"Bagaimana aku jadi makmum kamu kalau kamu tak sujud pada tuhanku"
"Namun kupilih jalur langit untuk membuat kita bisa bersatu"
Sulit untuk Inayah atau biasa di panggil Naya untuk bisa bersatu dengan laki-laki yang telah mengisi hatinya, bahkan semakin Naya berusaha untuk menghilangkan perasaannya, perasaan itu justru semakin dalam.
Bisakah keduanya bersama?
Atau justru memang perpisahan jalan terbaik untuk keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Terima kasih, Ra. Sebenarnya memang bukan siapa-siapa, hanya saja sejak pertemuan itu dia jadi sering mengganggu pikiranku"
Akhirnya Naya mengakui perasaannya, tiba-tiba suara keributan berhenti dan berubah menjadi bisikan kekaguman yang di lontarkan beberapa orang sambil menatap takjub ke arah belakang Naya.
Sementara Zahra sudah melongo dengan sedikit senyum yang terukir di bibirnya kemudian melihat ke arah Naya, Naya pun ikut melihat ke arah yang di lihat orang-orang, Samuel berjalan gagah ke arah mereka.
Samuel terus menoleh ke kiri melihat satu persatu orang yang ada disitu, wajahnya yang tampan terkena terpaan angin membuat Naya terpaku menatap wajah tampan Samuel, seperti di hipnotis saja.
Bahkan bukan hanya Naya beberapa mahasiswi perempuan di sana pun juga seperti di hipnotis, padahal Naya baru saja tadi bertemu Samuel dengan rasa kecewa tapi seketika menguap begitu saja.
Tapi jika memang kedatangan Samuel kesini benar untuk mencarinya, Naya merasa di perjuangkan. Walaupun dengan hal sesederhana ini tapi ini begitu berarti bagi Naya, serapuh inilah Naya ketika jatuh cinta.
Apalagi pengagum Samuel sangat banyak, tentu Naya akan menyesal jika menyia-nyiakan kesempatan ini. Jika Naya menjauh, sangatlah mudah bagi Samuel mencari sosok pengganti seperti Naya.
Walaupun beda keyakinan Naya berharap semoga ada jalan keluar, untuk saat ini Naya tak ingin menjauh. Dari kejauhan Naya memperhatikan Samuel yang sudah dekat, sampai pandangan mereka bertemu.
Seketika senyum Samuel mengembang, membuat Samuel tampak semakin tampan. Naya merasa semua mahasiswi jadi kembali terhipnotis melihat senyum maut Samuel, Samuel mempercepat langkahnya.
"Kita bisa bicara sebentar?" tanya Samuel saat sudah berhadapan dengan Naya
Samuel sepertinya tak peduli dengan orang-orang di sekitar situ, Zahra yang berada di samping Naya langsung mencubit pinggang Naya membuat Naya tersadar bahwa Samuel mengajaknya berbicara.
"Ada apa? Aku masih ada urusan, katakan saja" titah Naya sembari menahan sakit dari cubitan Zahra
"Ada yang ingin aku jelaskan, tapi jangan disini" ujar Samuel
"Tapi aku lagi......."
"Udah sana" titah Zahra sedikit mendorong Naya agar bergerak, namun Naya tak bergerak sama sekali
"Aku mohon, kalau sehabis ini kamu gak mau ketemu sama aku lagi. Gak apa-apa, aku terima"
Raut wajah Samuel tampak sangat memohon dan memelas, Naya merasa tak enak hati jika menolak. Apalagi saat ini dirinya dan Samuel jadi bahan tontonan semua orang, Naya akan jadi bahan hujatan jika sok jual mahal.
"Ya udah, tapi jangan lama ya"
Naya akhirnya setuju, Samuel langsung mengangguk. Naya pamit pada Zahra dan teman-temannya yang lain, kepergian Naya dan Samuel masih jadi pusat perhatian beberapa pasang mata mungkin saking kepo.
"Kita mau kemana?" tanya Naya setelah hampir sampai di parkiran mobil
"Ke tempat ternyamanmu" sahut Samuel
"Dimana?"
"Pantai"
Seketika senyum Naya mengembang tak menyangka Samuel mengetahui tempat favoritnya, suasana yang tadi tampak canggung kini berubah cair, Naya dan Samuel akhirnya tiba di depan mobil Samuel.
"Kita berangkat dengan mobilku saja" ajak Samuel
"Tidak, kita pergi dengan mobil sendiri-sendiri saja"
"Kenapa?"
"Tidak baik kalau laki-laki dan perempuan yang bukan mahram berada di satu tempat tanpa ada orang lain" jawab Naya sembari menunduk
Naya tau masih sangat jauh tentang ilmu agama, namun dirinya mencoba untuk menetralisir dosa-dosanya. Lebih tepat Naya berusaha menghindar dulu, meski tak tau kedepannya apa akan tergoda.
"Maaf, aku paham kok" ujar Samuel mengangguk
Naya segera menuju mobilnya lalu masuk ke dalam mobil, tak lama Samuel juga masuk ke dalam mobilnya. Setelah keduanya masuk ke dalam mobil masing-masing, Naya keluar lebih dulu dari parkiran.
Naya melajukan mobilnya dengan santai beriringan dengan mobil Samuel, karena ini masih siang pastinya cuaca pantai terasa sangat panas, mobil Naya berhenti di salah satu cafe yang ada di pantai.
Cafe berlantai dua di bawah pohon rindang, Naya sangat suka dengan suasana alam dan udara alami, tak lama kemudian mobil Samuel juga berhenti berdampingan dengan mobil Naya di parkiran cafe.
"Maaf, aku pilih tempatnya sendiri tanpa mengajak kompromi" ujar Naya setelah mereka turun dari mobil masing-masing
"Gak apa-apa, aku suka kok tempatnya"
Naya dan Samuel berjalan beriringan menuju meja yang paling ujung dekat dengan pantai di ikuti oleh pelayan cafe lalu pelayan memberikan buku menu, setelah duduk keduanya memesan minuman.
Setelah pelayan cafe pergi, pandangan Naya dan Samuel bertemu beberapa detik lalu buru-buru keduanya memalingkan wajah sembari tersenyum, lagi-lagi Naya dan Samuel terjebak di suasana yang canggung.
"Hmmm, Naya" panggil Samuel
"Iya"
Naya dan Samuel kembali beradu pandangan, terlihat Samuel sepertinya mulai serius. Tiba-tiba Naya jadi grogi, apa yang ingin Samuel bicarakan sampai-sampai harus pergi dari kampus sejauh ini.
"Kamu marah?" tanya Samuel
"Tidak" jawab Naya sembari memalingkan wajahnya ingin menyembunyikan rasa kecewa yang masih tersisa
"Kecewa?"
Naya terdiam lalu menghela napas, Naya bingung harus menjawab apa. Jika dirinya mengungkapkan rasa kecewanya, rasanya seperti tak berhak sama sekali apalagi dirinya dan Samuel baru kenal.
"Kenapa memangnya?" tanya balik Naya
"Aku ingin minta maaf" ucap Samuel sembari menunduk tak ada lagi senyum yang biasa di perlihatkannya
"Untuk apa?" tanya Naya pura-pura tidak tau agar tak terkesan jika Naya sebenarnya kecewa
"Karena aku berbohong soal agama denganmu, akhirnya kamu tau sendiri dengan cara seperti tadi. Aku benar-benar minta maaf" ujar Samuel kembali mengangkat kepalanya lagi, pandangan Naya dan Samuel kembali bertemu
"Jujur aku memang tak suka dengan pembohong dan aku gak habis pikir, entah buat apa kamu menyembunyikan itu semua dari aku. Bukankah berteman tak harus seagama"
"Karena aku ingin kita lebih dari sekedar teman" sahut Samuel
Deg
Seketika jantung Naya berdegup kencang, apa itu artinya Samuel juga menginginkan dirinya sama seperti yang dirinya ingin kan yaitu menjadi seorang yang spesial dan berarti dalam hidup Samuel.
"Maksudnya?" tanya Naya
Sekuatnya Naya menyembunyikan rasa bahagia yang menyeruak dalam hatinya, angan-angan menjadi seorang yang spesial dan berarti dalam hidup Samuel sudah ada di depan matanya.
Saking bahagianya ingin sekali rasanya Naya tersenyum namun sebisa mungkin dirinya tahan, bahkan Naya rela mengigit bibir bawanya bagian dalam agar bibirnya tak membentuk lengkungan.
"Maaf ini terlalu cepat aku sampaikan, harusnya bukan hari ini apalagi kita baru kenal. Tapi karena ada kejadian tadi, aku tak ingin terlalu lama memendam perasaan aku pada kamu. Aku ingin hubungan kita lebih serius dari sekedar teman" ujar Samuel
Terima kasih banyak ya Tor atas cerita yang sudah dibuat
tetaplah semangat dan terus berkarya
semoga selalu sehat , sukses , dan bahagia
nara sm rendi aja kk, rendi agamanya bagus. ibadahnya bagus.
samuel trnyta jg msih ingat sm naya. mengharukan bngt. selamat brbahagia naya. untuk anisa yg caktik dn baik hati mudah2an dpt jodoh yg lebih baik lg dr samuel. masyaAllah... anisa baik bngt...