Kisah seorang gadis yatim piatu yang bernama Stella Anggraeni yang berkerja di sebuah perusahaan seorang Ceo yang bernama William.
Keduanya terlibat cinta dan mengakibatkan seorang Stella hamil di luar nikah, William tidak bisa bertanggung jawab karena sudah mempunyai seorang calon istri. William meminta agar Stella menggugurkan kandungnya.
Stella memilih meninggalkan William dan menjalani kehidupan sendiri dengan seorang anak perempuan yang di beri nama Angelica.
Bagaimana Stella menjalani hidupnya? Mari kita simak perjalanan hidup Stella!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
William bangun tidur lebih awal, dia langsung membersihkan diri dan bersiap-siap pergi ke kantor. Di pandangnya wajah cantik Stella yang masih terlelap tidur. Dia hendak membangunkan tetapi merasa kasihan.
"Cantik sekali gadis ini," kata William dalam hati.
Suara ketukan pintu membuatnya mengalihkan pandangannya dari wajah cantik Stella, lalu di buka pintu itu yang ternyata adalah Rico.
"Ada apa? mengganggu saja!" ucap William.
"Nyonya Karin sudah menunggu Tuan, untuk sarapan," ucap Rico.
"Siapkan keperluan gadis itu, aku tunggu di meja makan!" kata William. Kemudian pergi dari kamarnya dan menuju ke ruang makan.
Rico membangunkan Stella, tanpa menyentuhnya karena kalau William tau pasti akan kena marah.
Stella mulai membuka matanya, lalu perlahan bangun.
"Pak! kenapa anda ada di sini!" kaget Stella, saat melihat Rico.
"Tuan sudah menunggu Nona, sekarang lebih baik bersihkan tubuh Nona dan bersiap pergi ke kantor," kata Rico.
Di meja makan William ngobrol dengan Mamahnya, sembari menunggu Stella datang.
"William, apa yang kamu lakukan? kenapa tidur dengan perempuan?" tanya Karin.
"Mamah, tenang saja! William tidak menyentuhnya," kata William.
"Kalau khilaf bagaimana? jangan sembarangan kamu!" ucap Karin.
"Wanita itu bukan selera William, Mah," kata William.
Stella datang dengan Rico, mereka ikut bergabung di meja makan. Karin menatap wajah Stella penuh dengan kebencian.
Mbok Yem sudah menyiapkan berbagai menu sarapan, karena sangat lapar Stella makan dengan porsi yang lumayan banyak.
Setelah selesai makan, Stella ikut membantu Mbok Yem membereskan meja makan.
"Non, sudah biar Mbok saja," kata Mbok Yem.
"Tidak apa-apa Mbok, Stella sudah biasa melakukan pekerjaan seperti ini," ucap Stella.
"Nanti Tuan marah, kalau menunggu lama," kata Mbok yem lagi.
"Nona, ayo kita berangkat! Tuan sudah menunggu di mobil!" kata Rico.
"Mbok, Stella berangkat kerja dulu!" pamit Stella, sembari menjabat tangan Mbok Yem dan menciumnya.
Di dalam mobil Stella harus duduk bersebelahan dengan William, Stella menatap wajah tampan William.
"Cakep juga ini orang kalau tidak galak," ucap Stella dalam hati.
"Rico, ayo jalan!" kata William, membuat Stella mengalihkan tatapannya.
Di dalam perjalanan Stella berbicara dengan Rico, tetapi William membentaknya menyuruh mereka untuk diam.
"Tuan, Nona Kiana meminta berkas yang belum di tandatangani kemarin," ucap Rico.
"Anak itu lagi! aku sudah menolak kerjasama itu!" kata William.
Sampai di kantor, ternyata Kiana sudah menunggu di depan ruang kerja William.
"Gak ada kerjaan apa? pagi-pagi sudah menunggu di sini!" kata William, sembari melangkahkan kaki ke dalam ruangannya di ikuti Stella dan Rico.
"William, kamu keras kepala sekali! cepat tanda tangani berkas ini!" kata Kiana.
"Aku tidak mau!" kata William.
"Jangan seperti anak kecil, kamu!" bentak Kiana.
"Rico, suruh dia keluar!" kata William.
Dari dulu memang William dan Kiana tidak pernah akur, walaupun kerja satu kantor mereka tetap seperti anjing dan kucing.
Rico menuruti apa kata William, dia menyuruh Kiana kembali ke ruang kerjanya. Rico juga berpamitan keluar, karena ada yang harus di selesaikan.
Stella mengerjakan pekerjaannya, dia tidak peduli dengan William yang saat ini menatapnya.
"Bagaimana rasanya tidur di kandang kuda? nyenyak bukan?" tanya William.
"Nyenyak Tuan, sampai saya tidak bisa tidur," jawab Stella, tetap fokus dengan berkasnya tanpa melihat William.
William tertawa mendengar jawaban Stella, dia berjalan menuju ke meja kerja Stella.
