tidak salah pilih gadis dan tidak juga menyesal. Elsea dan segala yang ada padanya membuat Heksa kehilangan kewarasan.
.
.
.
semangat kakak 🤗🤗