NovelToon NovelToon
Pewaris Terhebat 3

Pewaris Terhebat 3

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Menantu Pria/matrilokal / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:49.8k
Nilai: 5
Nama Author: BRAXX

Pertempuran sengit di akhir musim kedua mengubah segalanya. Xander berhasil menundukkan Edward dan sekutunya, namun harga yang harus dibayar sangat mahal: darah, pengkhianatan, dan tumbangnya Evan Krest—sekutu terkuat yang selama ini menjadi sandaran kekuatannya.

Kini, di season ketiga, badai yang lebih besar mulai berhembus. Cincin takluk yang melilit jari para musuh lama hanyalah janji rapuh—di balik tunduk mereka, dendam masih menyala. Sementara itu, kekuatan asing dari luar negeri mulai bergerak, menjadikan Xander bukan hanya pewaris, tapi juga pion dalam permainan kekuasaan global yang berbahaya.

Mampukah Xander mempertahankan warisannya, melindungi orang-orang yang ia cintai, dan menjaga sisa-sisa kepercayaan sekutu yang tersisa? Ataukah ia justru akan tenggelam dalam lautan intrik yang tak berujung?

Pewaris Terhebat 3 menghadirkan drama yang lebih kelam, pertarungan yang lebih sengit, dan rahasia yang semakin mengejutkan.

SAKSIKAN TERUS HANYA DI PEWARIS TERHEBAT 3

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Larson tengah duduk di kursi, menatap Larvin dan Alexis yang sedang bermain sepeda. Ia tidak pernah melihat ayahnya sebahagia seperti sekarang.

Larson sangat jengkel ketika mengingat ucapan Xander. Ia sadar jika Xander, Samuel dan Sebastian tidak akan langsung mempercayainya dan Larvin meski masih ada hubungan keluarga di antara mereka, terlebih mereka berada di pihak yang saling berlawanan sebelumnya.

"Brengsek! Alexander sangat licik. Dia memaksaku untuk melakukan apa yang dia inginkan. Aku tidak memiliki pilihan lain selain menuruti perintahnya."

Larson berjalan-jalan di sekitar danau, memandang jauh ke sekeliling. Keheningan ini benar-benar membuatnya iri. Ia hidup di tengah lingkungan yang sangat keras di mana yang kuatlah yang berkuasa. Tidak ada tempat bagi sosok yang lemah.

"Aku harus mengakui jika Alexander sangat cerdas dan licik di saat bersamaan. Dia seolah mampu memprediksi hal apa saja yang akan dilakukan musuhnya. Jika kami tidak terhubung sebagai keluarga, aku dan ayahku mungkin berada dalam bahaya sekarang."

Larson melihat Cavin yang sedang membonceng Alexis. Beberapa pengawal mengikuti keduanya dari depan, samping, dan belakang.

"Sialan! Tua bangka itu tampak bahagia dan kuat, padahal beberapa hari lalu dia seperti mayat hidup yang membuatku gelisah. Sayangnya, dia tidak akan bisa berada di tempat ini selamanya."

"Ayahmu bisa tinggal di tempat ini," ujar Xander yang datang dari belakang Larson.

Larson seketika berdiri, menghadap Xander.

"Ayahmu akan mendapatkan semua fasilitas terbaik selama berada di rumah ini. Aku sangat yakin jika kesembuhannya akan semakin besar bila dia didukung oleh lingkungan yang membuatnya bahagia. Kau tidak perlu mengkhawatirkan ayahmu." Xander tersenyum.

"Dasar brengsek!" Larson berdecak. "Aku tidak sebodoh yang kau kira, Alexander. Aku tahu kau menjadikan ayahku sebagai sandera agar aku tidak berbuat macam-macam di belakangmu.”

"Kau terlalu berprasangka buruk, Larson. Bukalah katamu lebar-lebar. Ayahmu sangat bahagia tinggal di tempat ini. Selain itu, dengan menyakiti ayahmu sama saja aku menyakiti istri dan putraku yang sangat menyayangi ayahmu. Aku tentu tidak ingin membuat mereka menderita dan bersedih."

"Brengsek! Aku sudah tahu otak licikku, Alexander. Kau ingin memastikan jika aku menjalankan tugasku dengan baik."

"Aku tidak sembarang memberikan kepercayaan meski orang itu masih memiliki hubungan dengan istriku. Kau tentu tidak ingin membuat ayahmu dan keluargamu berada dalam bahaya."

"Aku tidak akan memaafkanmu jika kau membuat ayahku menderita. Selama ini dia sudah cukup menderita karena kehilangan keluarganya dan disakiti dan dikhianati oleh orang-orang kepercayaannya. Aku akan akan melindungi ayahku bagaimanapun caranya."

"Aku menyukai semangatmu, Larson. Aku ingin melihat kesungguhanmu."

Xander meninggalkan Larson, berjalan menuju kediaman utama.

Semua berkumpul di meja makan untuk makan siang. Alexis tampak sibuk menyuapi Larvin meski hasilnya menjadi kacau.

"Kakek, aku akan mendapatkan seorang adik," ujar Alexis.

Larvin terkejut, menatap Lizzy. Kebahagiaannya semakin bertambah. "Benarkah itu, Lizzy?"

Lizzy mengangguk, kembali menyantap hidangan.

Larvin menatap sinis Larson yang tengah menikmati hidangan.

"Dasar brengsek!" maki Larson dengan suara kecil.

"Kakek, Paman berkata kasar." Alexis mengadu.

"Jangan dengarkan kata-kata pamanmu, Alexis. Dia tidak terdidik."

Larson berdecak, terdiam ketika melihat Sebastian tersenyum sembari mengawasinya.

Makan siang usai. Alexis dan Larvin kembali bermain di taman.

Xander, Samuel, Sebastian, Govin, dan Mikael berada di sebuah ruangan.

"Aku sudah memberi perintah pada Larson. Selama menjalankan tugas, Larvin akan tinggal di kediaman utama. Aku yakin itu pilihan terbaik sekarang. Larvin bisa memberikan banyak informasi lada kita," kata Xander.

"Aku tidak keberatan dengan rencanamu. Untuk sekarang, kita tidak memiliki musuh yang berbahaya. Tapi masa damai ini tidak akan berlangsung lama. Aku yakin musuh berbahaya bisa saja muncul kapan pun."

"Aku akan mempersiapkan semuanya dengan sebaik mungkin."

"Satu hal lagi, ibu dan ayahmu tidak bisa terus disembunyikan dari keluarga Ashcroft. Aku pikir ini waktu yang tepat untuk mengenalkannya kembali pada mereka.”

"Apa semua ini akan baik-baik saja?"

"Apa yang kau takutkan, Xander?"

"Aku merasa kehadiran ayah dan ibu sebaiknya tetap ditunda."

Sebastian tertawa. "Kau bebas memilih."

Xander keluar dari ruangan, bertemu dengan Lizzy di lantai bawah. Keduanya pergi ke klinik untuk memeriksa kehamilan Lizzy.

Suasana taman tampak ramai.

"Paman, kau akan pergi ke mana?" tanya Alexis saat melihat Larson menjauh dari taman.

"Aku harus pergi ke suatu tempat. Kau harus menjaga kakek tua menyebalkan itu untukku." Larson melambaikan tangan, berjalan menuju mobil di mana beberapa pengawal sudah menunggunya.

Larvin menatap kepergian Larson, menoleh pada kediaman utama. Ia melihat Xander sempat berbincang empat mata dengan Larson dan ia tidak tahu apa yang dibicarakan keduanya.

"Kakek, apa kau kelelahan?" tanya Alexis.

"Kakekmu adalah orang yang kuat." Larvin kembali mengayuh sepeda di saat mobil yang dinaiki Larson meninggalkan halaman.

Larvin memacu sepeda lebih cepat. "Aku selalu percaya padamu, Larson."

Suasana mobil kembali gelap gulita. Untuk sekali lagi, Larson tidak bisa melihat keadaan sekitar. Dua puluh menit kemudian, ia kembali di jalan raya Royaltown.

"Benar-benar memuakkan."

Di tempat berbeda, Hugh tengah duduk di ruangan, menatap kabar ayahnya di televisi. Ia diam meski berita mengatakan ayahnya terbukti tidak bersalah dalam kejadian lima tahun lalu.

"Aku seharusnya senang karena kerja kerasku berhasil. Akan tetapi, aku merasa tidak tenang sekarang. Alexander seharusnya mengirim pasukan untuk menangkapku karena aku sudah bekerja sama dengan Leonel dan Leandro. Apa yang sebenarnya dia pikirkan?"

Hugh mengangkat panggilan, tak membalas apa pun. Ia memanggil Hector dan berbicara sebentar.

"Satu-satunya cara yang bisa aku lakukan sekarang adalah memerintah beberapa orang untuk mengumpulkan pasukan untuk bisa menyerang Alexander dan Sebastian. Meski terkesan lama dan memakan waktu, ini adalah cara terbaik."

Hugh berdiri dari kursi. "Jika presiden yang menjadi budakku bisa berkuasa, maka jalanku akan cukup mudah untuk menghancurkan Alexander dan Sebastian. Aku bisa menggunakan banyak lembaga dan uang negara untuk menghancurkan mereka. Hal pertama yang aku lakukan adalah membuat Alexander, Sebastian, dan keluarga Ashcroft jatuh miskin.”

"Alexander dan Sebastian akan tidak berdaya jika harta mereka disita oleh negara. Saat mereka lemah, aku dan yang lain bisa menyerang mereka hingga hancur sehancur-hancurnya."

Hugh tersenyum lebar. "Sebuah rencana panjang dan melelahkan. Aku harus lebih bekerja keras agar semuanya bisa sesuai dengan rencana."

Sementara itu, seorang pria tengah memasuki ruangan, mengunci pintu, menyalakan lampu.

Pria itu memasuki kamar mandi, melepas pakaian dan beberapa atribut penyamaran hingga sosok aslinya terlihat.

Miguel menatap pantulan dirinya di cermin di saat air mengguyur tubuhnya. Ia sudah menjalani tugas ini selama lima tahun.

Miguel membuka sebuah lemari kecil, menatap potret cucunya, tersenyum tipis.

1
Suris
laannjuutt...
Suris
Semangatt.. lanjut..
Ablay Chablak
ceritanya berputar disitu sj tentang rencana penyerangan alexander...
Siti Norina
sepertinya penulis sudah mulai membosankan, kurang fokus dengan karyanya karna terllu banyak yg mau di update bingung sendiri mana yg harus di dahulukan sambungan ceritanay.
Rahmat BK
sehat thor???
MELBOURNE: maaf guys author kurang sehat jadi hari ini up nya sedikit terlambat 🙏🙏
total 1 replies
Ablay Chablak
up donk
amsina amsina
Kok belum up Thor ditunggu nih
Rômualdø Xįmeneś
nice
aim pacina
x👍💪✌️🙏
aim pacina
💪✌️🙏
aim pacina
✌️🙏👍
aim pacina
🙏👍💪
aim pacina
🙏👍💪✌️
aim pacina
👍🙏💪
Ablay Chablak
up
Rocky
Tetap fokus Thor dengan beberapa novel on going.
Jgn dipaksakan jika terlalu berat membagi fokus..
MELBOURNE: siapp tetap semangat bacanyaa
total 1 replies
Fachrul F Octaria
bagus
MELBOURNE: jangan lupa baca cerita terbaru kuu
total 1 replies
MELBOURNE
udah di update yaa
maaf kemarin nggak update karena lagi fokus ke novel novel terbaru. jangan lupa dibaca nya novel² terbaruku
Putra Sikumbang
mana lanjutan nya thor
Far M
cirita ya bagus banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!