Di negara barat, menyewa rahim sudah menjadi hal lumrah dan sering didapatkan.
Yuliana adalah sosok ibu tunggal satu anak. Demi pengobatan sang anak, ia mendaftarkan diri sebagai ibu yang menyewa rahimnya, hingga ia dipilih oleh satu pasangan.
Dengan bantuan alat medis canggih, tanpa hubungan badan ia berhasil hamil.
Bagaimana, Yuliana menjalani kehamilan tersebut? Akankah pihak pasangan itu menyenangkan hatinya agar anak tumbuh baik, atau justru ia tertekan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinamira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Geli, tapi juga ingin
Rumah mewah dan megah memiliki lima lantai. Yuliana yang berada di lantai ketiga. Lantai yang sama tempat istirahat, dengan Jessy dan William. Sedangkan Sean dan Clara berada di lantai empat dan lima, tempat yang terbilang khusus untuk mereka. Para pelayan yang datang ke sana pun hanya untuk membersihkan.
Sedangkan semua pelayan memiliki kamar khusus dan rata-rata tinggal di lantai bawah yang berada di sekitar sudut rumah.
Yuliana berjalan-jalan di halaman belakang. Ia ke sana untuk melihat taman indah yang ada di sana. Tanaman bunga, berhamburan indah di setiap sisi halaman itu.
Yuliana berjalan sembari menggenggam ponselnya, tampak sedang melakukan panggilan telepon. Wanita itu terus berjalan, dan duduk di bangku tanaman yang berada di tengah taman.
"Wah, rumahnya sangat bagus, Mama," sahut Garen. Pria kecil dengan tubuh kurus memandang kagum di sana.
"Iya sayang. Tapi, ini bukan rumah kita," jelas Yuliana memberi pengertian sebelum putranya salah paham.
"Boleh tidak Garen ke sana?" tanya pria kecil penuh harap.
"Hm?" Yuliana tampak berpikir, untuk memberi jawaban yang tidak akan mengecewakan putranya. "Mama lagi kerja di sini sayang. Cari uang buat Garen. Biar Garen bisa sehat dan main sama teman-teman," sahut Yuliana dengan lembut. Merasa itu adalah cara terbaik ia memberi tahu putranya.
"Em, jadi Garen harus tunggu di sini. Sampai Mama pulang?" tanya Garen dengan suara bergetar.
"Garen akan rindu Mama," lanjutnya membuat Yuliana mengulum senyum lembut, dengan bola mata ikut berkaca-kaca. Karena saat ini saja ia sudah begitu merindukan putranya. Sedangkan ia masih harus melalui 9 bulan untuk kembali.
"Tunggu Mama ya sayang. Garen harus mendengarkan Tante Hanum, sama Tante Rosa. Setelah Mama pulang, Mama pasti akan berikan apapun yang Garen mau. Nanti setiap hari kita akan makan ayam kecap kesukaan Garen," sahut Yuliana penuh janji.
Di balik sana Garen mengangguk. "Hm, Garen akan patuh," ucapnya tanpa perlawanan.
Tanpa Yuliana sadari, di lantai empat bangunan di belakangnya itu. Sosok pria memperhatikannya dengan tatapan seolah akan memangsa. Dialah Sean, pria yang tengah memegang gelas anggur di tangannya.
"Wanita seperti dirinya, tidak pantas mengandung keturunanku!" batinnya memandang tajam.
Tangannya bergerak mengangkat gelas anggur ke mulutnya, dan meneguk isi gelas itu hingga habis dalam sekali tegukan.
"Akan ku buat wanita ini keguguran, dan membatalkan kontraknya," gumamnya memandang penuh arti.
Saat ia tengah berpikir, tentang apa yang harus ia lakukan pada Yuliana. Sebuah tangan melingkar di perutnya, membuat sorot mata tajamnya, seketika berubah hangat.
"Sayang," suara Clara terdengar manja di telinganya, tangannya bergerak mengusap lembut tubuh Sean. Membuat Sean memejamkan mata menikmati.
"Kamu sedang apa?" tanya Clara berjalan menggoda memutari tubuh Sean, sehingga ia berada dalam dekapan suaminya. Tangan Clara bergerak begitu menggoda di wajah Sean.
"Bukan apa-apa sayang. Hanya sedang berpikir, bagaimana cara menyingkirkan wanita itu," ucap Sean, menunjuk Yuliana dengan tatapannya.
Tangannya bergerak lembut di pinggang ramping Clara. Dengan pelan menariknya rapat dengan tubuhnya.
"Hm?" Clara tersenyum, mengikuti arah pandang Sean, lalu tersenyum sinis.
"Sayang, pokoknya aku tidak mau melihatnya lama-lama ada di sini," sahut Clara merengek manja. Tangannya bergerak mengalungkan di leher Sean.
"Tentu sayang. Aku berjanji, akan segera menyingkirkannya," jawab Sean.
Tak mampu menahan diri, pria itu mendekatkan wajahnya, memberikan kecupan manis dan penuh nafsu pada bibir istrinya.
Clara membalas kecupan itu tak kalah nafsunya. Bahkan tangannya sudah bergerak melepaskan setiap anak kancing kemeja suaminya.
"Mau bermain di sini?" tanya Sean berbisik di sela-sela kecupannya.
Clara mengangguk. "Aku mau menunjukkan pada wanita sialan itu. Kalau aku adalah nyonya besar di rumah ini. Agar dia tidak sombong lagi, meski sudah mengandung anak kita," balas Clara dengan begitu angkuhnya membuat Sean mengulum senyum puas.
"Baiklah sayangku. Kita tunjukkan itu, dan buktikan, kita bisa membuat anak, dan tidak butuh anak dari rahimnya," timpal Sean kembali mengecup lebih dalam lagi.
Tanpa merasa malu, tidak peduli bagaimana beberapa pelayan yang berada di halaman belakang. Keduanya tetap melakukan hal tersebut.
Yuliana yang semula tidak menyadari. Heran saat ia melihat beberapa pelayan berbisik, hingga salah satunya menghampiri.
"Nyonya, Tuan Sean dan Nyonya sedang melakukan hubungan di tempat terbuka. Agar nyonya baik-baik saja, bersikap seolah tidak melihat apapun," bisik pelayan itu memberi tahu.
Yuliana mengerutkan keningnya, menatap penuh heran, tidak tau apa yang dibicarakan. Namun, gerak-gerik mata pelayan yang ia baca, membuat wanita itu mengalihkan pandangannya, menatap ke arah pandangan pelayan itu.
Bola matanya seketika melebar, melihat kelakuan gila Sean dan Clara. Mereka bahkan sudah tidak memakai pakaian lagi sehingga semuanya terekspos dengan jelas. Ia kembali memalingkan wajah, sebelum keduanya melihat ke arahnya.
"Astaga, menjijikkan!" batin Yuliana merasa jijik melihat kondisi itu.
"Meski ini rumah mereka, apa mereka tidak malu?" batin Yuliana.
Tubuhnya merasa merinding, dan ingin mual, karena bayangan meski hanya tiga detik melihat, melekat kuat dalam pikirannya.
"Mama, mama ada apa? Kenapa wajah Mama tampak merah?" sahut Garen membuat Yuliana sadar, jika panggilannya masih tersambung.
Yuliana terdiam. Menatap wajahnya di balik rekaman panggilan itu yang memang memerah.
"Ah, tidak apa sayang. Wajah Mama baik-baik saja kok," ucap Yuliana mengulum senyum lembut. Berusaha menampilkan dirinya baik-baik saja.
"Oh sayang, lakukan lebih kuat!" desahan teriakan Clara membuat Yuliana semakin merinding.
Entah disengaja atau tidak, suara Clara terdengar sangat jelas.
Tidak ingin putranya mendengar hal yang sama. Yuliana pun segera berpamitan. "Sayang, Mama sedang sibuk. Nanti, malam kita bicara lagi ya."
"Ya padahal Garen masih kangen."
"Nanti ya sayangku. Nanti Mama telepon Garen lagi ya," sahut Yuliana membujuk putranya.
"Baiklah, dadah Mama. Garen sayang Mama," sahut Garen dengan patuh dan pasrah.
"Iya Mama juga sayang, dadah," balas Yuliana, mau tidak mau segera mengakhiri panggilan itu.
Yuliana mengambil dan membuang nafas kasar, ia merasa geli, mendengar suara racauan Clara di sana. Namun, terbit pula rasa iri dalam dirinya.
Ia yang seorang janda tidak tersentuh sejak masih hamil 8 bulan. Hingga sekarang putranya sudah 7 tahun, tentu menimbulkan hasrat yang selama bertahun-tahun sudah terpendam.
Terlebih dalam kondisinya yang hamil dan hormon tubuhnya yang meningkat membuatnya merasa turut ingin merasakan sentuhan kembali.
Yuliana mengambil dan membuang nafas kasar untuk menenangkan diri. Ia memilih bangkit, pindah dari tempatnya, mencari tempat yang membuatnya tidak mendengar suara aneh itu.
Yuliana mengusap lembut perutnya. "Malaikat kecil, jangan membuatku begini. Aku tidak punya suami. Papa kamu juga bukan suamiku. Jangan membuatku ingin merasakannya juga," batinnya resah.
Ia memang geli, namun juga iri, membuatnya bingung harus melakukan apa.
up yg bnyk y Thor