Pesugihan Geteh Kentel

Rombongan kembali datang menyerbu warung sate yang baru buka ini karena mereka memang sudah sangat candu akan rasa nya yang begitu luar biasa, sekali mencoba maka akan datang lagi untuk membeli. pokok nya akan datang terus sampai mereka akan muak, tapi entah kapan pula muak nya dengan rasa sate Pak Min.

Malah yang ada makin hari makan semakin candu saja dengan rasa sate nya, tidak bisa main main dengan rasa sate ini. sekali datang harus sampai berulang kali, yang meladeni saja sampai kewalahan, selain sate ada juga gulai kepala kambing serta tongseng kambing yang rasa nya pun tidak kalah mantap dari sate tersebut.

Satu porsi kepala kambing bisa seratus lima puluh ribu, dalam satu malam bisa sepuluh atau bahkan lima belas porsi yang laku. jadi jelas uang yang di hasilkan untuk satu malam saja bisa jutaan yang masuk dalam kantong, maka nya begitu banyak saingan yang merasa iri dengan penjualan Pak Min yang sangat bagus.

Padahal Pak Min adalah tipe yang ramah dan baik, pedagang yang ada di sebelah nya itu saja sering di kasih sate atau juga tongseng kambing nya, sebab mereka jualan nasi uduk sehingga tidak ada lah makan sate jualan nya sendiri. kalau seperti Uda Jhon dan juga Peri memang jualan sate, mau memberi sate nya pun agak sungkan juga.

"Tongseng kambing nya satu, Pak Min." Bambang alias Pak RT datang untuk membeli.

"Siap, tunggu sebentar ya." Pak Min menyambut ramah.

"Sama sate nya satu yang kambing, agak cepet ya perut ku lapar sekali." pinta Pak RT duduk di kursi sebelah.

"Oke. dari mana tadi, Pak?" tanya Pak Min basa basi sambil mengurus daging kambing nya.

"Biasa rapat dari kantor desa, agak malam dan ingin makan sesuatu yang hangat." jawab Pak RT.

"Gimana rasa sate saya, Pak? kalau ada koreksi ngomong ya." ujar Pak Min sambil tersenyum.

Pak RT mengacungkan jempol nya karena rasa sate sudah semantap ini, Bambang memang selalu langganan di sini dan tidak mau kalau sampai tempat lain. walau kabar tidak sedap sudah muncul di mana mana, namun dia yakin itu semua hanya lah fitnah semata karena orang yang tidak suka melihat dagangan Pak Min laris manis.

"Apa itu yang bulat, Pak Min?" tanya Pak RT yang memperhatikan sejak tadi.

"Resep turun temurun ini, Pak RT! gula merah yang di bekukan, jadi rasa nya mantap." jawab Pak Min tersenyum.

"Lihat to gula nya." Pak RT meminta barang yang sedang di pegang.

"Ini, cicip rasa nya biar tidak ragu." Pak Min tersenyum lepas.

Bambang yang penasaran pun mencubit sedikit lalu memakan nya, memang terasa manis sekali sehingga dia pun tidak ragu kalau itu memang gula merah seperti yang Pak Min katakan barusan. dia mengembalikan di meja lagi, agar tidak di lihat orang dagangan di pegang pegang orang lain.

"Saya itu Ndak ada pakai macam macam seperti yang di gosip orang, jualan ya memang murni jualan." Pak Min membuka suara.

"Kabar nya semakin kuat sih, tapi ya sudah lah biarkan saja selagi kita benar." sahut Bambang.

"Lah iya loh, Pak! saya tidak macam macam dan jualan jug apa ada nya, tapi masih saja ada yang tidak suka." keluh Pak Min memelas.

"Biarkan saja, toh orang orang tidak peduli dan tetap beli sate sampean." hibur Pak RT sambil tersenyum.

"Saya itu takut nya orang akan percaya, lagi pula ya tidak enak jualan tapi di musuhi teman." ujar Pak Min lagi.

Bambang mengangguk paham bagai mana perasaan nya Pak Min, kasihan juga karena jualan laris terus di musuhi oleh teman teman nya. bahkan juga para teman menyebarkan gosip yang tidak bagus, pasti lah ada rasa sedih di hati Pak Min karena sama saja dengan fitnah jatuh nya, memang kadang mulut orang kalau ada yang tidak beres maka akan langsung bicara tanpa henti, walau tidak tau pasti juga kejadian nya bagai mana.

Mungkin saja begitu yang sedang Pak Min alami saat ini, ada yang tidak suka sehingga menyebarkan fitnah untuk dia. atau orang yang sebenar nya pakai pesugihan itu lah yang sedang membuat fitnah agar diri nya akan, jadi memang belum bisa mau di pastikan dengan jelas soal masalah pesugihan ini.

"Kau lihat lah sendiri, tidak ada hal hal ghaib di sini." Sam bicara dengan Jalak.

"Memang iya, ini tidak ada ganguan setan atau setan yang mengganggu." Aji juga setuju.

"Tapi kok orang orang tidak mau berhenti gosip, biasa nya gosip akan bertahan satu bulan saja." sahut Jalak.

"Ya karena mangsa nya belum tumbang, coba kalau Pak Min sudah tidak jualan lagi karena kena mental maka pasti mereka akan berhenti gosip!" sahut Jalak sambil memperhatikan makanan yang di buat oleh Pak Min.

"Jalak benar, mereka masih gosip karena Pak Min malah tambah laris." Aji setuju dengan Jalak.

"Purnama dan Arya saja sudah makan kok sate orang ini, jadi ku rasa memang aman saja." Sam berucap pelan.

"Tapi terus terang aku ragu pada nya!" Jalak menatap Pak Min yang sedang membakar sate.

Sam dan Aji menatap ular antagonis ini, dia hampir sama dengan Purnama yaitu memiliki sikap yang tidak sabaran. mau apa pun itu dia selalu bertindak cepat tanpa pikir panjang, gara gara sikap itu lah kadang mereka harus sampai debat satu sama lain karena Jalak tidak bisa mau menahan diri, ini sudah agak kalem karena biasa nya dia hampir sama dengan Ratu nya yang tidak pernah bisa sabar walau hanya sedikit saja.

"Kenapa pula kau ragu ini?" Aji menatap Jalak.

"Aku tidak tau ragu karena apa, tapi yang jelas aku memang tidak bisa mau percaya!" tegas Jalak.

"Kau orang nya memang gampang curiga, sama dengan Ratu mu itu." sengit Sam.

"Aku bukan manusia, Sam!" Jalak menatap teman nya serius.

"Kau kenapa sih kok mendadak saja jadi tegang?" Aji heran pula dengan sikap nya Jalak.

"Barusan aku melihat pria berlumuran darah berdiri di dekat Pak Min, lalu dia pergi begitu saja!" seru Jalak tidak berkedip.

"Aku tidak lihat kok!" Sam cepat mendekati Pak Min dan melihat kanan kiri.

Tapi memang sudah tidak ada apa apa lagi, Jalak juga sibuk mencari nya untuk memastikan kemana pria yang tadi berlumuran darah itu. sebab dia muncul hanya sekejap mata saja, setelah itu hilang entah kemana.

Selamat pagi besty, jangan lupa like dan komen kalian semua ya.