NovelToon NovelToon
TERBAKAR PESONA ZARA

TERBAKAR PESONA ZARA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Teen School/College / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Telo Ungu

"Kenapa selalu gue yang harus ngertiin dia? Gue pacar elo Marvin! Lo sadar itu ga sih? Gue capek! Gue muak!" ucap Ranu pada kekasihnya dengan nada marah.

"Maafin gue, Ranu. Gue ga maksud buat ngerebut Kara dari elo" Zara menatap takut takut pada Ranu.

"Diem! Gue ga butuh omongan sampah elo ya" Ucap Ranu dengan nada tinggi.
.
.
.

"Shit! Mati aja elo sini Zara!" hardik Fatiyah setelah membaca ending cerita pendek tersebut.

Fatiyah mati terpanggang setelah membakar cerpen yang dia maki maki karena ending yang tak dia sukai. Dia tidak terima, tokoh kesayangannya, Ranu harus mati mengenaskan di akhir cerita. Tapi, siapa sangka kalau Fatiyah yang harusnya pergi ke alam baka malah merasuki tubuh Zara. Tokoh yang paling dia benci. Bagaimana kelanjutan kisahnya. Kita lihat saja. Apakah Fatiyah bisa menyelamatkan tokoh favoritnya dan mengubah takdir Ranu? Apakah dia malah terseret alur novel seperti yang seharusnya?

sorry guys, harus revisi judul dan cover soalnya bib...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Telo Ungu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7 Tujuh

Kejadian sebenarnya di area parkiran Fatiyah menyerahkan kotak bekal kepada Lengkara. "Misi Kak Lungkara, ini kotak bekal yang gue janjiin kemarin. Sorry ya buat kemarin" seru Fatiyah sambil menyodorkan kotak bekal makanannya kepada Lengkara.

Teman teman Lengkara menahan senyum. Mereka tak berani mengeluarkan suara. Itu semua demi melihat drama korea antara temannya dengan cewek dilabeli paling cantik di Pelita Bangsa.

"Lungkara? nama gue Lengkara!" ujar Lengkara sambil menatap Fatiyah yang menyodorkan kotak bekal padanya.

"Ah, iya maaf kan Langkara" Fatiyah tersenyum tipis saat Lengkara mengambil kotak bekalnya.

"Lengkara" sahut Lengkara mencontohkan penyebutan namanya dengan benar.

"Iya, iya, kak Langkara. Apapun nama elo kak. Habis susah banget nama kakak. Gue panggil Kara aja ya biar lidah gue ga keseleo. Oh ya, jangan lupa dimakan. Itu gue masak sendiri lho" Fatiyah mengibas-ngibas tangannya di depan wajah Lengkara. Lalu, ia bertolak pinggang sambil menunjuk nunjuk kotak bekalnya dari jauh.

"Eh, udah bunyi bel nih. Gue pergi dulu ya Kak Kara. Bye bye" Fatiyah lari terbirit birit meninggalkan Lengkara cs yang menatapnya heran.

Gimana tidak heran, mereka dari tadi tidak mendengar bunyi bel atau semacamnya. Bel sekolah masih 10 menit lagi seharusnya. Tapi, Fatiyah sudah berlari pergi tanpa menunggu respon mereka.

Sontak saja mereka semua tertawa. "Cie cie yang dapat bekal nih. Ada cerita apa nih yang gue lewatin?" tanya Lohan menatap sahabat karibnya dengan menaik turunkan alisnya.

"Biasa, tuan putri lagi pengen sedekah sama rakyat jelata kayak Lengkara hahahaha" Hisbi tertawa terpingkal pingkal setelah meledek Lengkara.

"kak Kara jangan lupa dimakan ya, ini aku masak sendiri lho" ucap Lohan menirukan suara Fatiyah dengan gaya lembutnya.

"Bacot!" Lengkara pergi meninggalkan teman temannya yang masih tertawa meledeknya.

Di sisi lain, Fatiyah sudah sampai di kelas. Dia berjalan melewati bangku yang biasa digunakannya menuju bangkunya yang baru. Sepersekian menit Marvin datang disusul dengan Lengkara.

"Kenapa elo duduk disini? Itu tempat Zara, Ran! Jangan buat ulah lagi. Ini masih pagi. Elo udah ngusir ngusir Zara dari tempatnya. Ga capek, dari tadi pagi diributin kursi mobil. Sekarang masih mau rebut kursi ini juga?!" tekan Marvin menatap jengkel Ranu yang duduk di bangku Zara.

"Marvin sayang, dengerin gue dulu ya. Ini kursi gue di kasih Jaya! Kenapa sayang? Mau marah? Lo ga terima kalau ini udah jadi hak milik gue sekarang. Zara sendiri yang ngasih kursi ini ke gue. Kalau ga percaya tanya aja ke dia!" ujar Ranu tak terima dituduh tunangannya itu. Dia menatap curiga tingkah Marvin yang tiba tiba begitu membela Zara daripada dirinya.

"Ranuu, elo ngerti bukan itu maksud gue" elak Marvin.

Fatiyah yang mendengarkan musik dengan headset di telinganya, tidak mendengar pertengkaran kecil antara sepasang kekasih tersebut. Ia malah semakin menumpukan kepalanya ke lipatan tangannya. Lengkara duduk di samping Fatiyah, tangannya menarik kepala Fatiyah untuk bersandar di bahunya.

"Eh, eh, siapa sih?! Ganggu aja!" sungut Fatiyah yang masih tidak menyadari teman sebangkunya.

Jujur saja, Fatiyah masih merasa ngantuk gara gara harus menyiapkan bekal pagi pagi buta. "Lengkara, butuh berapa kali lagi gue nyebut nama sendiri biar elo inget tuan putri?" Lengkara tersenyum tipis saat melihat wajah Fatiyah yang terbelalak terkejut. Fatiyah terkejut saat Lengkara melepas salah satu headset nya dari telinganya dan memasangnya ke telinganya sendiri.

Fatiyah dan Lengkara saling bertatap tatapan. "Mau sampai kapan mau main tatap tatapan begini, tuan putri? Gue bisa lebih tahan lama asal elo sanggup aja" seru Lengkara ambigu. Tangan Lengkara mencubit dagu Fatiyah pelan. Dia mengarahkan wajah Fatiyah supaya sejajar dengan dirinya.

Posisi ini begitu ambigu. Fatiyah bisa melihat dengan jelas bulu hidung Lengkara yang lebat dibalik hidung bangirnya. Saking dekatnya ya. "Bulu hidung elo banyak banget Kak Kara" gumam Fatiyah polos. Matanya menatap heran ke arah tempat tumbuhnya bulu hidung tersebut.

Marvin melotot melihat sepupu Ranu yang ingin mencium Zara. Refleks langkah kakinya melangkah dengan cepat mendekati Lengkara dan menarik kerah baju seragamnya ke belakang. Tangannya langsung menonjok pipi Lengkara dengan penuh emosi.

"Marvin! Lengkara! berhenti! Gue bilang BERHENTIIIIII!" teriakan melengking milik Ranu menghentikan Marvin dan Lengkara yang adu jotos. Mereka berdua kompak melihat ke arah Ranu.

Fatiyah, hei jangan tanya kondisi Fatiyah. Dia pucat pasi melihat adegan kekerasan secara live. Entah ini pengaturan alur cerpen atau ini berasal trauma Zara. Fatiyah tiba tiba berteriak minta pengampunan sambil menutup kedua telinganya. Dia menangis sesenggukan.

"Ampun ma. Ampun, jangan pukul Zara. Zara janji ga nakal lagi" itu yang terus diucapkan Fatiyah. Fatiyah sendiri tak bisa mengondisikan dirinya. Badannya gemetar ketakutan. Jantungnya berdetak cepat. Peluh mengucur deras dan napasnya mulai sesak karena tangisan yang sesenggukan.

Marvin melepas tubuh Lengkara. Ia seperti orang yang terbang saking cepatnya meluncur ke arah Fatiyah. Marvin dengan sigap mendekap tubuh Fatiyah dalam pelukannya. "Tenang Zara, disini ga ada yang berani mukul kamu. Tenang, ayo ikutin aku. Tarik napas dalam dalam. Lalu hembuskan. Ayo, kamu bisa. Tenang oke. Tenang ada aku" pungkas Marvin dengan suara lembut. Dia secara tak sadar menggunakan aku-kamu pada Zara yang bukan siapa siapanya. Dia terus memeluk cewek itu dengan erat sambil sesekali mengelus punggungnya.

Ranu yang melihat perlakuan istimewa Marvin kepada Zara membuat dirinya sakit hati. Matanya memerah berkaca kaca. "MARVIN! APA-APAAN INI!" teriak Ranu tak terima. Ia berjalan menghampiri mereka berdua. Lalu, menarik kasar tubuh mereka berdua agar saling melepaskan.

Fatiyah yang masih terserang panik attack tiba tiba tidak bisa mengatasi serangan brutal dari Ranu membuat tubuhnya oleng dan hampir terjatuh menghantam lantai. Jika tangan Lengkara tidak punya refleks cepat menangkap tubuh Fatiyah ke dalam dekapannya.

"Ranu! elo gila ya?!" teriak Marvin dan Lengkara kompak bersamaan.

Ranu ternganga tak percaya tuduhan dua orang laki laki yang paling dekat dengan dirinya. "Gue gila Vin? Kara?! Gue gila? Kalian semua yang gila! Bukan gue. Lo pikir siapa yang ga akan gila kalau lihat kekasihnya sendiri peluk pelukan sama cewek lain? Vin! Gue ini tunangan elo. Tapi, gue ga pernah denger elo ngomong selembut itu ke gue. Elo selalu marah marah ke gue. Ngomong pake elo gue. Terus ke dia pake aku kamu?! Hebat ya Vin! Hebat!" Tangisan Ranu akhirnya luruh membasahi pipinya.

"Setelah elo rebut perhatian cowok gue, sekarang elo mau rebut perhatian kakak sepupu gue Zara! Gue ga tahu elo semaruk itu!"

"Ranu!" panggil Lengkara tegas. Lengkara bisa merasakan tubuh Zara yang masih bergetar hebat dan sesenggukan. Bibirnya terus berucap lirih meminta ampun.

"Cukup Ranu! Ini bukan waktu yang tepat buat cemburu! Elo ga lihat Zara kena serangan panik?! Secemburu apapun, tolong pakai empatinya Ran! Udah gue bilang beribu ribu kali gue ga ada maksud apapun sama Zara. Gue cuma kasian aja!" tekan Marvin pada Ranu yang terlihat masih tak terima dengan perlakuan Lengkara dan dirinya pada Zara.

"Kasian elo bilang? Kasian? Kenapa elo selalu terus ksian ke Zara?! Zara! Zara terus! Elo selalu prioritaskan Zara terus dibanding gue tunangan elo! Kenapa ga ada yang tanya keadaan gue? Kenapa ga ada yang kasian k gue? Elo ga kasian ke gue yang harus terus terusan cemburu sama Zara? Gue muak! Gue muak Vin! Harus ngertiin elo! Harus ngertiin elo yang segitunya membela Zara daripada gue! Sekarang Lengkara juga bela dia! Di titik mana lagi gue harus ngertiin Zara, Marvin! Bilang gue harus gimana lagi?! Lo pikir dunia ini cuma ada buat ngertiin Zara!"

"Sakit Vin! Sakit hati gue yang elo tekan terus terus buat seorang yang bukan siapa siapa elo!" Ranu menunjuk nunjuk dada Marvin supaya dia tahu betapa emosinya dan sakit hati dirinya saat ini.

Marvin tertegun melihat Ranu yang menangis histeris di depannya. Dia benar benar tidak bisa mengontrol dirinya untuk tidak mendekati atau memberi perhatian kepada Zara. "Ranu, elo pasti ngerti gue ga ada maksud apa apa. Ini cuma bentuk rasa kemanusiaan gue buat bantu Zara" ujar Marvin denial.

Baru saja Ranu ingin menyahut ucapan kekasihnya, Fatiyah akhirnya membuka suaranya setelah bisa menguasai dirinya sendiri. Dengan suara terbata bata Fatiyah menatap Ranu. "Ma-Maaf-in gue, Ran. Gue, ud--dah bikin kalian berantem lagi. Gue, gue janji ga akan ganggu elo sama Marvin lagi. Gue, gue udah punya cowok sendiri"

Ranu mengusap air matanya sendiri. Dengan suara serak karena tangisannya, Ranu tertawa sinis ke arah Fatiyah. "Elo pikir gue percaya bualan elo itu? Bullshit! Kalau benar elo udah punya cowok. Kenalin ke gue Zara! Kenalin ke kita semua cowok baru elo"

Semua mata teman teman sekelasnya tertuju ke arahnya. Baik tokoh utama ataupun siswa NPC saling tatap menunggu jawaban yang keluar dari mulut cewek yang dilabeli paling cantik seantero Pelita Bangsa.

"Kak Kara cowok gue sekarang. Gue udah jadian sama dia kemarin. Makanya gue pagi ini ngasih dia bekal makanan. Ya kan kak?" ucap Fatiyah meminta dukungan.

Lengkara refleks menganggukkan kepalanya. Di seperti terhipnotis menatap mata Fatiyah yang berkaca kaca penuh permohonan. "Bohong! Ga mungkin Lengkara mau pacaran sama cewek. Dia ga doyan cewek" kelakar Ranu sambil tertawa sinis penuh cibiran.

Harga diri Lengkara tersentil mendengar ucapan sepupu kecilnya itu. Dia menatap dingin Ranu. "Ingat baik baik. Ini pengumuman buat semua yang ada disini. Zara itu pacar gue. Siapapun yang berani ganggu dia, bakalan berhadapan sama gue, Lengkara Arya Geviano!" ancam Lengkara dengan tegas sambil menatap semua orang dengan tatapan permusuhan. Termasuk pada Ranu sendiri, sepupu yang paling dia sayangi.

Lengkara mengecup bibir Fatiyah sekilas. Hal itu membuat semua orang memekik kaget. Tak terkecuali Marvin. Pria itu benar benar marah. Tangannya mengepal erat di kedua sisinya hingga buku buku jarinya memutih.

Marvin hendak berlari menonjok kembali Lengkara. Namun, suara guru yang masuk ke dalam kelas mendistrasiksi dirinya. "Kenapa ini? Ada apa? Zara kenapa nangis?" tanya guru mapel tersebut bertubi tubi.

"Dia sakit Bu tadi hampir pingsan. Sepertinya asam lambungnya naik. Saya izin mengantarkan Zara ke UKS" ucap Lengkara penuh dusta.

Guru yang melihat kondisi Zara yang pucat pasi tentu percaya dengan omongan siswa yang paling bandel di sekolahnya. Ia mengizinkan Lengkara membawa Zara ke UKS. " Kamu boleh ajak teman kmu buat bantu gendong Zara ke UKS. Sepertinya Zara tidak akan kuat berjalan ke UKS, Kara" seru guru tersebut memberi saran.

"Tenang, Bu. Saya ini jagoan. Saya kuat kalau cuma disuruh gendong Zara" Lengkara dengan gampangnya menggendong tubuh Fatiyah ke dalam dekapannya. Tubuh Zara yang ditempati jiwa Fatiyah terasa begitu ringan. Mungkin karena postur tubuhnya yang mungil dan kecil membuat berat badannya tidak terlalu berat bagi Lengkara.

Lengkara bergegas keluar dari kelas dan berjalan selangkah demi selangkah menuju UKs. Selama perjalanan ke UKS Fatiyah tak henti hentinya menatap ke arah Lengkara. "Maaf Kak, udah ngerepotin Kakak lagi" ujar Fatiyah lirih.

Lengkara hanya tersenyum tipis. Tanpa memberi jawaban apapun.

To Be Continue

Jangan lupa kasih vote ya dan komen supaya aku lebih semangat buat upload lanjutan ceritanya. See you next chapter guys. Love love love

1
Nur Adam
lnjut
Cicih Sutiasih
aku mampir😊
Telo Ungu: terima kasih sudah mampir. love love
total 1 replies
Ayari Khana
Keren parah!
Telo Ungu: wow, terima kasih kak
total 1 replies
bea ofialda
Aku suka banget tokoh utamanya, terasa sangat hidup. ❤️
Telo Ungu: terima kasih komentarnya kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!