Zahra, seorang perempuan humoris dan ceria, dipaksa menikah muda oleh kakaknya sendiri. Cinta memang tak seindah yang dibayangkan. Zahra sendiri tidak pernah bisa membedakan apa itu perasaan cinta terhadap lawan jenis, ia hanya merasakan cinta terhadap Allah, orangtua, selebihnya Zahra belum pernah menyukai seseorang atau bahkan menyatakan perasaannya. Ia masih labil, fokusnya hanya pada pendidikan dan karir semata.
Haruskah Zahra mencintai kak Nanda ? karena sebenarnya Zahra belum pernah merasakan apa itu cinta sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ira Rostina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berangkat Kerja
Entah apa yang harus Zahra lakukan, ia benar-benar sangat bingung pagi ini. Ia harus memutuskan apakah akan bekerja di restoran kak Nanda atau tidak. Bahkan pagi ini Nurul sudah beberapa kali menghubunginya, tapi Zahra tak mengangkat telponnya. Ia benar-benar tidak mau berhutang budi lagi kepada Nanda. Jika harus bertemu setiap hari dengan Nanda di tempat kerja, itu akan mengingatkan dirinya kepada hutang kakaknya. Itu akan benar-benar buruk dan ia tidak akan benar-benar bisa bekerja dengan sepenuh hati.
"Ra, ada Rama sama Dina didepan, katanya lagi nungguin kamu mau lari pagi." ucap Bu Mela yang sudah masuk ke kamar Zahra.
"Oh iya Bu, aku siap siap dulu ya." ucap Zahra sambil bergegas ganti baju dan memakai kerudungnya.
'maafin aku Nurul, aku gak bisa bekerja di restoran itu'ucap Zahra dalam hati. Ia benar-benar sedih karena tidak bisa bekerja bersama Nurul. Padahal Nurul yang begitu semangat mengajaknya untuk bisa bekerja direstoran itu.
Akhirnya Dina, Zahra dan Rama pun lari pagi bersama mengelilingi kampung halamannya. Ya, mereka adalah teman masa kecil, sudah lama sekali mereka berteman. Karena kebetulan Dina lagi tidak ada jam kuliah, Mereka pun akhirnya berencana untuk lari pagi bersama. Namun ketika mereka bertiga sedang berlari bersama, ternyata ada yang mengikutinya. Itu adalah Nurul. Ia ternyata sudah rapi dan berniat ke rumah Zahra, namun melihat Zahra yang sedang berlari pagi, akhirnya Nurul pun menghentikan motornya.
"ZAHRA!!!" teriak Nurul.
"Lo Mau kemana ??"
Zahra yang mendengar namanya dipanggil, sontak langsung menengok dan ternyata ia adalah Nurul. Zahra pun segera menghentikan langkah kakinya.
"Nurul? Lo kenapa kesini?" tanya Zahra.
"Ya mau berangkat kerja bareng lah. hari ini kan hari pertama kita kerja, apa Lo gak lupa?" tanya Nurul benar-benar tidak percaya dengan Zahra yang malah dengan santainya sedang lari pagi.
"Gue kan udah chat Lo rul. Kalo gue gak jadi kerja disitu. Gue mau cari kerjaan lain aja." ucap Zahra.
"Lo gak setia kawan banget deh Ra. Lo kenapa sih? tinggal kerja aja susah banget. Padahal kemarin, Lo yang semangat banget buat kerja. Lo tuh kenapa sih?" tanya Nurul heran sekali dengan sahabatnya ini.
"Nurul pliis!! ngertiin aku. Maafin aku bener-bener gak bisa kerja disitu. Insya Allah nanti aku akan cerita ke kamu kenapa aku gak bisa kerja disitu, tapi gak sekarang. Aku butuh waktu. plis ya rul." ucap Zahra meyakinkan sahabatnya itu.
"Udahlah Lo bener-bener bukan sahabat gue. Mending gue cabut aja." ucap Nurul kecewa dengan Zahra.
"Gak gitu juga dong rul. Lo jangan marah."
"Dahlah terserah Lo. Mendingan gue pergi kerja. Awas aja ya kalo Lo gak cerita alasannya!!" ucap Nurul sambil pergi meninggalkan Zahra dengan motor beat merahnya.
"Makasih ya rul, Lo udah ngertiin gue." teriak Zahra kepada Nurul.
Zahra pun melanjutkan kembali berlari dengan Rama dan Dina.
"Siapa dia? temen Lo? Lo udah keterima kerja?" tanya Rama yang tidak sengaja mendengar percakapan Zahra dan Nurul.
"Iya, tapi gak gue ambil." ucap Zahra.
"Kenapa ra?" tanya Dina yang sama sama kepo.
"Ya, gue ngerasa gak cocok aja sama tempat kerjanya. " ucap Zahra terpaksa berbohong kepada teman-temannya itu.
"Emang kerja apaan Ra? ditoko atau apa? gue kira Lo mau lanjut kuliah Ra." ucap Rama ia menyangka Zahra akan melanjutkan kuliah. Karena Rama tau kalau Zahra termasuk siswa yang rajin.
"Restoran sih tempatnya, nggak lah. gue gak jadi lanjut." ucap Zahra.
"Kenapa gak lanjut? padahal kan terakhir Lo bilang udah daftar sbmptn kan ." ucap Dina.
"Iya, tapi gak ke terima jadi yaudahlah gue gak kuliah aja." ucap Zahra.
"Kenapa gak daftar mandiri aja coba, Lo pasti udah keterima. Kalo soal biaya Lo bisa pinjam juga ke bokap gue." ucap Dina. Dia memang terlahir dikeluarga yang cukup berada. Orangtua Dina sangat menginginkan anaknya menjadi orang besar, bahkan sekarang Dina pun kuliah jurusan Dokter gigi sesuai dengan keinginan orangtuanya.
"Nggak lah, gue gak mau punya hutang. Nanti bakalan kepikiran." ucap Zahra.
'hutang 300 juta udah bikin aku pusing!. plis jangan ditambahin' ucap Zahra dalam hati.
"udah deh pokoknya jangan bahas kuliah. Gue udah mutusin gak bakal lanjut kuliah dulu, gue mau kerja dulu aja." lanjut Zahra.
"Tunggu dulu, tadi Lo bilang Lo keterima di restoran ya?" tanya Rama.
"Iya."
"Itu kan udah besik Lo banget Ra! Lo kan suka banget masak kan dari kecil. Kenapa nggak diambil coba. Bahkan cita-cita Lo dari kecil kepengen jadi chef kayak chef Juna. Disaat anak-anak suka kartun, Lo malah suka master Chef kan. inget banget gue..." ucap Rama sambil tersenyum.
"Hehehe, itu kan dulu. sekarang udah beda lagi lah."ucap Zahra.
"apanya yang beda? Lo udah nggak suka masak?" tanya Rama lagi.
"Nggak sih, ya gue biasa aja sih masak juga nggak jago-jago amat, masih sama-sama belajar. Jadi gue pikir gue mau coba dulu yang lain." ucap Zahra.
"Tapi aneh banget deh. Terus kenapa Lo malah ngelamar kerja ke restoran itu coba? kalo emang Lo gak bakalan mau kerja disana." ucap Rama. Ia merasa aneh kalau Zahra keterima di restoran itu kan artinya sebelumnya juga Zahra sudah melamar kerja ke restoran itu.
"Udah lah, panjang ceritanya. Kepo banget deh malah nyeritain yang nggak penting." ucap Zahra. Ia tidak mau lagi membahas soal pekerjaan itu.
...****************...
Akhirnya setelah lari pagi mengelilingi kampung, Zahra pun pulang ke rumah dan dilihatnya sebuah mobil terparkir didepan rumahnya. Zahra mengira kalau sedang ada tamu dirumahnya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam Warahmatullahi wabarakatuh." jawab Nanda.
"Kak Nanda ? kok ada disini?" tanya Zahra terkejut dengan kehadiran Nanda dirumahnya.
"Ya mau jemput kamulah. Sekarang hari pertama kerja malah mau kesiangan. mau dihukum kamu?" Nanda mencoba mengancam Zahra.
"iyaa nih, pagi-pagi sekali Nanda udah dateng kesini, katanya mau jemput kamu buat kerja. Eh ibu kan taunya kamu lagi lari pagi." ucap Bu Mela yang baru datang sambil membawa beberapa goreng pisang buatannya.
"Kak, mohon maaf ya aku kan sudah bilang, kalau aku nggak jadi ambil pekerjaan ini. maaf ya kak." ucap Zahra.
"Hmmm. percuma dong saya nunggu lama kamu disini, tapi ternyata kamunya nggak jadi kerja. " ucap Nanda dengan wajah cemberut.
"Lagian ibu juga nggak tau kalau kamu ternyata ngelamar kerja. Yang ibu tahu juga kamu kan sudah daftar kuliah." ucap Bu Mela yang heran ternyata anaknya itu sudah melamar kerja.
"Iya Bu, sebenarnya aku hanya ingin bekerja dulu lah daripada dirumah terus." ucap Zahra.
"bantu kak Rizky juga bisa, nggak usah ngelamar kerja seperti ini."ucap Bu Mela. Zahra hanya diam aja.
"Bu, Mohon maaf. saya mau izin bawa Zahra boleh ?"tanya Nanda kemudian.
"mau nganterin Zahra ke tempat kerja?"tanya Bu Mela.
"iya, kebetulan juga Zahra kan kerja ditempat saya." ucap Nanda.
"oh ditempat kerja Nak Nanda? kalo boleh tau nak Nanda kerja dimana ??" tanya Bu Mela. Ada rasa bahagia mendengar ternyata Zahra bekerja dengan Nanda.
"Kebetulan aku baru aja buka restoran Korea Bu, dan membuka lowongan besar-besaran. trus Zahra juga ternyata melamar pekerjaan ke restoran saya ini." ucap Nanda.
"Yaudah gak papa deh, kalo kamu kerja sama nak Nanda. Dia kan baik dan ibu udah kenal juga. Mendingan sekarang kamu mandi dan ganti baju ayooooooo!!! kasian Nanda udah nungguin kamu lama banget." ucap Bu Mela kemudian.
"Tapi buuu. aku gak mau..." ucap Zahra.
"Udah jangan banyak alesan. Orang kamu yang duluan melamar kerja." ucap Bu Mela sambil sesekali mendorong tubuh Zahra untuk segera ke kamar mandi.
Akhirnya mau tak mau, Zahra pun segera bersiap-siap untuk pergi bekerja. Ia benar-benar kesal dengan Nanda yang seenaknya menjemputnya.
Bersambung....