Keyz tanpa sengaja menelan Kristal Kehidupan milik Gabrielle dan Lucifer sehingga dia memiliki dua kekuatan dahsyat pada dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Beginning Of Adventure
Entah apa yang sedang terjadi, dan apa yang sudah terjadi kepadaku. Leherku sangat sakit, ketika aku berusaha berteriak, semakin sakit pula leherku.
Aku sama sekali tidak ingat apa-apa sebelum aku membuka mataku. Saat aku membuka mataku, pemandangan pertama yang aku lihat adalah... Ada seekor mahluk yang sangat besar, bersisik kuning dan hijau. Dia memiliki sayap yang menyatu dengan tangannya.
Ada dua tanduk di kepalanya, matanya ada empat, dan mulutnya ada dua. Di ujung ekornya, ada api yang menyala.
Dia... Dragon...
Dia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, dan menarik nafas dalam-dalam lalu menahannya sesaat. Di saat itulah mulutnya keluar asap hitam pekat. Dan, di detik itu juga, dia menyemburkan api ke arahku.
Aku mendengar teriakkan dari dua orang berbeda di dekatku. Tapi, mataku masih tertuju kepada sosok naga yang sedang menyemburkan api.
Panas di sekujur tubuhku. Tapi, aku sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhku, bahkan ujung jari pun aku tidak sanggup.
“Keyz!!” teriak seorang wanita, kali ini, aku mengarahkan pandanganku ke arah wanita itu. Dia sangat cantik, berambut panjang hampir menyentuh tanah. Karena cahaya api milik naga itu. Aku jadi tidak yakin dengan warna rambutnya. Dia menatap penuh kesedihan. “Keyz!!! Heall”
Ketika dia mengatakan heall, tubuhku seakan disiram oleh sesuatu yang sangat menenangkan. Menyejukkan, itu seperti ada kehidupan yang mengalir masuk kedalam tubuhku.
Mataku berat sekarang. Perlahan aku menutup mataku. Teriakan dari wanita itu semakin lama semakin lemah. Dan di gantikan jeritan yang memilukan hati.
“Keyz.” Dia memanggil lagi. Oh, siapa kamu gadis cantik? Kenapa kamu begitu cemas kepadaku? Keyz, itu kah namaku? “Keyz. Jangan mati. Aku tidak mau sendirian. Fat Cat juga sedang berusaha melindungi kita. Aku mohon Keyz.”
“Flip.. Ayo, kita pergi!” teriak suara yang satunya. Dia kah yang bernama Fat Cat? Aku tidak bisa melihat wajahnya, karena dia berada di tengah-tengah kobaran api, sehingga dia terlihat siluetnya saja.
Aku menutup mataku lagi. Dan aku benar-benar tidak bernafas, aku bisa merasakannya. Entah kenapa, aku tidak mengerti.
“Keyz.. Maaf.. aku harus pergi dulu. Maaf.” Suara wanita cantik itu begitu menyejukkan hati. Flip? Tadi Fat Cat memanggilnya Flip. Aku tidak ingat mereka. Tapi, ketika Flip mengatakan harus pergi. Hatiku sangat sakit.
Apakah aku mengenalnya? Apa hubunganku dengan mereka?
Oh, sial. Kesadaran ku mulai memudar. Apakah aku akan mati? Disini? Di mana ini? Aku?
Aku siapa?
Aku tidak ingat apa-apa...
Aku siapa? Keyz. Benar, flip memanggilku Keyz. Aku adalah Keyz.
Nex
Ketika aku membuka mataku lagi. Tubuhku bergerak sendiri. Aku sedang melompat ke arah naga itu. Dan aku memegang sebilah pedang berwarna putih, dan bercahaya.. Menebas kepala sang naga.
Naga itu mengelak. Aku mendarat di punggung sang naga. Lalu tanpa sadar aku mengatakan. “Demon Glasial Sword!.” Lalu entah dari mana datangnya. Ada sebilah pedang lain yang bentuknya seperti pedang yang aku pegang saat ini. Hanya warnanya saja yang berbeda. Merah menyala bagian tajam, dan hitam di bagian tengah. Pedang itu aku tangkap dengan tangan kiri ku.
Setelah itu, dengan Demon Glasial Sword. Aku menusuk punggung sang naga. Lalu, dengan sekuat tenaga, aku berlari menuju ekor naga yang di ujungnya terbakar.
“Grwaaaawww!!!” sang naga berteriak kencang. Lalu mengibaskan ekornya. Aku yang berada di sana, langsung terlempar jauh, dan membentur dinding.
Sang naga terdengar berteriak kesakitan di kejauhan. Lalu terdengar suara dentuman benda besar terjatuh. Aku yakin itu suara sang naga yang telah tumbang.
Aku telah membunuh naga. Tapi, itu bukan aku. Benar, tubuhku bergerak sendiri. Aku mana mungkin bisa melakukan hal sehebat itu.
“Uehhh..” aku muntah darah. Tubuhku mulai terasa sakit. Sangat sakit, dan tidak tertahankan.
Aku merasakan seluruh tulang ku remuk. Aku terjatuh, lalu sepertinya aku kehilangan kesadaran.
Nex
Begitu tersadar, sakit di sekujur tubuhku hilang. Badanku pun terasa sangat ringan. Aku tersadar di sebuah kamar, tidak besar, tapi sangat nyaman.
“Oh, kamu sudah sadar, nak?” seorang kakek tua memasuk kamar itu. Dia berpakaian serba putih, berambut putih, wajahnya, aku kira wajahnya sedikit bercahaya.
“Di mana ini?” tanyaku sambil memperhatikan sekeliling. Ada meja kecil di sebelah tempat tidur yang aku tempati. Di atasnya ada bekas lilin yang terbakar.
“Rumahku.” Jawab kakek itu. “Yah, anggap saja begitu. Siapa namamu, nak? Kamu datang dari mana? Aku sudah mengusir mu sebelumnya. Tapi, kenapa kamu kembali lagi? Mana temanmu? Mana Beasthlord?”
“Aku? Aku tidak tahu. Aku tidak ingat apa-apa. Tapi, aku merasa tahu siapa namaku. Keyz. Itu mungkin namaku. Apa yang sebelumnya telah terjadi? Kenapa kamu mengusirku?”
“Kamu telah mencuri sesuatu yang sangat berharga. Dan itu sangat-sangat berbahaya bila terjatuh ke tangan yang salah.”
Aku menatap wajah kakek tua itu dengan tajam. “Mencuri? Benda apa itu? Apakah kamu sudah memeriksanya di tubuhku? Dan...”
“Benda itu tidak bisa di temukan. Karena memang mustahil untuk di temukan lagi.”
“Ayolah pak tua. Apa itu? Siapa tahu aku bisa mengembalikannya...”
“Air kehidupan..”
“A.. apa?” air kehidupan? Apa itu? Pembicaraan ini sangat memusingkan kepalaku, dan tanpa sadar aku telah pingsan.
Aku jadi ingat ada yang berkata kepadaku. “Kamu selalu pusing ya? Apa kamu aku panggil kamu sebagai tuan pusing?” siapa yang mengatakan itu kepadaku? Entahlah.
Nex
Ketika aku bangun kembali, aku sudah berada di sebuah gua. Entah dari mana ingatanku terputus. Sekarang aku berada di sebuah lorong gua yang gelap. Berjalan menuju cahaya di depanku. Aku rasa itu adalah pintu keluar.
Benar juga, selama ini aku berada di bawah tanah. Saat melawan naga itu pun aku yakin kalau itu juga berada di bawah tanah.
Ah, sudahlah, jangan di pikirkan. Perutku terlalu lapar saat ini untuk di ajak memikirkan hal-hal yang berat.
Di luar gua, ada hutan lebat, jalan setapak juga terlihat di depan sana. Aku menuju kesana. Aku terus menyusuri jalan setapak itu. Hingga akhirnya aku berada di sebuah jalan yang sedikit menanjak.
Dan, di ujung tanjakan itu aku melihat ada sebuah perkemahan yang cukup luas. Ada tiga tenda besar yang saling berhadapan. Di sebelah kanan sebuah tenda, ada hewan besar berbulu biru muda. Di punggungnya ada beberapa tas besar. Dia di ikat ke sebuah tiang yang sepertinya di pasang belum lama ini.
Aku berjalan ke tengah-tengah perkemahan itu... Aku melihat di sebelah kiri ada sebuah jurang. Di seberang sana aku melihat pegunungan yang sangat indah. Meliuk-liuk bagaikan punggung naga yang sedang tertidur. Di puncak gunung itu tertutup oleh salju.
Di bawah gunung ada hamparan luas hutan belantara, yang di potong oleh sebuah sungai besar.
“Hei kamu.” Seseorang bertubuh besar menghampiri aku dan menyapaku. “Apa yang kamu lakukan di sini? Apa kah kamu seorang penjelajah?” dia membawa sebuah pedang besar di punggungnya.
Baju besinya bergemerisik di setiap langkahnya. Dia mendekati aku denah tatapan ramah.
“Namaku Keyz.” Jawabku. “Aku tidak tahu sekarang aku berada di mana.” Yah, aku harus jujur. Tapi, aku datang dari mana. Aku tidak mengatakannya. “Namamu siapa om?”
“Bwahahha. Baru pertama kali ini ada yang berani memanggilku ‘Om.’” Jawabnya sambil tertawa terbahak bahak.
“Maaf. Aku...”
“Namaku Baf. Panggil aja Baf. Pemimpin karavan yang kebetulan sedang berkemah di sini. Aku seorang penjelajah juga.”
“Dari mana asalmu nak? Sepertinya kamu bukan orang sini. Bajumu sangat aneh.” Dia memperhatikanku dari ujung kaki hingga ujung kepalaku. “Kamu Cuma memakai sehelai kain untuk pakaian. Kamu beneran seorang penjelajah?”
Aku menjelaskan bahwa aku tidak ingat apa-apa sampai aku berada di dalam sebuah gua.
“Ah. Sepertinya kamu telah mengalami kejadian yang sangat besar, sehingga kamu kehilangan ingatan.”
“Mungkin.” Jawabku.
“Baik lah, sebentar lagi kami akan mengantarmu ke kota terdekat.” Baf memegang bahuku. Dia mempersilahkan aku ke area dalam perkemahan. Aku melihat disana ada tiga, atau mungkin lebih, orang lainnya. Ada dua pria kecil, dan seorang wanita muda bertelinga runcing.
“Ti.. tidak usah repot-repot, om. Aku...”
“Bwahahaha. Ini adalah tugas ku sebagai penjelajah, nak. Aku harus membantu siapa pun yang sedang membutuhkan pertolongan. Ayo sini..” Dia menarik ku dengan paksa. “Kebetulan sekali kami membangun perkemahan disini, nak. Sepertinya kita jodoh.”
“Hahah. Aduh om. Jangan menarik ku seperti ini. Sakit, om.” Kataku sambil melihat ke arah tengah-tengah perkemahan. Seorang wanita tadi sedang memberi makanan kepada makhluk aneh berbulu biru. Mirip yang tadi, tapi yang ini jauh lebih kecil, seukuran kucing dewasa. Sedangkan yang tadi sebesar bison terbangnya Ang di dalam film Avatar The Last air Bender.
“Ayo, nak. Akan aku beri sedikit informasi yang mungkin akan berguna bagimu.” Dia sama sekali tidak menghiraukan kata-kata ku, dan dia tidak peduli kalau cengkeraman tangan di bahuku itu membuatku sedikit kesakitan. “Ga usah berterima kasih nak.” Apanya oi?
Di sebelah kiri ku saat ini, ada seorang pria bertopeng, dia sedikit lebih tinggi dariku. Dia memainkan senjatanya. Aku kira itu pistol. Dia berada di depan tendanya. Mungkin. Di belakang tendanya ada tebing yang aku ceritakan sebelumnya.
Di sebelahnya lagi juga ada sebuah tenda. Juga ada seseorang di depan tendanya.
Di sebelah kanan ada tenda yang jauh lebih besar dari pada tenda-tenda yang ada di sebelah kiri. Di depannya ada wanita yang bukan aku ceritakan tadi. Dia sedang memasak sesuatu di atas api unggun.
“Lagi pula, memang tugas kami untuk membantu orang-orang yang sedang kesusahan sepertimu, nak.” Kata Baf. Dia melambaikan tangannya ke arah teman-temannya. “Gimana? Masih tidak mau mampir? Oh, mau. Silakan.”
“Wah, ada teman baru.” Wanita yang bermain dengan makhluk kecil tadi mendekati kami. “Namaku Riss. Siapa namamu? Keyz? Hee. Nama yang aneh. Ahahahaha. Namaku juga aneh? Iya, salam kenal.”
“Di sekitar sini banyak monster liar, nak. Apakah kamu sudah pernah melakukan pertarungan sebelumnya?” tanya Baf.
“Tidak, aku belum pernah.” Entah kenapa aku berbohong kepada mereka. Mana mungkin mereka percaya kalau aku pernah mengalahkan seekor naga. Lagi pula, mungkin itu juga Cuma mimpi.
“Oh, jadi. Apakah kamu mau kami ajarkan sedikit bagaimana caranya bertarung?” lanjut Baf.
“Baik. Tapi, aku tidak memiliki apa-apa selain baju ini.”
“Apakah kain pel itu bisa kamu sebut sebagai baju, nak?” Baf dan Riss cekikikan bareng.
“A... Anu...”
“Jangan di pikirkan kata-kata Baf, Keyz. Maaf, aku sedikit menertawakan mu. Kami akan memberimu barang-barang yang sekiranya berguna buatmu.” Kata Riss.
“Maaf merepotkan.” Jawabku sambil tertunduk lesu.
“Baiklah, aku juga akan bersiap-siap. Lihat jalan di ujung sana. Nanti kita berkumpul di sana.” Kata Baf.
Jalan yang dia maksud berada di antara kedua tenda. Riss pamit duluan, dan Baf menyuruhku untuk meminta barang-barang yang sekiranya aku butuhkan ke anggota yang lain.
Dia pun pergi meninggalkan aku. Tapi, sebelum dia memasuki tendanya, dia memanggil para anggota yang lain dan mengatakan sesuatu. Lalu melihat ke arahku. Mereka melambaikan tangannya ke arahku.
“Yo Keyz, namaku virgo.” Kata anggota pertama yang aku temui. “Ini, dari Baf.” Dia memberikan aku baju baru. Tidak begitu bagus sih, tapi sangat ok ketimbang kain pel yang aku pakai saat ini. Dalam hitungan detik, aku sudah ganti pakaian.
“Thanks, virgo.” Kataku.
“Pergilah, dan temui anggota yang lain. Ada beberapa barang lagi yang akan kami berikan. Sekalian kamu berkenalan dengan mereka.”
Anggota kedua bernama Bid. Dia pria berkacamata. Dia memberiku tas penyimpanan yang cukup besar. Setelah berbincang sedikit, aku pamit dan menemui anggota berikutnya.
Yang ketiga bernama Nike. Dia pria berotot, dia berprofesi sebagai pandai besi. Dia memberiku sebilah pedang yang cukup bagus. Setelah ba-bi-bu sedikit, aku pamit karena Baf dan Riss sudah memanggilku di tempat yang dijanjikan. Aku menghampiri mereka.
“Baiklah, di ujung jalan sana akan ada beberapa monster liar yang tidak terlalu berbahaya.” Kata Baf. “Kami akan mengajarkan sedikit ilmu bela diri yang kami miliki, supaya nanti kamu bisa berkelana sendiri.”
“Aku bisa mengajari kamu ilmu pedang. Lihat, senjata kita sama.” Riss memberi saran, dan menunjukkan pedang miliknya. Aku mengangguk.
“Baiklah, nak.” Kata Baf. “Petualangan pertamamu akan kita mulai.”