Tidak direstui mertua dan dikhianati suami, Latisha tetap berusaha mempertahankan rumah tangganya. Namun, kesabarannya runtuh ketika putra yang selama ini ia perjuangkan justru menolaknya dan lebih memilih mengakui adik tirinya sebagai seorang ibu. Saat itu, Latisha akhirnya memutuskan untuk mundur dari pernikahan yang telah ia jalani selama enam tahun.
Sendiri, tanpa dukungan siapa pun, ia berdiri menata hidupnya kembali. Ayah kandung yang seharusnya menjadi sandaran justru telah lama mengabaikannya. Sementara adik tirinya berhasil merebut kebahagiaan kecil yang selama ini Latisha genggam.
Perih? Tentu saja. Terlebih ketika pria yang pernah berjanji untuk mencintainya seumur hidup hanya terdiam, bahkan saat putra mereka sendiri lebih memilih wanita lain untuk menggantikan sosok ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bercerai?
"Hentikan, apa yang kalian lakukan?" Seorang wanita cantik berjalan mendekati mereka diikuti oleh wanita paruh baya yang berjalan di belakangnya.
"Ada apa ini? Kenapa kamu berani-berani nya memukul suami saya?" Gaia menatap Drakara tak suka.
Seketika Drakara terdiam, ia menatap wanita cantik itu. Lalu ia mengalihkan pandangan nya ke arah Latisha yang hanya diam dan terlihat tenang. Tak ada kilatan emosi yang terlihat di wajah nya. Belum sempat Drakara menjawab pertanyaan Gaia, wanita paruh baya yang tadi mengikuti wanita cantik itu melangkah ke arah mereka, lalu ia mendekati Latisha dan juga Akta yang masih berdiri di ambang pintu.
"Astaga apa yang terjadi di sini? kamu nggak apa-apa kan Sha? cucu oma juga nggak apa-apa kan?" Oma Shena menatap Latisha dan Akta bergantian.
"Aku nggak apa-apa Oma, Akta juga nggak apa-apa." Jawab Latisha menenangkan wanita paruh baya itu.
"Maafin Oma ya, karena udah titipin Akta sama kamu." Ujar Oma Shena merasa tak enak hati. Sepertinya ia sudah paham dengan keadaan yang dialami Latisha.
"Nggak apa-apa oma. Aku yang harusnya minta maaf karena Akta tidak sepantasnya melihat keributan ini." Ujar Latisha tak enak hati. Ia menatap Agharna dan Gaia yang juga tengah menatap ke arah nya.
"Dengar sendiri kan, Ma? Seharusnya yang mama gak titipin Akta sama orang yang baru kita kenal. Jadi kayak gini kan? Lihatlah, suamiku malah dipukuli orang gila itu." Gaia menunjuk Drakara dengan tatapan kesal.
"Saya akan laporkan kamu karena telah memukul suami saya" ujar Gaia lagi sambil menatap tajam Drakara yang babak belur. Padahal jika dilihat sekilas sudah sangat jelas bahwa dalam perkelahian ini yang mengalami luka paling parah adalah Drakara. Hampir seluruh wajah nya mengalami lebam, belum lagi bibirnya yang sobek hingga mengeluarkan darah. Sedangkan Agharna, pria itu tak terluka sedikitpun. Perawakan Agharna yang memang lebih tegap dan lebih tinggi dari Drakara memudahkan ia mendaratkan pukulannya ke wajah Drakara. Belum lagi Agharna menguasai ilmu bela diri, hingga dengan kemampuan bertarungnya itu, ia bisa melawan Drakara dengan mudah. Ia pun tak perlu repot-repot mengerahkan seluruh tenaga nya hanya untuk membuat wajah tampan Drakara menjadi lebam lebam.
"Harus nya kami yang melaporkan suami kamu. Lihatlah, wajah calon suamiku babak belur karena ulah dia." Kali ini Radmila yang bersuara. Ia menatap tajam Gaia yang malah terkekeh.
"Jadi pria itu calon suami kamu? Lalu apa yang ia ributkan di sini? Kenapa dia malah berkelahi dengan suami saya?" Gaia balik menatap tajam Sonia.
"Sudah..sudah..jangan ribut lagi. Lebih baik kita selesaikan masalah ini dengan kepala dingin." Oma Shena melerai keributan yang terjadi antara menantunya dan Radmila.
"Saya minta maaf karena saya telah salah paham." Drakara langsung memohon maaf kepada Agharna yang hanya tersenyum.
"Saya maafkan, tapi ingat jangan pernah berbuat kasar terhadap wanita. Jangan pula mudah percaya dengan sesuatu yang terburu-buru. Berpikirlah dulu sebelum bertindak." Ujar Agharna. Ia pun segera mengajak keluarganya itu kembali ke apartemen mereka setelah sebelumnya ia berpamitan kepada Latisha dengan wajah datarnya. Oma Shena sempat ingin menemani Latisha karena khawatir namun wanita itu menolak dan meminta Oma Shena untuk segera menyusul keluarganya.
"Sudah jelas semua nya kan? jadi sebaiknya kalian pergi dari sini, aku nggak mau terjadi lagi keributan yang akan mengganggu penghuni lainnya." Ujar Latisha tegas. Ia menatap Drakara dengan tajam.
"Maafkan aku. Semua nya memang salah ku.Tolong jangan mengusirku dan Sageon. Kami datang untuk menemuimu. Lagi pula saat ini aku sedang terluka, tolong obati dulu luka ku Latisha. Apa kamu tega membiarkan suami mu seperti ini?" ujar Drakara menghiba.
"Kamu bisa minta tolong sama calon istrimu itu Drakara. Aku bukan lagi siapa-siapa kamu sekarang. Apa kamu lupa? Kita sudah berpisah. Kamu bahkan tidak datang ke pengadilan dan itu mempermudah perceraian kita." Ujar Latisha sambil tersenyum.
"Apa? Jangan dengarkan bualan adik mu. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menikahi nya. Aku hanya mau kamu yang menjadi istriku." Drakara menggelengkan kepalanya.
Sontak saja perkataan Drakara itu membuat Radmila terbelalak. Ia tak menyangka jika Drakara berkata seperti itu, memang benar jika pria yang selalu ia goda itu tak pernah menjanjikan apapun padanya namun mengingat perhatian yang pria itu berikan kepadanya selama ini, membuatnya yakin jika Drakara mencintainya dan Radmila yakin bahwa ia akan menjadi pengganti kakaknya jika mereka telah resmi bercerai. Selama ini ia sudah bersabar menunggu ketuk palu yang akan memutus hubungan antara Latisha dan juga Drakara, tapi nyatanya Drakara malah tak mau bercerai dengan Latisha ia bahkan mengatakan sesuatu yang membuatnya sakit hati.
"Sudahlah aku tidak ingin melihat drama kalian lagi. Sekarang lebih baik kalian pergi. Aku ingin beristirahat." Ujar Latisha tenang. Ia pun langsung masuk ke dalam unitnya dan menutup pintu apartemennya dengan cekatan tanpa menghiraukan mereka yang berada di luar. Sebenarnya Latisha tak tega melihat Sageon yang mematung menatapnya. Namun ia harus tegas mulai sekarang, sebisa mungkin ia harus meminimalisir interaksi bersama Sageon untuk menjaga perasaan bocah itu dan juga perasaannya. Ia takut, jika ia lebih lama tinggal bersama Sageon, maka perasaannya akan semakin sakit dan semakin tak rela jika suatu saat nanti Sageon akan pergi meninggalkannya dan berkumpul kembali bersama ibu kandungnya. Latisha juga tak ingin jika Sageon mengharapkan lagi kehadirannya, ia tak ingin Sageon terlalu bergantung padanya. Semakin lama mereka berpisah akan semakin baik bagi dirinya dan juga Sageon untuk bisa melupakan satu sama lain.
Latisha masih bisa mendengar bunyi bel yang terus ditekan oleh orang yang berada di luar sana, namun Latisha berusaha untuk tak menghiraukannya. Ia memilih untuk abai dan segera masuk ke dalam kamarnya. Diambilnya headphone yang berada di atas nakas, ia menutupi telinganya dengan benda tersebut yang kini tengah mengeluarkan alunan musik lembut yang Latisha sukai. Wanita itu mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan memejamkan matanya berusaha menikmati alunan musik yang ia dengar dari headphone yang ia gunakan. Saat ini ia tak ingin memikirkan apapun selain bekerja dan mencari keberadaan putranya.
......................
Sementara itu Drakara yang masih berada di luar unit apartemen Latisha mendapat teguran dari beberapa orang penghuni apartemen tersebut karena membuat kegaduhan Mereka pun mengusir Drakara dari sana.
Tak ingin lagi membuat keributan, Drakara memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Namun sepertinya ia harus pergi ke rumah sakit dulu karena kini ia baru merasakan sakit di area wajah dan juga bibirnya. Drakara tak memperdulikan Radmila yang terus saja mengoceh di belakangnya. Drakara segera menggandeng tangan putranya dan pergi dari tempat itu.
Drakara menghentikan kendaraannya di depan salah satu klinik yang berada tak jauh dari gedung apartemen Latisha. Ia segera turun dan mengajak Sageon untuk masuk ke dalam klinik tersebut menemui tim medis di sana untuk segera mendapatkan penanganan atas lebam di wajahnya dan juga luka di bibirnya. Tak beberapa lama Drakara sudah mendapat penanganan dokter.
Setelah membayar seluruh administrasinya, Drakara memutuskan untuk kembali pulang namun kali ini ia akan pulang ke kediaman orang tuanya.
Nurcelia begitu terkejut saat melihat luka lebam di wajah putranya. Ia pun tampak histeris dan langsung bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada Putra nya itu. Tak ingin membuat ibunya khawatir Drakara pun menjelaskan jika ia telah salah paham kepada seseorang dan mereka terlibat perkelahian. Ia tidak menceritakan bahwa ia sudah menemui Latisha kepada Nurcelia karena ia tak mau mendengar omelan mamanya itu.
Drakara baru saja akan menuju kamarnya ketika kemudian Nurcelia memanggilnya untuk kembali duduk di hadapannya. Wajah Nurcelia kini terlihat berseri tidak seperti tadi yang khawatir melihat wajah putranya yang terluka.
"Mama ada kabar baik untukmu, tadi Mama sudah menyuruh lawyer kita untuk mengurus perceraian mu dengan Latisha dan kabar baiknya ternyata wanita itu sudah lebih dulu mengajukan gugatan cerai padamu dan keputusan verstek sudah diambil, kalian sudah resmi bercerai tinggal menunggu surat cerai dari pengadilan." Ujar Nurcelia tersenyum senang.
"A..apa? Tidak mungkin." Drakara menggelengkan kepalanya, ternyata apa yang dikatakan Latisha tadi benar adanya. Tapi mengapa proses perceraiannya begitu cepat? Ia tak mau berpisah dengan Latisha, ia harus mengajukan banding ke pengadilan.
"Apanya yang tidak mungkin Drakara? Bukankah ini berita yang baik? Semuanya sudah selesai sekarang, kamu dan Latisha sudah resmi bercerai. Kalian sudah tak lagi memiliki ikatan. Kamu juga tidak perlu memberi dia harta gono gini karena dia tidak menuntutnya, dan hak asuh anak ada padamu karena Wanita itu pun tidak menginginkan hak asuh Sageon. Jadi apalagi yang kamu ributkan? semuanya sudah selesai sesuai dengan keinginanmu kan?" Nurcelia menatap Putranya heran. Harusnya Drakara senang menerima berita ini karena ia tak perlu repot lagi mengurus perceraiannya dengan Latisha. Tapi kenapa sekarang justru Drakara malah tantrum? ia bahkan ingin mengajukan banding ke pengadilan. Bukankah selama ini putranya itu ingin bercerai dengan Latisha? karena yang Nurcelia tahu sudah sejak lama Drakara mengabaikan Latisha dan lebih dekat dengan Radmila. Ia bahkan lebih banyak menghabiskan waktu nya bersama wanita itu. Sekarang apa yang menjadi masalah nya? Kenapa Drakara seperti takut kehilangan Latisha? Padahal apa bagus nya wanita itu? Hanya cantik saja tidak cukup untuk bisa bersanding dengan keluarganya. Latisha hanya wanita miskin yang beruntung karena pernah di cintai putranya.
"Aku tidak mau bercerai dengan Latisha mam. Aku sangat mencintainya, selama ini aku mengabaikannya karena aku merasa bosan dengannya. Tapi aku tidak pernah berniat untuk menceraikannya apalagi menggantikan dirinya dengan Radmila. Wanita itu hanya aku jadikan pelampiasan hasratku saja. Tolong mengerti perasaan ku mam. Aku sangat mencintai Latisha dan aku tidak ingin berpisah dengan nya." Ujar Drakara penuh emosi.
Nurcelia pun hanya bisa menganga tak percaya. Ternyata putranya itu masih mencintai Latisha si wanita miskin. Tapi Nurcelia tak akan membiarkan Drakara untuk mengajukan banding. Perceraian ini sudah benar, Nurcelia tak akan pernah lagi membiarkan Drakara mendekati Latisha. Satu-satunya cara yang harus ia lakukan saat ini adalah memanggil Rimona untuk kembali ke tanah air.
Ia berharap kehadiran Rimona dapat membantunya untuk membuat Drakara melupakan Latisha.
"Maafkan Mama Drakara, perceraian ini sudah jalan yang terbaik untukmu dan Latisha. Meskipun kamu naik banding Mama yakin Latisha tidak akan pernah mau kembali padamu apalagi setelah pengkhianatan yang telah kamu lakukan dengan adiknya. Kamu pikir Latisha mau kembali padamu setelah kamu menyakitinya?" Nurcelia menggelengkan kepalanya. Ia harus bisa meyakinkan Drakara untuk tidak naik banding.
"Percuma kamu melakukan naik banding jika pada akhirnya Latisha tidak mau kembali padamu untuk apa kamu membuang-buang waktu dan juga tenaga untuk mendapatkan Latisha kembali? lebih baik sekarang kamu fokus untuk mengurus Sageon. Buktikan pada wanita itu jika kamu bisa hidup bahagia tanpanya." Ujar Nurcelia lagi.
Sejenak Drakara terdiam mencerna perkataan ibunya. Sepertinya apa yang dikatakan ibunya benar adanya, untuk apa ia membuang waktu dan tenaganya hanya untuk naik banding. Belum tentu juga Latisha mau kembali padanya, yang harus ia lakukan sekarang adalah kembali merebut hati Latisha, dia akan berjuang lagi dari nol untuk mendapatkan kepercayaan Latisha. Ia memiliki Sageon sebagai senjatanya untuk kembali mendekati Latisha. Sageon adalah pengikat hubungan dirinya dengan Latisha.
"Berpikir lah yang jernih Drakara. Bukankah apa yang mama katakan benar adanya? lebih baik sekarang kamu fokus pada perkembangan Sageon. Satu lagi, mama tidak ingin Sageon terlalu dekat dengan Radmila lagi. Kalau kamu memang tidak menginginkannya Mama berharap kamu pecat Radmila secepatnya. Mama tidak ini terlibat lagi hubungan dengan keluarga itu." Ujar Nurcelia.
Drakara pun setuju dengan ide ibunya. Akan lebih baik jika ia memecat Radmila agar ia bisa kembali fokus mengejar Latisha nantinya. Mungkin jika Latisha tahu dirinya sudah memecat Radmila, Latisha akan kembali padanya.
Buat lebih dramatis dong. 😀