DILARANG DIBACA SEBELUM TIDUR!!!
Hanya untuk kalian yang sudah dewasa, yang sudah bisa tidur sendiri tanpa lampu😏
Cerita dalam novel ini akan membawa kalian pada malam mengerikan tanpa akhir. Malam panjang yang dingin dengan teman sekamar yang tanpa tahu malu tidak perlu patungan biaya kamar kos.
Bersama Penghuni kos lain yang tidak tercatat dalam buku sewa. Begitu sepi saat siang tapi begitu ramai saat malam. Dengan bayang-bayang penghuni sebelumnya yang sebenarnya tidak pernah pergi darisana.
Seakan mendapat diskon untuk sebuah keberanian sia-sia. Karena bayaran mahal yakni nyawa setiap malamnya.
Setiap inci gedung kos begitu tipis untuk menghalangi antara yang Hidup dan Mati. Dimana pagi adalah harta terindah yang telah kalian lupakan. Karena memang hanya untuk mereka yang sudah tidak punya pilihan lain.
Cerita horor ini sangat berbeda dari yang kau bayangkan.
Apakah Calista bisa melunasi atau masih berutang nyawa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ittiiiy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7 : Langkah Berani
"Jadi, Kak Nayla hanya jiwa kan?" Calista merasa harus memastikan itu. Bagaimanapun juga dia harus berhati-hati pada setiap hal dan waspada pada siapapun itu. Karena yang dipertaruhkan bukan sekedar barang atau uang tapi nyawanya. Calista tersadar bahwa keluhannya tentang uang selama ini begitu sia-sia. Dia akhirnya mengerti dibanding nyawa, uang bukanlah apa-apa. Jika sehat, masih ada harapan untuk berjuang agar bisa mendapatkan uang tapi saat nyawa yang terancam, tidak ada yang bisa dilakukan.
"Aku tidak termasuk dalam peraturan, aku sama dengan penghuni kos lainnya, aku sama denganmu ... Aku hampir akan melunasi hutangku tapi tiba-tiba aku mendapat kesempatan untuk tetap hidup meski dengan hutang yang hampir lunas." Nayla tidak bisa memberitahu dengan begitu jelas bahwa tidak lama lagi dia akan sepenuhnya terpisah dari tubuhnya dan itu tandanya dia akan mati. Nayla ingin egois dan meminta bantuan pada Calista yang jiwanya masih kuat tapi melihat banyaknya jiwa yang tersesat di luar sana, Nayla melepaskan satu-satunya harapannya, "Aku juga akan menjadi penghuni kos yang tidak akan pernah pergi ...." Nayla menutupi kesedihannya dengan senyuman yang dipaksakan.
Calista mengingat tadi Nayla menariknya masuk, menandakan dia bisa menyentuh Nayla, "Hal atau sesuatu yang buruk disini, Kak Nayla bukanlah salah satunya." Calista bisa memastikan soal itu, "Kalandra bisa memperingatkanku soal tempat ini menandakan karena informasi yang diberikan tidaklah begitu penting atau karena tidak ada informasi korban di dalamnya makanya aku bisa mendengar dan mengingatnya? Ataukah karena mereka tahu kalau aku akan berakhir sampai disini juga ...." Calista berusaha berpikir disaat Makhluk mengerikan sudah tidak ada disana.
"Sepertinya kau masih punya banyak pertanyaan ...." Nayla hanya menebak dengan melihat wajah Calista yang seperti sedang tampil banyak subtitle dengan tanda tanya.
"Kak Nayla tidak bisa menemaniku di kamar kan?" Calista dengan tertawa kecil, sudah tahu tapi tetap saja menanyakannya.
"Sayangnya tidak, itu akan melanggar peraturan." Nayla dengan senyuman pahit, "Aku bisa saja langsung menghilang dari sini ...."
"Tidak, Kak Nayla tidak perlu menemaniku. Aku akan memberanikan diri ...." Calista tidak bisa membayangkan jika Nayla melanggar peraturan dan hukuman terberatnya adalah Nayla dilarang bertemu atau berbicara dengannya. Bagi Calista tidak ada yang membantunya atau setidaknya menemaninya berbicara akan membuatnya benar-benar gila, "Tunggu, aku kan ada di dunia lain sekarang ... Bukan dunia manusia, bagaimana bisa aku berpindah ke dunia manusia?" Calista yang baru saja akan menaiki tangga langsung memutar arah kembali ke meja Nayla.
"Kau sudah punya kuncimu, saat kau bangun kau akan kembali ke dunia manusia." Nayla menunjuk kunci yang ada di tangan Calista.
"Jadi kunci ini begitu penting ya ...." Calista memegang kuncinya berharap kunci itu bisa menempel di tangannya, "Apa kak Nayla pernah meminta uang koin padaku?" Calista yang sudah menaiki tangga kembali turun lagi.
Nayla merasa kasihan melihat Calista yang sepertinya belum siap menghadapi ujian terberat dialami oleh manusia itu, "Koin? Aku meminta koin? Sepertinya itu bukan aku ...."
"Berarti yang meminta koin menyuruhku mengetuk pintu bukan Kak Nayla, tunggu apa itu akal-akalan Makhluk disini? Apa dengan melakukan itu akan berakibat buruk padaku?" Calista panik.
"Tidak, tidak ada hal seperti itu dalam aturan. Tunggu ... Sepertinya itu teman sekamar Calista yang menggunakan tubuhku. Apa maksudnya? Dia sengaja membantu Calista? Tidak mungkin!" Nayla terdiam sesaat meneliti ucapan Calista tentang koin dan pintu yang diketuk. Dua hal itu adalah ciri khas Makhluk teman sekamar Calista dan lebih dari itu adalah hal yang sebenarnya menguntungkan.
"Kak Nayla!" Calista mencoba menyadarkan Nayla yang sedang berpikir.
"Dia datang!" Nayla tanpa melihat tapi hanya merasakan sebuah kehadiran segera mendorong Calista untuk bersembunyi di bawah meja. Calista hanya menurut saja dan langsung menyipitkan matanya agar tidak melihat sosok Makhluk yang bahkan membuat Nayla bersembunyi itu.
Calista ingin bertanya apakah mereka tidak akan terlihat jika ada dibawah meja tapi banyak bebatuan bersinar memenuhi bagian bawah meja itu yang seakan menjawab langsung pertanyaan Calista. Batu-batu bersinar itu terlihat begitu menakjubkan seakan menyihir Calista. Nayla menutup mulut dan hidung Calista, sehingga Calista tahu diri bahwa harus menahan napas disana rupanya. Calista cukup lama menahan napas tapi Nayla dengan segala kekuatannya tetap menahan agar Calista tidak bernapas. Meski terlihat Calista sudah hampir pada batasnya tapi batu-batu yang bersinar disana membantu Calista untuk tenang.
"Siapa yang datang?" Calista menarik napas dalam setelah Nayla melepaskan tangannya.
"Kamar 2013, teman sekamar Elvara. Cara yang dia lakukan sangat ekstrem, bahkan jika itu bukan teman sekamarnya dia bisa saja mencuri teman sekamar lain dan melakukan hal yang buruk." Nayla memberi tanda bahwa sudah aman untuk keluar.
"Maksudnya dia tipe yang akan melakukan segala apa yang diinginkannya ... semaunya begitu ... Kalau begitu, bisa saja dia yang memilih sendiri Elvara dengan memasuki tubuh Kak Nayla dan memberi kunci kamar 2013. Makanya aneh saja, kenapa pemberian kamar random sekali ternyata tidaklah random tapi sudah diatur." Calista menyentuh batu bersinar yang tertempel di bawah meja.
"Seseorang memberikan ini, yang mengajarkanku untuk bisa memiliki kesempatan kedua ... Katanya ini akan melindungiku ... Aku tahu apa yang kau pikirkan tapi aku juga tidak tahu siapa dia, tiba-tiba saja dia datang dan menyelamatkanku. Dulu aku berada di tempat yang sudah seperti neraka, makanya bagiku disini tidaklah begitu buruk ...." Nayla sambil tersenyum, "Walau cahaya lampu disini seperti lampu yang sudah akan mati tapi ini sudah seperti surga bagiku dibanding sebelumnya."
"Kak Nayla yang bisa sangat berani pasti sudah melalui hal yang belum ... Tidak pernah bisa aku bayangkan. Aku berharap aku bisa seberani kak Nayla setengahnya saja, setidaknya untuk malam ini saja ...." Calista begitu takut untuk ke kamarnya.
"Kau lebih berani dari yang kau bayangkan, kau lebih berani dariku dan sepertinya kau juga lebih beruntung dariku. Aku tahu kau akan bangun besok pagi melihat dan merasakan matahari pagi yang hangat ...." Nayla memberikan semangat yang sebenarnya berbalut rasa cemburu karena dia sudah lama tidak melihat sinar matahari dan merasakan panas matahari.
Calista menggenggam erat tangannya agar tidak gemetaran tapi kakinya tidak bisa ia hentikan untuk bergetar selama berjalan. Seakan seluruh tulangnya akan runtuh tidak lama lagi. Calista akhirnya sadar kenapa seseorang bisa saja terjatuh saat ketakutan dan panik. Dulunya dia menganggap orang yang terlihat seperti itu berlebihan tapi ternyata hal itu nyata terjadi pada seseorang yang sangat takut. Dan sekarang itu terjadi pada dirinya sendiri.
Nayla hanya bisa melakukan hal yang selalu dilakukannya memandangi semua orang yang sedang berjuang. Menyemangati mereka yang ternyata akan bergabung bersamanya keesokan harinya, "Semoga kau beruntung Calista ...."
Calista yang biasanya berjalan begitu cepat dan dengan suara keras sangat berbeda malam itu, dia berjalan begitu pelan dan diusahakan tanpa suara. Langkah berbeda yang kini harus dibiasakan oleh Calista, "Ternyata inilah kenapa aku tidak mendengarkan Kalandra datang saat itu di belakangku, dia pasti sudah terbiasa berjalan tanpa suara ...."
"Calista ...." suara nama yang memanggil itu berasal dari ujung lorong.
Calista menutup matanya pasrah karena tahu itu pasti dari kamar Elvara, 2013. Calista sadar ternyata bukan hanya sekedar langkah kaki tapi pikirannya pun harus dikendalikan, "Benar, dia pasti mendengarkan apa yang aku pikir ... Hah?!" Calista menutup mulutnya padahal dia tidak mengatakan itu tapi dia memikirkannya. Calista memukul kepalanya agar tidak memikirkan apapun saat ini. Akan gawat jika Makhluk di kamar 2013 datang menyergapnya.
Kali ini suara tangisan anak kecil terdengar begitu jauh, karena panik akhirnya Calista berlari tapi dia menjatuhkan kunci kamarnya akibat tangan yang gemetaran, "Tidak!" Calista kembali memungut kunci kamarnya tapi suara tangisan anak kecil itu tiba-tiba saja terdengar begitu dekat. Ternyata anak kecil itu sudah ada di depannya saat ini. Di samping kunci kamar Calista sudah ada kaki anak kecil. Calista menutup mulutnya agar tidak berteriak dan mengundang Makhluk lainnya untuk membully nya habis-habisan disana.
...-BERSAMBUNG-...
Ini kyk smacam misi yg harus di ungkap
" di setiap ada kesulitan , pasti ada kemudahan"