Nadia hanya merupakan figuran di rumahnya. Walaupun ia bagian dari keluarganya, tapi tetap saja ia tak dianggap sama sekali seperti keluarga. Malah lebih tampak seperti seorang budak yang dipekerjakan tanpa upah. Ini semua karena ia lahir dari istri kedua ayahnya yang membuatnya harus menanggung semuanya.
Namun, secara drastis Nadia mengalami klimaks takdir di mana dirinya tiba-tiba menjadi pengantin pengganti yang harus menggantikan kakaknya yang tidak ingin menikahi CEO culun.
Nadia secara terpaksa memenuhi keinginan itu hingga dirinya jatuh ke dalam kelamnya kehidupan hidup Saddam yang tak pernah ia kira secepatnya. Tapi, di samping itu Nadia baru tahu jika menjadi culun hanyalah penyamaran pria itu. Sebenarnya dia sangat tampan dan bahkan Nadia terpesona saat pandangan Pertama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amanda Ferina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 7
Setelah pertengkaran yang cukup hebat di keluarga Nadia tadi pada akhirnya Saddam pun membawa Nadia ke rumahnya. Ia ingin menunjukkan sebuah rumah yang mana tak ada lagi penyiksaan yang dirasakan oleh Nadia.
"Kau tenang saja jika tinggal di sini, asal kau bisa mematuhi segala peraturan yang ada di rumah kau bisa aman. Karena aku hanya membutuhkan seorang istri dan bukan benar-benar menjadi istriku, maka dari itu kau jangan mencampuri urusan privasiku dan jangan pernah menganggap kita adalah orang yang akrab."
Setelah mengatakan hal tersebut Saddam pun pergi begitu saja meninggalkan Nadia di dalam kamarnya sendirian. Nadia sungguh tak menyangka dengan apa yang dikatakan oleh Saddam, tampangnya Saddam lebih mengerikan daripada orang tuanya sendiri. Apa yang harus dilakukan oleh Nadia?
Bisakah dirinya hidup dengan rasa ketakutan seperti ini? Nadia pikir ia takkan bisa bertahan lama. Wanita itu menghembuskan nafas lelah dan lalu kemudian duduk di sisi ranjang sembari memikirkan nasibnya yang tak ada ujungnya.
"Pria itu benar-benar tak tersentuh dan tak tahu bagaimana caranya memulai interaksi."
Mereka saja bahkan berbeda kamar dan sangat sulit untuk berkomunikasi. Mereka tampaknya tak akan pernah akrab. Walaupun begitu tapi menurut Nadia inilah yang terbaik bagi dirinya. Ia tak bisa membayangkan jika dia akan melakukan banyak hal yang akan di luar dugaannya di mana ia benar-benar menjadi seorang istri.
Nadia belum sampai kepikiran ke hal tersebut. Ia pun menundukkan kepalanya dan kemudian menarik napas cukup panjang dan kemudian menatap ke arah pintunya dengan tatapan yang kosong.
Laki-laki tersebut terlihat sangat culun namun ia percaya jika sensasi laki-laki tersebut sangat tampan. Nadia bisa melihatnya dengan jarak yang sangat dekat.
Nadia pun berganti pakaian dan melihat lemarinya yang sudah terisi penuh dengan pakaian yang sangat indah. Wanita itu terbelalak dan tak bisa berkata-kata, milik siapa kah pakaian itu? Ia pikir bisa saja pakaian tersebut disediakan untuk Kelly akan tetapi wanita yang dinikahi oleh pria itu bukanlah Kelly jadi secara tak langsung ia telah mengecewakan Saddam.
Nadia berpikir tak seharusnya ia menggunakan pakaian tersebut dan ia akan memakai pakaian yang ia masukkan ke dalam cover walaupun pakaian tersebut rata-rata compang camping dan juga beberapa ada tambalan.
Nadia masuk ke dalam kamar mandi dan berganti pakaian. Ia pun lalu keluar dan kemudian mendengar suara ketukan pintu. Nadia lantas bergegas untuk membukakan pintu.
Ia mengernyitkan heran melihat pria yang sangat asing di depan matanya. Namun akan tetapi Nadia hanya tersenyum ke arah laki-laki tersebut.
"Tuan menyuruh Anda untuk makan di dapur. Satu lagi, gunakan baju yang ada di dalam lemari jangan menggunakan baju ini. Kau sekarang adalah istri dari Tuan Saddam dan tak seharusnya kau memakai baju yang ada tambalan seperti itu dan membuat malu tuan Saddam seolah-olah dia tak bisa membiayai hidup mu."
Nadia sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh asisten Saddam tersebut. Setelah pria itu pergi Nadia termenung di depan pintu mencerna kata-kata dari asisten Saddam tersebut.
"Benarkah diri ku harus menggunakan baju itu? Apakah baju itu tidak terlalu mewah buat ku?"
Namun dipikirkan lagi memang ada benarnya Jika ia harus menggunakan baju yang lebih terlihat mewah agar tidak memalu-malukan Saddam.
__________
Nadia memasuki ruang makan yang sangat indah dan juga tak pernah terbayangkan jika ia akan makan di tempat semegah ini. Walaupun rumahnya sangat indah dan tak kalah mewah dengan rumah milik Saddam tapi tetap saja Nadia tak pernah sama sekali merasakan kemewahan tersebut.
Pada hari ini ia diperlakukan seperti bak seorang princess. Apalagi keluarga Saddam menyambutnya dengan baik. Padahal Nadia sudah sangat ketakutan jika orang tua Saddam tak menganggap dirinya.
"Hari ini kami datang karena ingin memastikan jika laki-laki dingin itu tak mengabaikanmu. Malam ini kalian harus tidur satu kamar."
Nadia sangat terkejut dan melirik ke arah Saddam yang fokus menyantap makanannya. Tampaknya Sadam tidak peduli dan Nadia harus seperti apa? Pria itu benar-benar cuek dengan sekitarnya dan dari tadi dia belum sama sekali membuka suara. Nadia tersenyum bingung dan kemudian menganggukkan kepalanya.
Ibu dari Saddam melirik ke arah anaknya terlalu kemudian ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Anak kandungnya memang seperti itu dan ia sendiri sifat Saddam berasal karena kedua orang tuanya tidak seperti itu.
"Saddam! Dia adalah istri mu! Kau sudah memiliki istri masih saja seperti seorang bujangan."
"Hm, ya aku tahu."
Nadia terkejut dengan respon Saddam yang terlalu singkat. Ia memperhatikan laki-laki tersebut dengan seksama karena sungguh tak percaya dengan sifat yang Saddam miliki saat pertama kali mereka bertemu.
"Kau jangan merasa heran dengannya, dia memang seperti itu dan kau seharusnya bisa menjinakkan anak ini."
Tampaknya Nadia akan memikul beban yang berat. Nadia menganggukkan kepalanya merasa sangat tidak yakin.
"Tidak perlu."
Setelah mengatakan hal tersebut, Saddam langsung meninggalkan tempat makan. Lagi-lagi pria itu mengejutkan Nadia.
"Kau harus bisa terbiasa dengan sifatnya."
"Baik Mama!" Rasanya sangat nyanggung menyebut orang yang baru dikenalnya dengan sebutan mama.
Acara makan tersebut pun berakhir dan Nadia langsung disuruh untuk ke kamar menemui Saddam.
Antara merasa yakin dan tidak yakin Nadia pun mengikuti perintah dari sang ibu. Ia mengetuk pintu Saddam dengan ragu-ragu. Lalu pintu tersebut dibuka Dan ia melihat wajah Saddam yang datar seperti tembok sedang menatap ke arah dirinya.
"Masuklah."
Nadia membulatkan matanya mendengar instruksi tersebut. Ia pikir Saddam makan marah kepadanya. Nadia pun masuk ke dalam kamar pria itu dan ia sendiri kebingungan harus melakukan apa.
"Kau bisa tidur di sana!" tunjuk Saddam ke arah ranjang miliknya.
"Lantas kau?"
"Tidak usah bertanya-tanya."
Saddam lantas langsung melanjutkan mengerjakan beberapa file yang harus Ia kirim. Nadia tak ingin banyak berbicara dan ia pun naik ke atas ranjang dan kemudian duduk dengan wajah termenung sembari memperhatikan Saddam.
Saddam tahu jika dirinya tengah diperhatikan oleh Nadia. Maka dari itu ia menatap ke arah wanita tersebut dengan pandangan datarnya.
"Tidak usah menatapku seperti itu, tidurlah."
Kemudian Saddam pun kembali fokus pada pekerjaannya. Sementara Nadia ia tak bisa fokus sama sekali karena wanita itu merasa gugup satu kamar dengan Saddam.
Saat sadar melepaskan kacamatanya dan kemudian mengatur rambutnya dan tampak tak seperti laki-laki yang culun membuat Nadia sangat terkejut. Saddam sangatlah tampan dan menurutnya pria itu adalah yang paling tampan yang pernah dilihatnya.
_________
TBC