Aziya Yunita Wijaya dia terpaksa masuk pesantren karena sikap Aziya yang nakal karena pergaulan dengan teman temannya, apa lagi saat itu Aziya merasa sakit hati karena di tinggal pacarnya menikah.
karena sikap Aziya semakin tak terkendali orang tua nya pun memutuskan memasukan Aziya ke pesantren.
namun apa Aziya bisa berubah saat sudah masuk pesantren? apa lagi banyak hinaan dan cacian pada Aziya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon leni nurleni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 7
Sore harinya Zia hanya diam di kamar karena hari ini dia datang bulan jadi dia tak bisa ikut mengaji, Zia duduk termenung di ranjang kamarnya.
"Huhh, aku rindu pada kak Raya Oh ya ampun kakak ipar aku sering menjahili mu dan sekarang aku rindu padamu" ucap Zia bermonolog sendiri.
Zia mengambil ponselnya yang dia sengaja sembunyikan dari yang lain, karena Zia tau betul kalau pesantren ini tak boleh membawa ponsel apa lagi memakainya.
Hanya orang orang tertentu yang bisa membawa ponsel dan menggunakannya dengan bebas di pesantren ini.
Zia menyalakan data seluler ponselnya dan banyak sekali pesan yang masuk dari aplikasi hijaunya bahkan banyak sekali panggilan tak terjawab.
"Akash" gumam Zia.
"Ada apa laki laki brengs*k ini menghubungi aku lagi, apa dia menyesal karena sudah meninggalkan aku" gumam Zia tersenyum kecut.
Sedangkan di sisi lain Adam tengah mencari Zia di kerumunan para santriwan dan santriwati, namun sejak tadi Adam tak menemukan keberadaan Zia.
"Ning apa kau melihat Zia" tanya Adam pada Rena adik kandungnya.
"Gus, kak Zia ada di kamarnya dia sedang datang bulan jadi tak ikut ngaji" ucap Rena.
"Oh baiklah aku akan datang kesana" ucap Adam.
Adam berjalan ke kamar Zia, namun betapa terkejutnya Adam saat melihat Zia yang sedang memegang ponsel.
"Kau membawa ponsel" tanya Adam.
"Gus ini tak seperti yang kau lihat" ucap Zia.
"Berikan ponselnya padaku" ucap Adam.
"Jangan begitu Gus, ini punya ku kau tak berhak mengambilnya" ucap Zia.
"Kau tau betulkan bagaimana peraturan pesantren ini lalu kenapa kau malah membawa ponsel" ucap Adam.
"Pliss jangan marah" ucap Zia memohon.
"Gak marah cuman aku mau menyita ponsel kamu saja" ucap Adam.
"Apa kau akan menghancurkannya" tanya Zia.
"Kenapa di hancurkan" tanya Adam.
"Ya aku pernah lihat di televisi kalau ada yang membawa ponsel ke pesantren maka pihak pesantren akan menghancurkan ponselnya, pliss jangan di hancurkan itu baru soalnya" ucap Zia.
"Itu kan di televisi, di sini tidak Zia di sini ponsel hanya akan di sita saja tidak akan di hancurkan" ucap Adam.
"Syukurlah".
"Ayo mengaji" tanya Adam.
"Aku sedang datang bulan" ucap Zia.
"Baiklah kamu bisa istirahat, lihat dua santri itu mereka juga ijin karena datang bulan bergabung lah dengan mereka" ucap Adam.
"Bisakah aku istirahat saja aku kurang enak badan" ucap Zia.
"Oh ya apa karena tadi aku mengajak mu ke pasar" tanya Adam.
"Mungkin saja karena semua barang aku yang bawa, untung saja ada Gus Fauzi yang tampan dan baik hati itu kalau tidak mungkin aku akan menjadi nyamuk di antara kau dan Ning Marwah" ucap Zia.
"Oh ya, maafkan aku Zia tolong dukung aku, Ning Marwah itu cinta pertama dan terakhir lama aku memendam perasaan ini sampai sekarang akhirnya Ning Marwah datang kembali, mungkin memang kita berjodoh" ucap Adam.
"Ck jodoh, dengar Gus aku sarankan sebaiknya kau segera menikah karena suatu hubungan akan pisah jika tak punya sebuah ikatan, kau tak mau kan Ning Marwah meninggalkan mu dan memilih orang lain, aku sarankan segera lah lamar dia" ucap Zia.
"Kau benar Zia, dari mana kau tau kata kata itu" tanya Adam meragukan Zia.
"Aku pernah merasakannya" ucap Zia tersenyum tipis mengingat penghianatan Akash pada dirinya dahulu.
"Baiklah aku akan kesana, semoga sukses dan untuk ponsel ku kau bisa menyimpannya tapi ingat jangan kau hancurkan ponsel ku yang mahal itu sebab uang cicilannya belum lunas" ucap Zia berbisik pada Adam saat membicarakan ponselnya.
"Ponsel bagus tapi sayang cicil" sindir Adam.
"Segitu pun aku punya" ucap Zia melengos pergi.
Zia membantu kedua santriwati yang sedang menanam bunga di taman pesantren itu, Zia hendak mendekatinya namun kedua santri itu pun seolah menjauh dari Zia.
"Ada yang bisa aku bantu" tanya Zia berusaha ramah padahal Zia sangat tau kalau kedua bocah itu sedang menghindarinya.
"Jangan mendekat pel*kor, kau merusak hubungan orang" ucap satu Santri pada Zia.
"Hah kalian bicara apa" tanya Zia tersenyum tipis dan melipat tangannya di dadanya.
"Kau sudah merusak hubungan Gus Adam dengan Ning Husna".
"Asal kalian tau saja ya, yang merusak hubungan mereka tuh bukan aku tapi dia Ning Marwah" ucap Zia menunjuk Marwah yang sedang mengajar santriwati.
"Jangan bicara sembarangan".
"Kalian gak tau saja, aku sih gak peduli" ucap Zia pergi dari sana dan masuk ke rumah Umi untuk membantu Umi memasak.
"Assalamualaikum Abah, Umi" sapa Zia yang baru saja masuk kedalam rumah Umi Arum.
"Waalaikumsalam, Zia Hayu masuk" ucap Abah.
"Terima kasih Abah, aku ingin membantu Umi masak" ucap Zia.
"Oh hayu ke dapur" ucap Umi.
"Ayo Umi, permisi Abah" ucap Zia.
"Ini Neng Zia berantakan, banyak yang harus di iris" ucap Umi.
"Biar saya bantu Umi" ucap Zia.
"Silahkan" ucap Umi dengan senang hati.
Zia mengupas bawang merah dan bawang putih baru kali ini Zia memegang bumbu dapur karena selama ini Zia tak pernah masak karena ada pembantu di rumah, bahkan saat pembantu tak ada pun hanya kakaknya Zia saja yang masak.
"Neng Zia tolong ambilkan lengkuas" titah Umi.
Zia bingung karena gak tau seperti apa bentuk lengkuas bahkan Zia tak tau nama nama bumbu dapur.
Zia membawa bumbu dapur yang berwarna kuning.
"Ini Umi" ucap Zia.
"Neng Zia ini mah Koneng, bukan yang ini tapi yang itu" ucap Umi menunjuk lengkuas.
"Oh maaf Umi, Zia gak tau soalnya Zia belum pernah masak Umi baru sekarang masak" ucap Zia jujur.
"Jadi Neng Zia gak bisa masak" tanya Umi.
Zia menggelengkan kepalanya.
"Tapi masak mie bisakan" tanya Umi yang masih di balas gelengan kepala oleh Zia.
"Lalu Neng Zia bisanya apa" tanya Umi.
"Aku hanya bisa makan Umi" ucap zia.
Umi tertawa mendengar ucapan Zia barusan, Zia hanya ikut tersenyum saja melihat Umi tertawa mentertawakan dirinya.
Mengaji sudah selesai waktunya para santri istirahat dan waktu ini sebagian santri pasti akan mengunakannya untuk mencuci pakian dan besoknya akan di jemur.
"Umi semuanya sudah beres, aku pamit" ucap Zia yang langsung pergi dari sana.
Zia keluar dari rumah Umi Arum, dia terkejut karena melihat kedua orang tuanya yang sedang berdiri tak jauh darinya.
"Mamah" teriak Zia yang langsung memeluk mamahnya dengan erat.
"Mamah bawakan pakaian untukmu" ucap Nita.
"Mamah lama" ucap Zia kesal.
"Mamah mencari dulu pakian untuk mu di pasar Zia tak ada yang sesuai untukmu" ucap Nita.
"Baiklah ambil ini dan mamah akan bertemu dengan Umi Arum" ucap Nita.
"Masuk saja Mah Umi ada di dalam" ucap Zia.
Zia membawa kopernya ke dalam kamarnya, seketika para santriwan dan santriwati mendadak baik pada Zia bahkan banyak sekali para santri yang tersenyum menatap Zia.
"Gak sangka ternyata Wanita Nak*l itu anaknya Ibu Nita yang kaya raya itu".
"Kasihan ya Bu Nita padahal dia dan pak Topan baik tapi kenapa anaknya Nak*l begitu".
"Biasa, Anaknya itu tinggal di kota sedangkan Bu Nita tinggal di Desa, tentu saja sangat berbeda".
"Tapi kenapa Zia tak pernah cerita kalau Bu Nita itu Ibunya".
Begitulah bisik bisik para santriwati membicarakan Zia.
Bersambung..
ngeriah kalo ngidam gitu
mudan cepat terbongkar si rosa itu geregetan aku loh thor
aku juga jurusan bhs inggris
dan aku sekarang mengikuti pengajian tasaup jadi aku rasa thor juga sama dengan ku
kalo gk salah tebak 🥰
aku juga pernah mengalami itu jika dengan tidak ada cobaan kita tidak tau seberapa kuatnya kita menghadapi masalah
tuhan tidak tidur saro