Mengandung Benih Kekasih Sahabatku

Regina berusaha tegar dan mengembalikan semangatnya untuk hidup. Dia berkali kali menyakinkan dirinya bahwa kejadian kelam itu bukan akhir dari segalanya. Di kemudian hari akan ada kebahagiaan yang akan menemani hidupnya.

Regina menyakini hal itu. Tapi tubuhnya berkata lain. Sejak, kejadian itu. Pikiran dan tubuhnya tidak bisa berjalan seiringan. Pikiran Regina memikirkan masa depan yang indah. Tapi kondisi tubuhnya menunjukkan yang sebaliknya..

Satu bulan berlalu sejak kejadian itu. Regina merasakan tubuhnya terlalu lemah. Flu dan pilek menjadi langganan tubuhnya. Dan juga ludahnya terasa pahit. Selera makanannya juga mendadak turun drastis membuat tubuhnya juga semakin kurus.

Dengan alasan diet, Regina berusaha memberikan alasan kepada kedua orangtuanya atas keadaannya itu. Kedua orangtuanya itu bisa percaya dengan alasan Regina tapi tidak dengan Regina sendiri.

Setiap malam, Regina menjalani hidupnya dengan kecemasan dan kekhawatiran. Apalagi setelah menyadari tamu bulanannya yang belum datang padahal seharusnya tiga Hari yang lalu sudah harus bersih.

Lagi lagi. Regina menyakinkan hatinya jika keterlambatan tamu bulanan itu adalah hal biasa dan wajar apalagi dirinya terbebani pikiran pasti berpengaruh ke siklus mentruasi. Sekuat apapun Regina meyakinkan dirinya tetap saja dirinya butuh teman untuk berbagi. Tapi sayang, Regina tidak bisa melakukan itu.

Hingga beberapa hari kemudian. Regina tak kunjung mendapatkan tamu bulanannya membuat wanita itu cemas dan penasaran. Dengan memberanikan diri membeli alat test kehamilan. Kini, disini lah dia berada. Di kamar mandi dengan wadah dan juga benda pipih itu tercelup ke air urine nya.

Regina merasakan jantungnya berlompatan. Dia menunggu satu satu menit seperti satu jam. Tapi setelah tiba waktunya menarik benda pipih itu dari wadah berisi air urine. Regina mendadak tegang dan takut. Regina takut, benda pipih itu menunjukkan garis dua.

Ketakutan Regina akhirnya terjadi juga. Tangannya gemetar memegang benda pipih yang menunjukkan dua garis itu dengan jelas. Regina spontan histeris menimbulkan kepanikan di pagi hari itu.

"Re, kamu kenapa?" teriak ibu Siska dari dapur. Kamar Regina yang terletak dekat dapur membuat suara jeritannya terdengar jelas oleh ibu Siska yang sedang mempersiapkan bekal siang untuk dirinya dan suami di tempat kerja.

Regina spontan menutup mulutnya. Karena takut, dia tidak sadar menjerit histeris yang hampir membongkar rahasia yang dia tutupi selama ini.

"Re," panggil ibu Siska menuntut jawaban.

"Ada kecoa ma."

Ibu Siska terkekeh. Wanita itu merasa geli karena semua anaknya takut karena kecoa.

"Buka pintunya Re. Mama akan bantu kamu membuang kecoa itu."

"Tidak perlu ma. Kecoa nya sudah pergi.

"Baiklah, mama dan papa berangkat kerja ya. Jangan lupa sarapan walau sedikit sebelum pergi ke kampus.

"Baik Ma."

Regina memegang dadanya lega karena ibu Siska tidak memaksa masuk ke dalam kamar Mandi itu. Tapi setelah mendengar suara motor papanya menjauh dari pekarangan rumah. Regina meluapkan tangisannya.

"Kenapa kamu ada. Kehadiranmu tidak aku inginkan."

Regina meremas perutnya sendiri. Dia benci sosok kecil yang bersemayam di rahimnya itu. Bagi Regina kehadiran janin itu hanya menjadi aib bagi diri dan keluarganya dan menjadi musibah bagi persahabatannya dengan Melati.

Regina terus terusan menangis. Kehadiran janin itu tidak boleh menghalangi masa depannya. Cukup dirinya terpuruk karena kejadian malam itu jangan sampai kehadiran janin itu menjadi aib di dalam keluarganya.

Regina mengusap air matanya dengan kasar. Dia keluar dari kamar mandi dan masuk ke dalam kamarnya. Di dalam kamar itu. Regina melompat berkali kali berharap dengan seperti itu. Janin itu jatuh dengan sendirinya. Regina sadar dia jahat dengan melakukan hal seperti itu. Tapi tidak ada jalan lain supaya malam kelam itu tertutupi selamanya.

Regina merasakan tubuhnya kelelahan setelah melakukan hal berbahaya bagi Ibu hamil itu.

"Aku tidak mau kamu ada. Tolong pergi dari tubuh ku," kata Regina dengan isakan tangis dan memukul perutnya.

"Kehadiran mu mengacaukan harapan ku."

"Aku tidak mau, kamu ada. Keluar dari tubuh ku sekarang juga."

Regina terus menangis dan bersuara. Hatinya hancur mendapati dirinya hamil benih dari kekasih sahabatnya.