Berdasarkan peta kuno yang dicurinya. Ayu mengajak teman-temannya untuk berburu harta karun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Air Mengalir di dalam Bumi
“Argh”,
Tidak ada yang tidak menjerit. Di dalam lubang terowongan hitam yang jauh membawa Ayu, Emil, Jono, Cindy dan Arya masuk ke dalam bumi.
“Aduh”,
“Aduh”,
Mereka berlima kemudian berhenti ketika jatuh di atas permukaan tanah.
Mereka datang dari atas yang sekarang hanya bisa mereka lihat sebagai langit-langit yang hitam.
Para pemburu harta karun telah sampai di dalam bumi.
“Ada yang terluka?”,
“Semuanya baik-baik saja”.
Dengan selamat tanpa luka yang berarti.
“Ini seperti di dalam gua”,
“Selanjutnya kita kemana?”,
“Selanjutnya kita harus pergi mencari aliran sungai”,
“Seperti di gambar dan petunjuk yang ditulis di dalam peta”,
“AIR MENGALIR DI DALAM BUMI”, jawab Emil.
“Tapi lewat mana?”,
Di depan kelima sekawan itu sekarang terbentang jalan yang luas. Di belakang mereka adalah jalan buntu.
Jalan yang dipenuhi dengan stalaktit dan stalagmit di depan mereka adalah satu-satunya jalan untuk melanjutkan perjalanan.
Stalaktit dan stalagmit adalah batuan yang terbentuk dari endapan mineral. Berbentuk kerucut dan runcing. Menggantung dari langit-langit dan menjulang dari lantai gua.
Petualangan masih akan sangat panjang demi menemukan harta karun berharga amanah dari para raja-raja.
“Ayo kita jalan”, pimpin Ayu.
“Hati-hati jangan sampai terpeleset”,
“Dan jangan sampai ada yang terpisah”,
Di bawah tanah memanglah gelap. Namun dengan cahaya yang ada di dalam hati, mereka tetap lah masih bisa melihat.
Tentu saja ditambah dengan memakai headlamp yang sinarnya terang benderang di masing-masing kepala mereka. Tujuan mereka kian ketara.
Emil berjalan memimpin di depan. Keberadaannya di dalam tim pemburu harta karun ini sangatlah pas karena ia sudah bertahun-tahun lamanya belajar dan mengajar tentang ilmu bumi.
Untuk mencari aliran sungai yang mengalir di dalam bumi. Yang harus diikuti adalah tanah yang lebih basah. Serta menajamkan pendengaran untuk menangkap suara aliran air.
Tanpa kesulitan Ayu dan kawan-kawan berhasil menelusuri jalan tanah yang lebih lembab yang mengandung lebih banyak air.
Semakin mendekati aliran sungai yang dicari mereka semakin yakin. Gemuruh suara arus aliran air sungai itu semakin jelas terdengar.
Wajah mereka tampak begitu senang. Rupanya tidaklah sesulit yang dibayangkan.
Tapi rintangan yang sesungguhnya itu datang ketika Ayu, Emil, Jono, Cindy dan Arya berhasil menemukan aliran sungai yang mereka cari.
Yang sekarang sudah berada di hadapan mata. Titik bulatan hitam yang kedua.
Aliran sungai yang harus mereka seberangi untuk meneruskan perjalanan yang baru saja mereka mulai.
“Bagaimana ini?”,
“Aku belum pandai berenang”, kata Arya.
Aliran sungai itu sudah ketemu. Tapi tidak akan mudah.
Aliran sungai itu memiliki arus air yang cukup deras. Dan lebarnya juga tidaklah cukup untuk dilalui dengan satu kali lompatan kaki.
Kedalamannya pun tidak bisa mereka ukur hanya dengan kasat mata. Dari seberang ke seberang ada jarak yang jauh.
“Bagaimana ini?”,
“Bagaimana caranya kita bisa menyeberangi arus sungai ini?”,
Wajah kelima para pemberani itu sama-sama bingung dan panik. Masing-masing dari mereka mencoba memikirkan caranya untuk bisa sampai ke seberang.
Mereka melihat-lihat sekeliling. Adakah sebuah petunjuk?
Tiba-tiba hal yang sama sekali tidak diduga muncul untuk menjadi sebuah jalan keluar.
Aliran sungai yang mengalir dengan arus yang cukup deras itu sekarang tidak hanya membawa air. Ada yang datang dengan jumlah yang banyak.
“Lihatlah”,
“Ada kura-kura leher panjang”, kata Arya.
Ada kura-kura leher panjang dengan ukuran yang sudah besar-besar. Binatang yang sudah sangat lama beradaptasi dengan peristiwa-peristiwa alam semesta itu datang dengan formasi layaknya sedang berbaris.
Dengan semangat Cindy memanggil teman-teman yang lain.
“Ikuti aku”, pinta Cindy.
Cindy tiba-tiba melompat ke aliran sungai tersebut. Dengan lincah ia memijakkan kaki-kakinya di atas tempurung kura-kura berukuran besar itu.
Kura-kura yang tengah hanyut mengikuti arus aliran sungai itu akhirnya bisa membawa Cindy sampai ke seberang.
Kura-kura leher panjang itu adalah sebuah jembatan yang berjalan.
Cindy memanglah gadis petualang sejati. Pengalamannya sebagai seorang pecinta alam selama bertahun-tahun dan juga gemar bermain video game ia terapkan dengan sangat baik.
“Cepat lah”, kata Cindy yang sekarang sudah sampai di seberang.
Cindy memanggil yang lain untuk segera menyeberangi aliran sungai itu dengan cara yang sama seperti yang baru saja ia lakukan. Sebelum kura-kura yang tengah lewat itu habis.
“Baiklah”,
“Ayo semuanya jangan ragu-ragu”,
Jono melaju dengan diikuti oleh yang lainnya.
“Kamu pasti bisa”, Emil memberikan dorongan kepada Arya kecil yang berada di depannya.
*
Ayu, Emil, Jono, Cindy dan Arya sampai di seberang. Mereka berhasil melewati rintangan menyeberangi air yang mengalir di dalam bumi.
Mereka senang bukan kepalang. Perjalanan ini seru sekaligus menegangkan.
Dari mereka berlima tidak ada yang menyesal telah memutuskan untuk pergi.
Cindy mendapatkan petualangan yang tidak akan pernah ia dapatkan dimanapun. Adrenalinnya benar-benar terpacu dan membuatnya bahagia.
Bersama kakak-kakaknya Arya merasakan sebuah perjalanan yang ia yakini akan sangat berharga. Baru di awal saja ia sudah menjumpai hal-hal yang menakjubkan.
Ayu, Emil dan Jono sadar mereka harus tetap fokus dan berhati-hati. Mereka tidak akan lupa dengan tujuan yang sebenarnya. Walau seberapa begitu mengasyikkannya rintangan-rintangan yang harus mereka lewati bak sebuah arena bermain.
Tujuan keberangkatan mereka adalah untuk membawa pulang harta karun raja-raja.
“Kita baru saja mulai”,
“Tidak perlu beristirahat terlalu lama”,
“Kita harus tetap fokus dengan tujuan awal kita datang kemari”,
Tempat ini semakin jauh semakin indah.
“Ayo kita jalan lagi”, pimpin Ayu.