Shapire tanpa sengaja telah menabrak calon istri Axel hingga tiada. Karena kesalahannya Saphire terpaksa menikahi seorang mafia kejam. Pria itu menghukum Saphire dengan pernikahan yang tidak pernah ia bayangkan. Pernikahan yang membuat hari-harinya seperti di neraka.
Akankah Saphire berhasil menaklukkan hati sang Mafia? Atau ia yang akan terjerat oleh cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda FK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Setelah berpamitan dengan keluarga Axel, Shapire melajukan kendaraan yang ia pinjam dari kakak Axel. Mobil Shapire masih berada di rumahnya, sehingga ia meminjam mobil Junior kakak Axel. Ia tidak peduli dengan apa yang akan Axel lakukan kepadanya setelah ini, yang terpenting ia harus segera pergi ke rumah sakit.
Berbeda dengan Shapire, Axel saat ini terlihat santai menikmati sarapannya bersama dengan anggota keluarganya. Meskipun hatinya masih merasa kesal karena ulah Shapire.
"Istrimu hebat sekali Axel, meskipun ia masih dalam masa cuti ia tidak masalah mendapatkan tugas," puji Mom Keyzia kepada Axel seraya mengambilkan nasi untuk putra bungsunya.
Axel hanya menganggukkan kepalanya, ia malas menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan Shapire.
"Pantas saja dia menjadi murid kesayangan Kean dan Rein," timpal Dad Kaivan ikut bersuara.
"Seorang dokter kan memang seharusnya seperti itu," jawab Axel dengan malas.
Junior dapat melihat apabila Axel tidak menyukai istrinya, entah apa motif adiknya menikahi wanita itu membuat Junior penasaran.
"Hari ini aku dan Shapire akan pindah ke rumahku, Mom dan Dad dapat berkunjung kapanpun kalian mau!" kata Axel dengan santai.
Raut Mom Keyzia seketika menjadi muram, ia masih ingin bersama dengan putranya. "Padahal Mom masih ingin bersama kalian."
"Kita kan bisa berkunjung ke sana Mom" Jasmine istri Junior mencoba menghibur mertuanya.
"Iya, kita bisa mengajak si kembar ke rumah mereka nanti mom!" usul Jasmine membuat Mom Keyzia kembali sumringah.
Setelah selesai menikmati sarapannya, Axel pamit undur diri. Ia paling malas berinteraksi dengan keluarganya apalagi kini tidak ada Safia yang selalu membuatnya tidak merasa sendirian. Junior mengikuti Axel ketika melihat adiknya itu hendak kembali ke kamarnya.
"Axel!" panggil Junior ketika Axel hendak menaiki anak tangga menuju lantai atas.
Axel menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah sang kakak. Ia menatap kakaknya seolah bertanya ada apa ia memanggil.
Junior menatap Axel dengan tatapan tajam, seolah ingin mencari kebenaran pada adiknya. "Ada apa?" tanya Axel dengan nada datar.
"Aku masih penasaran mengapa tiba-tiba kau menikahi Shapire?Apa benar kamu menyukai Shapire, Axel?" tanya Junior dengan nada penasaran.
"Tidak ada urusanmu, Junior," jawab Axel dengan nada dingin.
"Tapi aku lihat kamu tidak memperlakukan dia dengan baik, Axel. Apa yang terjadi?" tanya Junior lagi.
"Itu urusan pribadi, Junior. Jangan ikut campur," jawab Axel dengan tegas.
Melihat sikap Axel seperti ini membuat Junior semakin curiga dengan apa yang direncanakan oleh adiknya itu.
"Apa kau sengaja menikahi Shapire?Kau memiliki niat lain menikahinya, kan?" tanya Junior dengan nada tidak percaya.
"Apa maksudmu?" tanya Axel dengan nada defensif.
"Aku lihat kamu tidak menyukai dia, tapi kamu tetap menikahinya. Apa kamu ingin membuktikan sesuatu?" tanya Junior lagi.
Axel menarik kerah kemeja kakaknya, semua perkataan Junior membuatnya marah. Axel menatap Junior dengan tatapan berapi-api.
"Aku jelaskan jangan ikut campur dengan urusanku! Cukup kau jaga istri dan anak-anakmu."
Axel menghempaskan tubuh Junior begitu saja, sehingga Junior membentur dinding. Axel pergi begitu saja meninggalkan kakaknya, Junior sangat mengenal adiknya. Untuk mengenal Safia saja perlu waktu lama, tapi mengapa dalam waktu dekat ia tiba-tiba saja memutuskan menjadikan Safia pengantin pengganti membuat ia merasa ada sesuatu yang mengganjal.
Junior menggosok-gosok punggungnya yang sakit karena terbentur dengan dinding. Ia tidak bisa memahami mengapa adiknya yang satu ini sangat sulit dipahami. "Ada apa sebenarnya, Axel?" tanya Junior dalam hati.
Sementara di dalam kamar Axel masih merasa kesal, ia sudah dengan susah payah berusaha agar tidak ada yang menyadari. Namun semua orang memiliki insting yang kuat tentang dirinya dan Shapire. Ia harus bergegas pergi dari rumah ini sebelum semua rencana yang ia susun menjadi kacau karena campur tangan keluarganya.
Sementara itu di rumah sakit, Shapire masih sibuk mengoperasi pasien. Jari jemarinya yang indah dengan lincah memainkan pisau bedah, hari ini ada banyak sekali pasien gawat darurat yang memenuhi ruangan operasi.
Keluarga pasien duduk di ruang tunggu dengan wajah penuh kekhawatiran. Mereka terus memandangi jam dinding menunggu kabar dari dokter tentang hasil operasi.
"Semoga semuanya berjalan dengan lancar," gumam salah satu anggota keluarga.
Waktu terus berlalu, malam harinya setelah melewati hari yang panjang Shapire beristirahat sejenak di kafe bersama Ratu. Sebelum ia pulang menemui Axel, Ratu mengajak Shapire menikmati kopi dan cake di sana.
"Bagaimana operasi hari ini?" tanya Ratu sambil menikmati Machiatto hangat yang baru saja disajikan oleh pelayan.
Shapire menghela napas, "Sangat melelahkan, tapi pasiennya berhasil diselamatkan."
Ratu tersenyum, "Kamu memang dokter yang hebat, Shapire. Tidak aneh kedua orangtuaku selalu membanggakan dirimu."
Ratu terdiam sejenak, sejak tadi ia melihat kecemasan pada Shapire. Wanita itu sejak tadi terus menoleh ke sana kemari seperti khawatir akan ada seseorang yang tiba-tiba datang menghampirinya.
"Shapire, apa yang terjadi? Kamu terlihat sangat cemas," tanya Ratu dengan nada khawatir.
Shapire menoleh ke arah Ratu, lalu kembali melihat sekeliling kafe. "Tidak apa-apa, aku hanya... khawatir apabila Axel tiba-tiba datang kemari," jawab Shapire dengan nada yang tidak meyakinkan.
Ratu tercengang, ia masih tidak paham dengan apa yang diucapkan oleh sahabatnya itu.
"Dia sebenarnya melarangku untuk pergi bekerja, tapi aku bersikeras untuk pergi. Banyak pasien gawat darurat yang membutuhkanku, dan aku tidak bisa mengabaikan mereka. Aku tidak peduli hukuman apa yang akan menimpaku nanti!" sambung Shapire dengan wajah sendu.
Ratu mengusap punggung tangan sahabatnya seolah memberikan kekuatan. Ia tahu tidak mudah melewati semuanya, apalagi kebencian Axel yang selalu mengganggap Shapire sebagai pembunuh Safia calon istrinya.
Ratu menggelengkan kepala, "Aku tidak mengerti mengapa Axel begitu keras kepala. Kamu melakukan apa yang benar, Shapire. Jangan biarkan dia mengendalikan hidupmu."
Shapire tersenyum sedih, "Aku takut, Ratu. Aku takut apa yang akan terjadi padaku jika aku terus melawan Axel."
"Kalau dia sudah keterlaluan beri tahu aku, Ayah Kean pasti akan meminta bantuan ayah mertuamu untuk melawan Axel," ucap Ratu berusaha menghibur sahabatnya.
"Kau belum pernah mendengar apabila dulu ia dan ayahnya pernah saling menodongkan senjata. Dan aku tidak ingin itu terjadi lagi," balas Shapire terdengar lesu.
"Iya, benar. Aku lupa dia pria yang kejam," kata Ratu sembari menikmati cake yang sejak tadi mereka abaikan.
"Kau tahu Axel selalu dapat membaca gerak-gerikku, dia selalu mengetahui apa yang hendak aku lakukan." Shapire memijat pelipisnya yang semakin pusing.
Rasanya ia enggan pulang ke rumah, apalagi ia sudah mendapatkan kabar apabila semua barang miliknya termasuk mobil sudah dipindahkan ke rumah Axel. Ingin rasanya Shapire melarikan diri, namun ia tidak tahu tempat apa yang tidak akan diketahui oleh Axel.
"Insting seorang mafia seperti itu, mereka harus selalu siaga dan waspada dengan apapun" celetuk Ratu.
Shapire terkejut mendengar ucapan Ratu, "Mafia? Maksudmu?"
Hayoooo siapa kira² yg datang, ahh bunda sukane ngegantung ae
Kayaknya Axel udh jatuh cinta sama Saphire, tapi tidak menyadari nya
ettt tp othorr menganggu aja.. dasarr🙄
sapa sihh tuhh yg ketok🤔
dengarkan kata mom shapir dan kau akan tau kalau dia kesepian dan butuh teman .
kemana kata²mu yg menyakitkan dulu/Curse//Curse/
aku gak terima ya axel, kau belum minta maaf dah nyosor dan posesif aja/Right Bah!//Right Bah!/
ah enak Axel klu nyusu dari sumbernya😂😂