NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Pewaris Tahta

Terjerat Cinta Pewaris Tahta

Status: tamat
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Mafia / Konflik etika / Masalah Pertumbuhan / Tamat
Popularitas:15.5M
Nilai: 5
Nama Author: Shan Syeera

Sebuah tragedi penyekapan membuat Maharaya bertemu dengan seseorang yang berhasil merenggut kesuciannya.
Seorang pria dingin dan kejam, pimpinan mafia bawah tanah yang sangat ditakuti.

Dia juga dibawa masuk ke dalam kehidupan pria itu yang ternyata bukanlah orang biasa, laki-laki kejam itu adalah seorang putra mahkota dan calon raja masa depan.

Sejak itulah perjalanan hidup Maharaya berubah drastis. Dia dipaksa masuk ke dalam kehidupan yang diluar bayangannya, dipenuhi oleh kekerasan, ketakutan, kesedihan sekaligus kesakitan, sampai akhirnya dia mengenali dirinya sendiri.

Mampukah Maharaya bertahan dengan kehidupan kerasnya dan mendapatkan cinta sejati dari pria dingin itu yang nyata-nyatanya masih dibayangi oleh cinta masa lalunya?

Yuuk... kita ikuti saja kisah selengkapnya di sini..!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Trauma

❤️❤️❤️

Tuan Danu bersama dengan putra nya Arka

baru saja keluar dari ruang ICU dengan wajah

yang terlihat sangat terpukul melihat kondisi

Raya. Mereka yakin ini adalah hasil perbuatan

Jayden. Semua yang terjadi pada Raya karena

kesalahan mereka. Kalau Raya tidak di bawa

oleh Jayden semua ini tidak akan terjadi.

Sementara ibu tiri dan dua saudari tirinya

tidak terlihat datang ke rumah sakit karena

memang sengaja tidak di beritahu, lagipula

hubungan Raya dengan mereka memang

sedikit kurang harmonis.

"Ini semua gara-gara Papa..!"

Arka menatap geram wajah Tuan Danu

yang kini terduduk lesu di atas kursi tunggu.

"Coba kalau Papa tidak berhutang pada pria

penjahat itu.! Semua ini tidak akan terjadi.

Kak Raya tidak harus mengalami semua

kejadian mengerikan ini.!"

Teriak Arka kembali dengan tinju terkepal

kuat menahan serbuan amarah yang kini

memenuhi dadanya. Dia benar-benar tidak

bisa menerima semua kenyataan ini.

"Maafkan Papa Arka. Tapi semua yang

Papa lakukan demi perusahaan kita."

"Ya tapi kenapa harus mengorbankan kak

Raya.! Dia hampir kehilangan nyawa nya

Pa.! Lihat kondisinya saat ini !"

Arka meninju dinding ruangan dengan kuat

sambil membenturkan kepalanya. Pemuda

tanggung itu kini menangis, tidak kuat lagi

menahan perasaan nya yang hancur melihat

keadaan kakak kesayangan nya itu yang

sampai saat ini belum melewati masa kritis.

Tuan Danu meremas kepalanya yang kini

semakin tertunduk lemah. Segala penyesalan

seakan menyesakkan dada nya membuat

laki-laki paruh baya itu semakin terpuruk.

Tidak ada yang bisa mereka lakukan saat

ini selain berdoa untuk keselamatan Raya.

Jessica muncul dari arah koridor menuju

ruang tunggu, dia menatap kedua anggota

keluarga sahabatnya itu.

"Om Danu, Arka..! Maaf karena saya terlambat

memberitahu kalian. Saya sangat panik jadi

tidak memikirkan apapun."

Ucap Jessica sambil duduk di samping Tuan

Danu yang melirik nya sekilas. Arka masih

terdiam di posisinya.

"Apa yang terjadi sebenarnya.? Apa dia

sudah bercerita pada Nak Jessy ?"

Tuan Danu kini berpaling pada Jessica

yang menggeleng pelan sambil menunduk.

"Belum Om, dia belum sempat bercerita

apapun. Kejadian nya sangat cepat."

"Tidak salah lagi, ini pasti perbuatan pria

jahat itu.!"

"Maksud Om, Jayden.?"

"Siapa lagi kalau bukan laki-laki kejam itu.!"

"Bukan Om, Raya bilang bukan dia pelakunya."

Tuan Danu dan Arka terkejut, mereka menatap

Jessica penuh rasa tidak percaya.

"Kalau bukan laki-laki itu lalu siapa pelaku nya.?

Arka mendekat ke arah Jessica , lalu duduk

di sebelahnya.

"Entahlah, karena Raya tidak mengatakan

siapa orang nya."

Tuan Danu dan Arka menarik napas berat.

Ketiga nya kini terdiam, saat ini mereka

masih diliputi kecemasan karena kondisi

Raya masih belum melewati masa kritis.

***

Tengah malam yang sangat dingin...

Kondisi Raya saat ini mulai stabil setelah

mendapat transfusi darah beberapa labu.

Sebagian alat bantu medis masih terpasang

ditubuhnya, hanya saja sudah tidak memakai

oksigen lagi karena pernapasannya sudah

stabil. Hanya alat pendeteksi jantung, denyut

nadi juga selang infus yang kini menempel

di tangan nya. Keadaan nya masih sama,

belum sadarkan diri.

Ke dalam ruang ICU kini muncul seseorang

yang telah menjadi penyebab Raya mengalami

semua kejadian mengerikan yang hampir saja

merenggut nyawanya itu. Sebenarnya sejak

siang Aaron sudah berada di rumah sakit ini.

Dia langsung berkoordinasi dengan para

dokter yang menangani kondisi Raya. Dia

meminta mereka menangani Raya sebaik

mungkin karena kalau tidak dia akan

mendatangkan Dokter ahli dari tempat lain.

Aaron mematung di tempat melihat kondisi

gadis yang sudah di perdaya nya itu. Wajahnya

terlihat dingin dengan sorot mata tak terbaca.

Dia mendekat, berdiri di samping tubuh Raya

yang tergolek lemah tak berdaya. Mata Aaron

tampak mengerjap saat melihat hasil karyanya semalam masih menyisakan bekas di beberapa bagian tubuh gadis itu.Tangannya kini terkepal

kuat dengan wajah yang semakin dingin.

Tanpa sadar Aaron meraih tangan Raya yang

terlilit selang infus. Di genggamnya kuat tangan

itu yang terasa begitu dingin. Pandangannya

kini beralih ke pergelangan tangan kirinya yang

berbalut perban. Rahang Aaron mengeras, dia

benar-benar tidak menduga akibat perbuatannya

gadis ini sampai berbuat nekad mengakhiri

hidupnya sendiri. Mata Aaron kembali menatap

lekat wajah pucat gadis itu, tak ada lagi rona di

wajah itu, bibirnya yang memiliki bentuk sangat

indah itu kini tampak membiru.

Aaron duduk di kursi yang ada di sana. Tangan

nya masih memegang tangan Raya. Tatapannya

tiada lepas dari wajah pucat itu. Seolah ada

ikatan bathin atau semacam tarikan khusus,

Raya kini mulai menggerakkan jari tangannya.

Aaron menautkan alisnya, dia menyadari

kondisi Raya yang mulai tersadar. Matanya

mengamati pergerakan kecil gadis itu.

Perlahan namun pasti Raya mulai kembali

pada kesadarannya. Pelan-pelan dia membuka

mata lalu mengerjap beberapa kali mencoba menyesuaikan cahaya lampu yang masuk

melalui retina matanya.

"Aahh...dimana aku.."

Raya mendesah lembut . Aaron tampak sedikit bereaksi melihat Raya tersadar, namun pegangan tangannya masih belum terlepas. Begitu sadar sepenuhnya, Raya melirik kearah samping dan matanya langsung membulat sempurna bagai

melihat hantu yang menjelma di hadapannya.

Mulut nya menganga ingin berteriak saat

melihat sosok pria yang sudah menghancurkan hidupnya kini ada di dekatnya. Namun untuk

sesaat dia masih belum bisa mengeluarkan

suaranya. Dia benar-benar kehilangan

tenaganya. Aaron menatap datar wajah

Raya yang terlihat syok itu.

"K-kau... ke-kenapa..ada di sini...!!

Akhirnya Raya bisa mengeluarkan suaranya.

Aaron segera melepaskan pegangan tangan

nya saat Raya berusaha menepisnya lemah.

Mata mereka bertemu dengan tatapan yang

saling bertentangan. Sorot mata kebencian

terlihat jelas terpancar dari mata indah Raya.

"Pergi kamu..! kenapa kamu bisa di sini..!!"

Raya kembali mencoba bersuara walaupun

sangat lemah. Aaron tampak terkejut saat

melihat Raya berusaha untuk bangkit dari

pembaringannya. Dengan reflek dia menahan

bahu Raya dan berusaha untuk menekannya.

Namun justru hal itu malah membuat Raya

semakin histeris ketakutan. Tubuhnya bergetar

hebat, matanya semakin melebar. Trauma

atas apa yang terjadi kemarin membuat dia

memiliki tenaga dan spontan terbangun lalu

berusaha menjerit.

Aaron panik, tanpa pikir panjang dia menutup

mulut Raya dengan telapak tangan nya yang

kuat. Mata indah Raya kini semakin membulat,

dia menggelengkan kepala kuat. Aaron sedikit bingung dengan reaksi Raya yang kini semakin meronta, kedua tangannya bergerak memukul

dada Aaron, selang infus nya mulai memerah

karena tetesan darah.

"Tenang lah..! Aku tidak akan menyakiti mu.!"

Untuk pertama kalinya Aaron berbicara dengan

tatapan tajam penuh intimidasi. Gerakan Raya

terhenti, sorot mata nya tampak melemah,

namun tubuh nya masih bergetar. Mata mereka

saling menatap kuat, wajah mereka begitu

dekat hingga nafas berat Aaron menerpa

wajah pucat Raya. Ada cairan bening yang

kini mulai turun dari sudut mata Raya.

"Aku akan melepaskan tanganku, tapi kau

harus tenang.!"

Ujar Aaron dengan suara beratnya. Raya

masih terdiam berusaha untuk tenang.

Perlahan Aaron melepaskan tangan nya

dari mulut Raya yang langsung mengambil

nafas sebanyak-banyaknya. Aaron mundur

masih menatap dan mengamati Raya.

"Pergi kamu..! Pergi dari sini..!"

Desis Raya dengan tatapan tajam penuh

kebencian sekaligus ketakutan.

"Aku tidak akan pergi.!"

"Pergi..!! Atau aku akan berteriak sekarang.!"

Ancam Raya dengan tatapan menyala di

penuhi emosi yang kini sudah berkumpul

di dadanya dan siap meledak saat ini juga.

Tapi Aaron malah berdiri dengan santainya,

menatap datar wajah Raya yang semakin

kalap. Gadis itu kini bangun lalu beringsut

mundur ke ujung ranjang . Selang infus nya

sudah berubah merah.

"Aku bilang pergi dari sini.! Dan jangan

pernah muncul di hadapan ku lagi.!"

Geram Raya sambil menunjuk kearah pintu,

namun sesaat kemudian dia memegang

kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing dan

berdenyut nyeri. Tenaganya kembali hilang.

Aaron bergerak maju mendekat.

"Jangan maju, jangan menyentuhku..!!"

Raya melirik dan menatapnya tajam. Aaron mengangkat tangannya keatas. Dia menekan

tombol darurat, setelah itu kembali mendekat

kearah Raya yang melebarkan matanya.

"Aku akan kembali nanti.!"

Raya menggeleng cepat, mata mereka saling

menatap kuat. Aaron menarik dirinya setelah

itu berlalu pergi dengan santainya tanpa dosa.

Raya langsung menangis tersedu bersamaan

dengan kemunculan dua orang perawat yang

langsung mendekat dengan wajah bingung

campur senang karena pasien nya telah sadar.

"Mbak Raya.. tenanglah. Dokter akan segera

mengecek kondisi anda."

Ucap salah seorang perawat sambil membantu

Raya untuk berbaring kembali dengan posisi

senyaman mungkin. Perawat yang satu kini

menangani selang infus.Tidak lama ke dalam

ruangan muncul seorang Dokter wanita yang

terlihat langsung tersenyum ramah.

"Mbak Raya.. syukurlah anda sudah sadar."

Sapa sang Dokter dengan wajah sumringah.

Dengan cepat dia mengecek kondisi Raya

yang masih mencoba menguasai dirinya.

Tangisnya masih tersisa namun sudah

lebih tenang sekarang.

"Mbak Raya, apa anda bisa mengenali kami.?

Anda sudah mengingat semua nya sekarang.?"

Dokter itu mencoba mengetes tingkat

kesadaran Raya setelah memastikan bahwa

semua kondisi fisiknya sudah stabil.

"Apa yang terjadi dengan saya Dokter?"

Dokter dan dua perawat tadi menarik napas

lega dengan senyum tipis di bibir mereka.

"Anda di bawa kesini oleh kekasih dan teman

anda Mbak dalam keadaan kritis. Untung lah

Tuhan masih memberi anda umur panjang."

"Kenapa kalian tidak membiarkan aku pergi

dengan tenang. Aku tidak menginginkan

hidupku lagi.!"

Dokter dan dua perawat saling pandang.

Mereka kembali memasang senyum ramah

dan hangat.

"Mbak Raya.. anda adalah orang hebat. Tidak

layak rasanya bagi anda untuk menyia-nyiakan

hidup begitu saja. Banyak orang yang sangat

mencintai dan menyayangi anda."

Ucap sang Dokter sambil menatap Raya yang

kini sudah lebih tenang, mencoba untuk rileks.

"Semua tidak ada gunanya lagi bagi saya Dok."

"Anda tidak boleh bicara seperti itu mbak.."

"Saya butuh ketenangan sekarang.!"

"Baiklah..sekarang sebaiknya Mbak istirahat,

perawat akan melepas semua alat setelah itu

anda akan di pindahkan ke ruang perawatan."

Ujar sang Dokter seraya menepuk halus bahu

Raya. Dia melirik pada dua perawat yang

langsung mengangguk faham. Tidak lama

dia keluar dari dalam ruangan. Dan bertemu

dengan Aaron di luar ruangan yang sudah

di kelilingi oleh orang-orang nya.

"Dia sudah bisa di pindahkan sekarang.?"

Tanya Aaron dengan tatapan datarnya pada

sang Dokter yang menunduk dalam.

"Su-sudah Tuan..!"

"Pastikan kalian memberikan fasilitas

terbaik yang ada di rumah sakit ini.!"

"Ba-baik Tuan."

"Pergilah.!"

Dokter tadi mengangguk lalu pergi dari hadapan

Aaron yang kini berpaling kearah anak buahnya.

"Tempatkan beberapa orang tak terlihat untuk

mengawasi nya. Jangan biarkan wanita itu

melakukan hal aneh lagi.!"

"Baik Tuan laksanakan.!"

Aaron melirik sebentar kearah ruangan,

setelah itu berlalu pergi bersama dengan

beberapa bawahannya..

***

Happy Reading....

1
Merlani Hidayat
baca ulang ke 3x nya
Anonymous
Buat authornya 💗💗😭😭makasih udah bikin cerita sebagus ini plisss pengin jadi raya aron bener bener keren bgt karakternya jatuh cinta arghhhhh😭😭😭😭
Putu: Aku juga dari th 2025. Untung ketemu judulnya. Udah dari SMA love bgt sama ini😭
total 1 replies
Anonymous
Baper banget plis udah 5 tahun baca ini ga bosenin 😭😭
soso
Luar biasa
Momy Haikal
dari semua novel author aku suka cerita Agra kiran Devan Sherin dan raya aron sisanya aku kurang srek sm pemeran laki lakinya
Lismawati Salam
Luar biasa
☘️⃟🆑🍾⃝🎐⃟ͧC͠ʜᴀᷫғͧɪᷠɪ̽ɴⷡᴛᷧ͜ᴀͤ
dibaca berapa x pun tetap nyangkut dan serasa terhanyut dlm cerita ini
Teh Lis Putri
woooo kerean
Naila fikri sho Fiya
luar biasa karyamu thor
Sri Suhartati
Biasa
Sri Suhartati
Buruk
Naila fikri sho Fiya
Kecewa
Naila fikri sho Fiya
Buruk
Ita Setiana
Luar biasa
Sur Tini
sebener nya kenapa yah..ap aroon susah punya anak sampe terkejut begitu
Serevina Simanjuntak
Luar biasa
𝓛𝖊𝖊𝖈𝖍𝖞𝖗𝖆
cerita menarik klo bisa ada lanjutan nya donggg
Naila Azmi
kk mau kelanjutan kisahnya keanu donk kk
pasti lebih seru
Heti Supriyati Laela
luar biasa bikin yang baca ketagihan
Naila Azmi
gk bisa ngebayangin thor gmna tampannya seorang marvel de enzo 😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!