NovelToon NovelToon
Dikutuk Jadi Tampan

Dikutuk Jadi Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Dikelilingi wanita cantik / Obsesi / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Harem
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: HegunP

Hidup Edo menderita dan penuh hinaan setiap hari hanya gara-gara wajahnya tidak tampan. Bahkan ibu dan adiknya tidak mau mengakuinya sebagai bagian dari keluarga.

Dengan hati sedih, Edo memutuskan pergi merantau ke ibu kota untuk mencari kehidupan baru. Tapi siapa sangka, dia malah bertemu orang asing yang membuat wajahnya berubah menjadi sangat tampan dalam sekejap.

Kabar buruknya, wajah tampan itu membuat umur Edo hanya menjadi 7 tahun saja. Setelah itu, Edo akan mati menjadi debu.

Bagaimana cara Edo menghabiskan sisah hidupnya yang cuma 7 tahun saja dengan wajah baru yang mampu membuat banyak wanita jatuh cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HegunP, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 Berubah Tampan

Pagi tiba.

Edo baru bangun dari tidurnya. Ketika meregangkan dua tangan ke atas, ia merasa sesuatu yang aneh.

“Ko tubuhku ngerasa segar banget, ya?” ucapnya.

Namun, bukan cuma itu yang langsung ia rasakan. Ada keanehan lain yang terasa jelas di tubuhnya. 

“Loh. Ini kenapa kaosku jadi terasa kekecilan? Loh ini kenapa celanaku juga terasa sesak kaya gak muat?” Edo meraba-raba sekujur tubuhnya sendiri.

Dan dia pun mendapati hal aneh lain yang sampai membuatnya melongo. Yakni menyadari kalau lengan kurus keringnya kini berisi dengan otot yang kencang.

Bukan cuma lengannya, sekujur tubuhnya terasa lebih padat berisi.

“Apa gara-gara semalam makan nasi goreng tubuhku langsung gak cungkring lagi? Loh Bang Bayu mana?”

Edo mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan mencari Bayu yang ternyata tidak ada di tempat. 

Pandangannya terhenti tiba-tiba ke kasur tempat Bayu semalam tidur. Di sana ada kemeja putih dan celana jeans yang terlipat rapi. Jelas itu adalah pakaian milik Bayu yang ia kenakan semalam, tapi anehnya si pemilik tidak ada.

Di atas pakaian itu, ada secarik kertas dengan tulisan panjang. Seperti sebuah pesan.

Edo bergegas turun dari ranjangnya, mengambil secarik kertas itu dan membaca isinya.

Isi pesan:

[Jika kamu baca pesan ini, artinya aku sudah meninggal jadi debu. 

Selamat Edo, kamu sudah berubah menjadi  ganteng karena sebelum meninggal, aku memindahkan kutukan tampanku kepadamu.

Kutukan tampan hanya bisa dipindahkan kepada laki-laki berwajah jelek dan yang memiliki masa lalu menyedihkan.

Aku kaget saat tahu wajahmu sangat minus dan memiliki kisah sangat sedih. Aku jadi percaya kalau takdir sengaja mempertemukan kita supaya aku memindahkan kutukanku kepadamu.

Sekarang, kamu sudah menjadi orang ganteng. Bahkan lebih ganteng dariku. Bukan cuma wajah, tapi semua bagian tubuh luar-dalammu telah diubah menjadi indah dan gagah.

Tapi ada 2 hal yang harus selalu ingat:

Umurmu sekarang hanya tersisah 7 tahun saja. Setelah itu, kamu akan meninggal menjadi debu sepertiku.

Kutukan tampan takut dengan gerhana bulan. Saat terjadi gerhana bulan, wajahmu akan kembali jelek. Gerhana bulan selesai, kamu kembali ganteng lagi.

Itu saja pesan dariku. Maaf ya, telah memberi kutukanku tanpa bilang-bilang. Kalaupun bilang, kamu pasti gak akan percaya.

Dan sekarang, semoga kamu percaya.]

Selesai membaca pesan yang ditulis Bayu itu, wajah Edo berubah pucat pasi. Dia cepat berdiri sembari menggigit jari-jarinya. Kemudian secepat mungkin berlari ke cermin besar yang ada di sudut kamar.

Edo diam membeku di sana. Pupil matanya membesar, bibirnya bergetar. Tak sanggup berkata-kata sambil tetap melihat pantulan dirinya sendiri di depan cermin.

Dan kemudian.

“AAAAAARGH!” Edo menjerit kencang.

BRUK!

Dia pingsan gara-gara melihat wajahnya telah berubah tampan.

Edo akhirnya siuman setelah beberapa menit berlalu.

“Dimana aku? Eh … itu di cermin siapa? Ganteng banget. Gak mungkin itu pantulan mukaku sendiri, kan?” ucapnya, masih dengan pandangan buram.

Edo masih terduduk di lantai. Sampai dia pun ingat kalau habis pingsan karena melihat pantulan wajahnya sendiri.

“Oh iya, tadi aku pingsan gara-gara, Aaaargh!”

Edo kembali teriak sekencang-kencangnya. 

Beruntung kali ini tidak pingsan lagi. Dia cuma menjauhi cermin dengan sangat ketakutan lalu memeluk tubuh sendiri di pojok ruangan.

“Aku berubah ganteng beneran?”

Butuh waktu lama untuk Edo agar berani mendekati cermin. Hingga dia pun perlahan-lahan memberanikan diri mendekati cermin. Ia perhatian lebih lama pantulan wajah barunya itu.

“Lu–luar biasa. Apa benar itu mukaku? Aku gak mimpi, kan?” gumamnya dengan  suara sedikit gemetar. Dua tangannya tak henti meraba-raba wajahnya sendiri.

Keterkejutan Edo tentu sangatlah wajar. Apalagi wajahnya telah berubah menjadi sangat indah dan maskulin. Mata tajam indah, hidung mancung menantang, bibir tipis menawan, rahang tegas, serta rambut sedikit ikal yang semakin memperindah ketampanannya.

Belum lagi, bentuk tubuhnya yang awalnya kurus-kering sekarang kekar-atletis. Tinggi badannya juga bertambah. Berubah menjadi 180 cm.

Harusnya Edo bahagia sepenuhnya karena wajah dan fisik seperti inilah yang ia idam-idamkan selama ini. Bahkan lebih bagus dari yang ia harapkan. Tapi justru benaknya malah tak kunjung berhenti merasakan ketakutan dan kekhawatiran.

Edo sangat senang telah menjadi remaja ganteng, tapi juga takut karena nanti akan meninggal dunia di usia muda. 

Sekarang usia Edo 18 tahun. Artinya, dia akan meninggal saat usianya nanti menginjak 25 tahun, karena orang yang mendapatkan kutukan tampan hanya akan berusia 7 tahun.

“Ganteng sih ganteng. Tapi masa harus mati muda, sih. Mana belum sukses dan nikah pula. Aduh gimana ini?!” resah Edo, mondar-mandir sambil mengacak-acak kepalanya sendiri.

Intinya, Edo tidak tahu apa harus bersyukur atau merutuki nasib sialnya, yang telah mendapatkan kutukan tampan.

Hampir 1 jam Edo mondar-mandir. Dia berusaha mendapatkan pikiran jernih. Sampai akhirnya, ia mendapatkan keputusan.

“Percuma aku menyesali ini. Aku juga gak tahu cara ngilangin kutukannya. Mungkin ini sudah nasibku. Mungkin dengan wajah begini, hidupku yang selama ini menyedihkan bisa aku ubah jadi lebih berarti. Kemudian aku bisa meninggal dengan tenang sebagai orang ganteng.”

Dengan buah pemikiran itu, alhasil Edo ikhlas menerima kutukan tampannya, meskipun belum sepenuhnya bisa lapang dada.

Edo kembali memperhatikan penampilan tubuhnya yang memakai kaos dan celana yang kekecilan karena tubuhnya yang berubah lebih berisi dan tinggi. Dia pun akhirnya paham kenapa Bayu meninggalkan kemeja putih dan celananya yang ternyata itu untuk diberikan ke Edo.

Edo pun pergi mengambil pakaian yang ditinggal Bayu itu.

“Ternyata Bang Bayu sudah memperhitungkan kalau pakaianku akan jadi kekecilan.”

Edo mengganti pakaiannya dengan milik Bayu. Kemeja dan celana Bayu pas di tubuhnya. Membuat Edo jadi terlihat makin gagah.

Beberapa saat berlalu, Edo keluar dari penginapan. Tujuan hari pertamanya sebagai seorang perantau di ibukota adalah mencari tempat kos yang biayanya murah lalu mencari pekerjaan untuk menyambung hidup.

“Nyari di mana ya? Kota ini luas. Aku juga gak punya kenalan,” gumam Edo sambil berjalan tanpa arah.

Dia sekarang berjalan di area trotoar perkotaan. Banyak kendaraan berlalu-lalang di jalan raya, serta di area trotoar sendiri banyak para warga menikmati minggu pagi dengan berjalan kaki.

Tapi lama kelamaan, dia merasa tidak nyaman pada lingkungan trotoar ini. Pasalnya, banyak perempuan baik ibu-ibu dan gadis-gadis muda, bahkan ada beberapa nenek-nenek memperhatikan Edo dengan ekspresi tak berkedip dengan mulut menganga.

“Ko mereka ngeliat aku sampe segitunya? Oh iya, aku kan udah berubah ganteng. Tapi kalau sampai membuat mereka melongo begitu kayaknya terlalu lebay, deh,” gumam Edo sambil menundukkan pandangan. Merasa tidak nyaman dengan tatapan orang-orang.

Tepat di depan samping kiri trotoar, ada toko pakaian yang berdinding kaca. Edo lalu mengecek wajahnya sendiri di dinding kaca itu, untuk memastikan mungkin ada kotoran aneh yang bikin orang-orang sampai melihatnya seperti itu.

“Gak ada,” ucap Edo setelah beberapa kali memeriksa pipi kanan dan kirinya.

“Kakak ko ganteng banget. Kaka artis ya?” Tiba-tiba seorang perempuan cantik datang menyapa dengan wajah ceria.

“Eh, bukan. Saya orang biasa.” Edo melambaikan dua tangan, memberi gestur dirinya benar-benar bukan artis.

“Tapi ko ganteng banget kaya artis. Oh iya, ngomong-ngomong aku masih jomblo, lho. Kakak mau gak jadi pacarku?”

“Pacar!?” terkejut Edo.

1
Sharon Dorantes Vivanco
Gak akan kecewa deh kalau baca cerita ini, benar-benar favorite saya sekarang!👍
HegunP: makasih. ikutin terus ceritanya, ya. karena akan makin seru 👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!