Permaisuri Bai Mengyan adalah anak dari Jenderal Besar Bai An
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Una~ya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 7 (Revisi)
Perbatasan Utama Dì Yī (Perbatasan Barat Laut)
Jenderal Bai Fu menerima surat dari seekor merpati putih. Konsekuensi dari keputusan yang di ambil akhirnya terjadi, eksekusi Jenderal Besar beserta keluarganya terlaksana malam ini. Dia menunduk malu dan marah, kertas yang dibaca sudah remuk hampir robek. Air matanya jatuh, luka-luka bekas peperangan terasa nyeri, dia menahan dirinya tidak meraung.
Merasa tidak pantas, merasa marah dan sesak. Dalam keadaan berlinang air mata, Wakil Jenderal Bai Fu melihat baju zirahnya. Mata yang sedang di aliri air itu lalu membara merah. Dalam pikirannya yang tidak di batasi rasa berbelas kasih, ingin mengobrak-abrik ibu kota, tempat dimana Raja dan keluarganya tinggal. Pedang dan tombaknya bahkan siap menembus tubuh mereka yang arogan.
Belum bisa mempercayai kenyataan, dia diam dengan bongkahan pikiran yang membesar karena amarah. Hatinya sakit. “Jika bukan karena perintah sebelum kau meninggalkan barak, percayalah saat ini juga kerajaan Han akan hancur di tanganku!”
Setelah melepaskan kalimat, Wakil Jenderal memangil anak buahnya. “Pergilah menemui mata-mata keluarga Bai di desa, sampaikan surat lisanku. “Tahan Bai Jing Wen, ini perintah Jenderal Besar Bai An! Dan berikan surat ini kepadanya, katakan bahwa surat ini harus sampai sebelum tengah malam!”
Malam sebelum Jenderal Besar pergi, dia di panggil kedalam tenda. Keresahan dan wasiat Jenderal Besar Bai An sudah dia terima dan harus dipatuhi oleh semua prajurit. Ada satu surat yang di berikan secara terpisah, surat untuk putri Jenderal Besar Bai An. Surat itu berwarna merah muda, dihiasi lukisan bunga yang merekah berwarna cerah.
Wasiat untuknya dan prajurit, meski kalimatnya panjang, dia bisa mengingat tanpa membaca surat yang dititipkan padanya.
‘Aku menitipkan masa depan kepada kalian. Meski kehidupan kita lebih sulit dan berat, aku percaya sikap patriotisme selalu terjaga. Prajurit yang jauh dari rumah, akan tetap merindukan rumah. Jadi buatlah rumah yang kalian rindukan itu aman di bawah naungan kerajaan Han. Maksud perkataan itu, jangan berkhianat. Aku titipkan perjuangan kepada kalian. Sampai darah kalian mengering dan habis, tetaplah menjadi pejuang dan pelindung bagi rakyat. Tidak ada tuan, hanya ada persahabatan. Tidak ada status social hanya ada kesatuan. Jangan tunduk pada kekuasaan, jangan lemah pada yang berkuasa. Kita ini, pejuang yang terhormat. Di bawah langit yang cerah, diatas tanah yang subur, kita adalah rakyat Han.’
Kalimat selanjutnya adalah wasiat untuk keluarga Bai. Jenderal Besar memberikan kekuasaan kepada pemilik PLAKAT EMAS. Jenderal Besar Bai An tidak mengatakan lebih spesifik tentang pemilik Plakat emas. Dalam kalimatnya, dikatakan bahwa orang itu akan datang dan memberikan bukti sebuah plakat emas jenderal dengan sebuah pluit dan lonceng. Hingga hari ini, pemilik Plakat Emas tidak diketahui, siapa dan dimana dia berada.
Untuk urusan Kepala Keluarga Bai, dia mengerahkannya kepada Bai Jing Wen. Akan tetapi, jika Bai Jing Wen mengkhianati Kerajaan Han, dia harus di kecualikan dan akan di gantikan oleh adiknya Jenderal Bai Jingmi, Jenderal muda dari perbatasan Barat. Semua keluarga Bai, harus mengikuti wasiat Jenderal Bai An tanpa terkecuali.
Untuknya, yang selalu bersama dan mengikuti Jenderal Besar sebagai Sepupu dan Wakil Jenderal, diminta untuk pensiun dan menghabiskan hari-harinya di ibu kota sebagai pensiunan jenderal yang di hormati. Bahkan Jenderal Bai An sudah menyiapkan rumah dan segala keperluannya disana. Tapi, hari ini masih awal untuknya pensiun. Nanti, setelah dia rasa cukup berjuang, dia akan mematuhi perintah. Untuk sekarang, dia terlalu sibuk mengurus wasiat Jenderal.
═══════ ═══════ ═══════
Setelah menunggang kuda selama beberapa hari, Jin Ran sudah berada di desa Dì Yī. Dia melangkah masuk ke sebuah restoran yang terbilang ramai. Sapaan sopan pelayan restoran menuntun dia menaiki tangga dan menempati ruangan yang berada di ujung. Ketika pelayan itu pergi, datang pelayan baru yang mengantarkan minuman dan beberapa makanan. Bersamaan dengan itu datang seseorang yang berperawakan kecil dengan ikat kepala. Dia duduk dan meneguk minuman yang sudah tersedia di meja seberang Jin Ran.
Ketika pelayan pergi, pria kecil di depan Jin Ran bernama Dong tertawa. Jin Ran tidak menghiraukan, dia menikmati teh yang baru saja selesai di tuang. Asik sendiri, pria itu berhenti setelah beberapa detik. Jin Ran mengeluarkan kantongan kecil dan melemparkannya ke atas meja. “Awasi Wakil Jenderal Bai Fu. Laporkan semua hal yang terjadi di perbatasan.”
Pria kecil tadi tersenyum, mengambil uang lalu meninggalkan Jin Ran seorang diri. Jin Ran belum pergi, dia masih menunggu hingga elang pembawa pesan ke istana muncul. Tanpa di ketahui, ada seseorang di seberang restoran yang melihat Jin Ran. Dia mengenali Jin Ran dan ikut tersenyum. Matanya bak elang, memerintahkan seseorang di sebelahnya untuk mengikuti pria bernama Dong.
“Raja sudah mengambil keputusan, waktunya hampir tiba!” Ucapnya sembari meletakkan uang di atas meja dan meninggalkan tempat itu.
Diseberang, Jin Ran berbalik melihat jendela ke arah restoran yang sudah kosong. Kemudian Jin Ran berdiri ketika elang yang dia tunggu datang, mengambil kertas kecil yang berisikan pesan untuk Raja lalu menaruhnya ke kubus kecil di kaki elang. Elang yang sudah dilatih langsung terbang ke arah ibu kota.
Jin Ran turun ke bawah. Di tengah tangga, ujung matanya melihat seseorang yang memperhatikan dirinya. Jin Ran tenang, mengamati sembari melihat- lihat keramaian di lantai satu. Dari analisisnya, orang itu bukanlah preman desa. Dari baju yang dipakai, merupakan kain yang dibeli di toko kain khusus. Sementara desa Di yi tidak memiliki toko kain besar. Juga, bukan orang yang memiliki keahlian bertarung.
Jin Ran keluar dari restoran menuju penginapan. Agar tidak dicurigai, Jin Ran bersikap biasa tapi dia tetap memperhatikan mereka diam-diam. Ketika Jin Ran menuju kamar, pria itu berhenti di depan penginapan. Dari balik jendela kamar yang tertutup, diperhatikan keadaan di luar. Pria tadi sudah pergi. Yang lebih penting, hal itu tidak menimbulkan keributan.
Sedang Dong menerima tugas rahasia dari Raja, menyadari dia sedang di ikuti oleh seseorang. Terlihat semrawut, tapi dia sangat lihai. Dia masuk ke dalam gang kecil lalu berputar-putar di sana. Setelah dirasa aman, dia masuk ke dalam rumah seorang pengrajin besi lalu keluar melalui pintu rahasia di belakang yang tersambung dengan hutan belantara.
Dong berhenti di sebuah pohon, memperhatikan sekeliling. Dia tersenyum lega, orang yang mengikutinya sudah tidak ada. Desa Di yi termaksud salah satu desa yang dianggap mistis setelah desa hantu disebelah barat. Seseorang yang tidak mengenal desan di yi akan tersesat ketika masuk ke gang, nama gang yang tadi di lewati adalah labirin desa.
────୨ৎ────