Arion Smith & Arsen Zionathan dua keturan dari Erlan Smith dan Maureen. Meskipun keduanya kakak beradik tetapi kehidupan mereka tidaklah sama.
Arion yang mewarisi sifat lembut dari ibunya menjadikannya disukai oleh banyak orang, dan otak cerdasnya membuat semua orang kagum. Bahkan di usia muda namanya sudah dikenal oleh kalangan pembisnis. membanggakan keluarga besar Smith.
Sampai mereka lupa jika masih ada Arsen yang juga perlu mereka perhatian, karena kurang mendapatkan perhatian dan merasa tersisihkan, Arsen memilih jalannya sendiri, diam-diam dia menjadi ketua dari salah satu organisasi yang melawan ayahnya sendiri.
Arion selalu lebih unggul dari Arsen, dalam hal percintaan pun Arsen selalu kalah, bahkan gadis yang dia cintai harus menjadi milik sang kakak.
Sakit hati dan kekecewaannya membuat Arsen terus menentang keluarganya, hanya untuk mendapatkan perhatian.
**
Kelanjutan dari Istri Buta Tuan Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Setelah menyelesaikan pertunjukan, Aurelia kembali membawa Arsen, seperti semula gadis itu meminta Arsen duduk di belakangnya.
“Jangan terlalu kuat, kau membuatku kehabisan nafas!!" Seru Aurelia agar terdengar oleh Arsen.
“Kamu bicara soal apa? aku tidak mendengarnya." Jawab Arsen semakin mengeratkan lingkaran tangannya di pinggang gadis itu.
“Astaga" Gumam Aurelia kembali melajukan dengan kecepatan tinggi.
Setelah beberapa saat motor berhenti dan Aurelia membuka helmnya. Dan Arsen lagi-lagi hanya mengikuti langkah gadis cantik itu.
“Kamu membawaku ketempat apa ini?" Tanya Arsen.
“Ini rumahku." Jawabnya, Arsen tercengang, dia pikir ini gudang, lantaran banyak barang-barang bekas berserakan di halaman.
“Ayo masuk." Ajaknya, Arsen pun mengikuti, matanya melirik ke kanan dan kiri, memastikan apakah ini benar-benar rumah?
Sampai ke dalam tercium bau yang menyengat. “Kau!"
Aurelia menoleh. “Hmm, ini gudang anggur sekaligus rumahku, aku membuat minuman dengan carikan ku sendiri, sudah banyak tempat hiburan malam yang mengambil dari tempatku." Jawab Aurelia.
Bukannya tadi Celine mengatakan gadis pilihannya adalah orang dari kalangan biasa? lalu ini apa?
Arsen kembali memperhatikan gadis itu, menunjukkan skillnya meracik minuman, Arsen cukup kagum, lalu dia menggelengkan kepalanya.
“Semua sama saja." Gumamnya pelan.
Gadis itu melihat Arsen yang hendak keluar. “Kamu mau kemana?"
“Pulang." Jawab Arsen.
“Kau tidak ingin tidur denganku?" Ucapnya menghentikan langkah Arsen.
“Aku tidak berminat."
“Tetapi kamu tidak bisa menolak ku." Ujarnya mendekat kearah Arsen.
Langkah kaki Aurelia langsung terhenti ketika Arsen menari sesuatu dari balik punggungnya. Mata gadis cantik itu melebar sempurna, semua tidak seperti yang Nyonya Celine katakan.
Gadis itu memundurkan langkahnya sembari tersenyum kikuk. “Turunkan senjatamu, aku hanya bercanda, lebih baik kita makan dulu, bagaimana?"
Aurelia mencoba bernegosiasi, dia sudah mendapatkan uang cukup banyak dari Celine, untuk malam ini saja setidaknya dia bisa berkencan dengan Arsen.
Tidak harus tidur bersama, cukup mengobrol saja, namun pria di hadapannya ini sangat kaku, seperti tidak pernah berkencan.
Arsen tidak langsung menjawab, sampai beberapa detik kemudian dia menurunkan senjatanya.
“Aku tidak perduli apa yang sudah kamu dapatkan dari Oma ku, ini yang pertama dan terakhir, aku tidak menyukai wanita yang berisik sepertimu." Aurelia mendelik, ingin rasanya memaki Arsen, tetapi dia masih ingin hidup
Sementara ditempat lain, Arion tak kalah kesalnya dari Arsen, entah gadis seperti apa yang Celine berikan, mereka sudah berdamai dan untuk menghargai Oma nya, Arion mengiyakan kencan buta itu.
Perempuan di depannya banyak bicara tentang pekerjaan, apa dia tidak melihat jika di jidat Arion sudah penuh dengan tumpukan berkas.
Kencan ini hampir seperti meeting yang membahas kerja sama, awalnya dia berharap akan ada sedikit mengurangi beban pekerjaan, ini malah membahas pekerjaan.
Astaga, dari mana Oma nya menemukan gadis ini, dah pesan yang dia baca dari sang Oma, Jasmine dari kalangan pembisnis dan usianya satu tahun lebih dewasa dari Arion.
Wajahnya cukup cantik tidak membosankan jika dipandang, penampilannya ya benar-benar wanita karier.
“Bagaimana kalau kita menonton saja?" Usul Jasmine setelah lelah bicara.
Arion menganggukkan kepalanya. “Terserah kau saja." Jawabnya.
“Baiklah bagaimana kalau kita nonton The Pursuit of Happyness (perjuangan membangun hidup dari nol)?" Ujarnya. Arion langsung memijat pangkal hidungnya, kenapa harus film itu. Akhirnya setelah membeli tiket mereka masuk kedalam bioskop.
Celine tersenyum ketika mendapatkan laporan dari anak buah suaminya.
“Arion pasti tertekan, kenapa tidak di balik saja?" Ucap Erlan. ini pertemuan pertama kalinya bagi mereka semenjak kejadian beberapa tahun lalu.
Celine menoleh. “Sudah sesuai karakter mereka, Arion pebisnis dia harus bersama wanita yang tau bisnis juga, begitu juga dengan Arsen." Jawab Celine.
“Terserah Oma saja, yang penting jangan ada pemaksaan pada kedua putraku." Celine mengangguk, dia hanya memilihkan saja, tidak akan memaksa.
***
Hampir tengah malam Arsen baru kembali ke markas dengan wajah datarnya.
“Arsen darimana saja?" Tanya Lexi dia sedang memainkan laptopnya.
Arsen melirik dan tidak memberikan jawaban, dia melihat kearah Lab nya dan semua nampak baik-baik saja.
“Apa pria tua itu melakukan sesuatu di markas?"
“Tidak, Tuan Gerald hanya mengajak kita makan bersama, setelah itu langsung pergi." Jawab Lexi.
Arsen mengangguk pelan, dia melihat ke kanan dan kiri seperti tengah mencari keberadaan seseorang.
“Di mana Nico?"
Lexi menoleh. “Dia sedang mencari seorang gadis."
“Apa?" ulang Arsen menaikan sebelah alisnya.
Lexi tertawa pelan. “Tidak, Tuan Gerald tidak datang sendiri, dia membawa seorang gadis cantik dan sekarang Nico sendang mengantarkannya pulang."
Arsen mengeratkan rahangnya, apa yang pria tua itu mau? Kenapa anggotanya juga harus dilibatkan dengan urusan wanita? Dan ada apa dengan Nico, biasanya pria itu tidak akan mengikuti perintah orang lain selain dirinya.
secantik apa wanita itu sampai membuat Nico mau terlibat begitu saja.
“Wanita itu sangat cantik." celetuk Calvin seakan tau apa yang sedang Arsen pikirkan.
“Kenapa bukan kamu yang mengantarnya? Apa wanita itu juga masuk ke markas kita?"
Calvin menggelengkan kepalanya. “Perempuan itu memilih Nico, dan dia tidak masuk, tamu seperti biasanya hanya sampai depan. hanya Tuan Gerald yang masuk."
Arsen mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi seseorang, sampai beberapa kali tidak mendapatkan jawaban membuatnya semakin kesal.
“Sial, bagaimana kalau perempuan itu menipunya?" Gumamnya pelan.
Calvin menghela nafas panjang, Arsen terlalu khawatir, mana mungkin seorang Nico bisa tertipu, pria itu seorang tangan kanan ketua Mafia, sangat mustahil akan terjadi.
“Jangan khawatir, Nico tidak akan.. "
“Sekuat apapun seorang pria dan sehebat apapun pria, dia akan kalah oleh selangkangan." Sela Lexi cekikikan, perkataannya semakin membuat Arsen kesal.
Lexi hanya mengatakan faktanya saja. tidak ada maksud lain.
Arsen menjatuhkan bokongnya di sofa, memejamkan matanya untuk sesaat.
Dia kembali membuka matanya dan melirik jam di pergelangan tangannya. Nico belum juga kembali.
Arsen terus menunggu, seharusnya dia tidak perlu khawatir, Nico bukan anak kecil yang gampang di tipu, tapi sudah hampir pukul empat dini hari, sahabatnya itu belum kembali juga dan tidak menjawab panggilannya.
“Sial, kemana perginya." gumam Arsen.
Setelah dua jam kemudian, terdengar suara pintu terbuka, Arsen sedikit membuka matanya.
“Darimana saja?"
Nico menghentikan langkahnya, lalu membuka jaketnya dan.
“Kencan" singkat padat, namun membuat Arsen penasaran.
“Kamu berkencan dengan perempuan yang baru kau temui?"
“Cantik dan Seksi, sayang sekali kalau sampai dilewatkan."
Arsen terdiam dan menatap sahabatnya, sampai atensinya menangkap tanda merah keunguan di leher sahabatnya itu.
“Kamu benar-benar melakukannya?"
Nico melirik sekilas. “Apa?"
“Jawab Nico."
“Hmm, sudah aku katakan, sayang untuk dilewatkan"