NovelToon NovelToon
KEMBALINYA JENDERAL PERANG

KEMBALINYA JENDERAL PERANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Kisah cinta masa kecil / Dikelilingi wanita cantik / Percintaan Konglomerat / Bad Boy / Kriminal dan Bidadari / Rebirth For Love
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Update setiap hari!

Leon Vargas, jenderal perang berusia 25 tahun, berdiri di medan tempur dengan tangan berlumur darah dan tatapan tanpa ampun. Lima belas tahun ia bertarung demi negara, hingga ingatan kelam tentang keluarganya yang dihancurkan kembali terkuak. Kini, ia pulang bukan untuk bernostalgia—melainkan untuk menuntut, merebut, dan menghancurkan siapa pun yang pernah merampas kejayaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6 Terpaksa berpisah dan membeli bar

Deg!

Nama itu bergema di telinga Evelyn. Seketika wajahnya berubah—antara terkejut, bingung, dan… sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan.

Jantungnya berdebar keras. 'Leon? Apa pria yang sebelumnya adalah Leon?' pikirnya.

Tanpa menunggu penjelasan lebih jauh, Evelyn berdiri tergesa, gaunnya berdesir mengikuti langkah cepatnya.

“Evelyn! Kau mau kemana!?” teriak Lucienne.

Namun Evelyn tidak menjawab. Ia hanya berlari, menembus lorong villa, lalu keluar menuju taman. Nafasnya terengah, tapi hatinya terasa lebih gaduh daripada tubuhnya.

“Leon…” panggilnya dalam hati, matanya liar mencari sosok yang barusan ia temui.

Ia menelusuri persimpangan taman tempat pertemuan singkat itu, memandang ke segala arah dengan penuh harap. Namun tak ada siapa pun.

Evelyn terus berlari hingga akhirnya berhenti di pinggir jalan. Matanya sekilas menangkap sebuah taksi melaju kencang di kejauhan, hampir menghilang ke kegelapan malam.

Ia berdiri terpaku, dadanya naik turun. Ada perasaan yang menyesakkan dada, seolah sesuatu yang penting baru saja terlepas dari genggamannya.

“Leon…” bibirnya bergetar lirih, hampir tak terdengar.

Wajahnya memerah, tapi kali ini bukan karena malu—melainkan campuran emosi yang tak bisa ia pahami: penasaran, cemas, dan entah mengapa… rindu yang datang tiba-tiba.

...

Sementara itu, di dalam taksi yang sedang melaju, Leon bersandar di kursi belakang. Tatapannya tertuju pada spion tengah, menangkap bayangan Evelyn yang berdiri di pinggir jalan.

Sekilas, hanya sekilas, ada getaran samar di mata Leon. Namun ekspresinya tetap dingin, tenang, nyaris tanpa emosi.

“Tuan, apa kita harus berbalik?” tanya sang sopir hati-hati, matanya ikut melirik sosok Evelyn yang semakin mengecil di kejauhan.

Leon mengalihkan pandangan dari spion, menutup kelopak matanya sejenak. “Tidak perlu,” jawabnya datar. “Dia tidak ada hubungannya denganku.”

Sopir itu hanya mengangguk, tidak berani bertanya lebih jauh tentang urusan pribadi penumpangnya. Ia bisa merasakan aura berat dari Leon dan memilih untuk tetap diam.

Namun dalam keheningan mobil, pikiran Leon justru bergejolak. Bayangan masa lalu menyusup tanpa permisi.

Evelyn kecil—dengan rambut tergerai dan senyum hangat—menyodorkan sepotong roti padanya saat ia lapar. Gadis itu juga diam-diam mengikatkan perban pada lukanya ketika ia babak belur dihajar oleh saudara-saudaranya yang lain.

Meskipun berkali-kali ditentang oleh orang tuanya, namun Evelyn selalu menemui Leon secara diam-diam. Gadis itu menatap Leon kecil dengan tatapan penuh keyakinan, meski dunia seolah menentang keberadaan dirinya.

Namun seiring waktu, semua itu direnggut paksa. Orang tua Evelyn yang ketat, aturan keluarga, dan akhirnya—takdir yang memisahkan mereka berdua.

“Tuan, jadi kemana tujuan kita selanjutnya?” suara sopir kembali membuyarkan lamunan masa lalu Leon untuk kedua kalinya.

Leon membuka matanya kembali, menarik napas panjang, mencoba menyingkirkan kenangan yang menyesakkan dada itu.

“Sepertinya kau punya bakat untuk mengganggu kenangan seseorang,” ucapnya dingin.

Sopir itu buru-buru meminta maaf. “Aduh, maaf, Tuan. Saya tidak bermaksud—”

 “Lupakan. Aku tidak mempermasalahkannya.” Leon mengangkat tangan, menghentikannya.

Ia menatap ke luar jendela, lampu-lampu kota berkelebat cepat melewati matanya. Lalu dengan suara pelan, ia berkata: “Bawa aku ke Jalan Elysion No. 14, Distrik Orvelle.”

Sang Sopir mengangguk cepat. “Baik, Tuan.”

Mobil itu terus melaju, menjauh dari villa dan dari sosok Evelyn yang masih berdiri terpaku dalam kegelapan malam.

...

Jalan Elysion No. 14, Distrik Orvelle, Lunebridge City.

Sebuah bar reyot berdiri di persimpangan jalan Elysion, bercampur dengan kios-kios kecil dengan lampu yang masih menyala samar.

Meski dari luar tampak usang, di dalamnya riuh rendah suara musik bercampur tawa kasar para lelaki mabuk. Asap rokok menebal, membuat udara semakin pengap.

Beberapa wanita dengan gaun mini dan dandanan menor menempel pada para pengunjung, menggoda dengan tawa genit.

Kursi-kursi kayu berguncang oleh hentakan kaki, sementara bartender sibuk menuangkan wine ke dalam gelas.

CREAAK!

Pintu bar terbuka.

Semua kepala serentak menoleh.

Di ambang pintu, berdiri Leon dengan setelan jas hitam rapi, siluet tubuhnya tegas diterangi cahaya lampu neon yang kedap-kedip.

Matanya—tajam dan dingin—menyapu seluruh ruangan, seolah menilai kekacauan itu dengan tatapan jijik.

Hening sejenak, sebelum bisik-bisik mulai terdengar.

“Siapa dia?”

“Bukan orang dari wilayah sini, jelas…”

“Kalau dilihat dari penampilannya, sepertinya dia orang kaya."

Beberapa wanita berpakaian seksi segera menghampirinya, tubuh mereka bergoyang menggoda.

“Sayang… jarang sekali ada tamu setampan dirimu datang kemari,” ucap salah satu dengan suara manja, tangannya hendak menyentuh lengan Leon.

Namun Leon bahkan tidak menoleh. Tatapannya lurus ke depan, kakinya melangkah mantap menuju meja bar. Aura dingin darinya membuat para wanita itu saling pandang, bingung sekaligus tersinggung, tapi tak ada yang berani menghalangi langkahnya.

Ia berhenti tepat di depan bartender. “Siapa pemilik tempat ini?” tanyanya singkat, suaranya datar namun berat.

Bartender itu terdiam, keringat dingin menetes di pelipisnya. “Uh… T-tuan… apa maksud—”

“Aku pemilik tempat ini!"

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, sebuah suara keras menggema dari arah ruangan dalam.

Seorang pria bertubuh kekar dengan tato di kedua lengannya keluar sambil menyulut cerutu. Jaket kulit hitam terpasang di bahunya, rantai perak tergantung di lehernya. Wajahnya penuh keangkuhan, langkahnya malas tapi penuh kesombongan.

Tatapannya menyapu Leon dari ujung kepala hingga kaki. Lalu ia tertawa pendek. “Hah! Rupanya anak orang kaya nyasar ke tempat sampah ini. Katakan, untuk apa pria kelas atas sepertimu datang ke bar kumuh milikku?”

“Aku ingin membeli tempat ini," ucap Leon tak banyak basa-basi. Namun kata-katanya membuat seisi bar langsung terdiam. Bahkan musik pun terasa sirna, hanya suara napas orang-orang yang tersisa.

Pria bertato itu mengangkat alis, lalu tertawa terbahak-bahak hingga asap cerutunya menyembur liar. “Membeli tempat ini? Hahaha!! Dengar, bajingan! Mungkin kekayaanku tidak sebanding denganmu, tapi bukan berarti kau bisa seenaknya datang dan mengatakan ingin membeli aset milik orang lain!"

"Asal kau tahu, bajingan. Aku membeli tempat ini dari yang awalnya hanya restoran mie biasa. Aku bekerja keras, jatuh bangun, aku tidak pernah menyerah!" Pria itu menepuk pundak Leon, "Tidak semuanya bisa kau beli dengan uang, sekaya apapun dirimu. Jadi pergilah dan cari tempat lain yang lebih bagus."

Suasana bar yang tadinya riuh kini berubah jadi tegang. Semua orang menahan napas, menunggu reaksi Leon.

Namun sebelum Leon sempat membalas, suara tergesa datang dari arah pintu samping.

“Bos! Bos Garka!” teriak seorang anak buah dengan napas terengah. Kemejanya kusut, wajahnya basah oleh keringat.

Pria bertato itu yang ternyata bernama Garka berhenti tertawa, wajahnya berubah muram. “Apa lagi sekarang, hah?”

Anak buah itu menelan ludah, jelas gugup. “A-anak buah June datang lagi… mereka datang dengan lebih banyak orang!”

Bisik-bisik panik segera terdengar di antara pengunjung bar. Nama “June” seakan membawa hawa dingin ke dalam ruangan itu.

Garka mengepalkan tangannya, cerutunya nyaris patah digigit gerahamnya. Ia meludah ke lantai, matanya menyala penuh amarah. “Bajingan keluarga D'Arvenne itu lagi!”

1
Hendra Saja
sampai saat ini menarik....MC nya Badas...
Hendra Saja
semangat up Thor.......makin seru
Rudik Irawan
sangat menarik
Kustri
☕semangat UP😍
Cha Sumuk
mantap mc cowok nya ga kaleng2 bnr..
Caveine: makasih kak🥰🥰
total 1 replies
Kustri
kutemani thor☕☕☕untukmu💪
Caveine: makasih bang 🥰🥰
total 1 replies
Kustri
wajib dibaca!!!
Kustri
waduuuh jgn biarkan wanitamu dipermalukan , leon
ayooo muncullah!!!
Kustri
weee... leon curi start
gmn malu'a klu tau angeline anak si komandan🤭😄
Kustri
angeline anak komandan?
Kustri
tambah semangat 💪
Kustri
woii tanggung jwb kau, leon🤭
Kustri
apa edward kakak leon
Kustri
latihlah anak" buah garka spy lbh tangguh
Kustri
uuh.... kalimat"mu, keren
sangtaipan
mantap
Kustri
gaaaas pooll
Kustri
wkwkkkk... victor polisi penjilat, rasakno!!!
ternyata sang komandan telah mengenal leon
Kustri
siap thor!
ah, leon akhir'a dpt sekutu
Kustri
seruuu...!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!