NovelToon NovelToon
AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:499.8k
Nilai: 5
Nama Author: 01Khaira Lubna

Karena sang putra yang tengah sakit, suami yang sudah tiga hari tak pulang serta rupiah yang tak sepeserpun ditangan, mengharuskan Hanifa bekerja menjadi seorang Badut. Dia memakai kostum Badut lucu bewarna merah muda untuk menghibur anak-anak di taman kota.

Tapi, apa yang terjadi?

Disaat Hanifa tengah fokus mengais pundi-pundi rupiah, tak sengaja dia melihat pria yang begitu mirip dengan suaminya.

Pria yang memotret dirinya dengan seorang anak kecil dan wanita seksi.

''Papa, ayo cepat foto aku dan Mama.'' Anak kecil itu bersuara. Membuat Hanifa tersentak kaget. Tak bisa di bendung, air mata luruh begitu saja di balik kostum Badut yang menutupi wajah ayu nya.

Sebutan 'Papa' yang anak kecil itu sematkan untuk sang suami membuat dada Hanifa sesak, berbagai praduga dan tanda tanya memenuhi pikirannya.

Yang penasaran, yuk mampir dan baca tulisan receh Author. Jangan lupa like, subscribe dan follow akun Author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pov Setya 2

Motor ku laju membelah jalanan, panas begitu terik, wanita yang duduk di belakang ku seperti gelisah, tangan nya tak pernah diam, terkadang ia menggunakan tangan nya untuk menutupi paha yang terbuka, terkadang juga bergantung pada pinggang ku dan terkadang ia menyembunyikan tangannya yang tanpa lengan tepat di belakang punggung ku. Aku yang menyetir hanya diam, aku fokus ketujuan, mengantarkan wanita ini pulang kerumahnya dengan selamat, setelah itu aku dapat bayaran. Selama menjadi tukang ojek, berbagai macam jenis penumpang telah aku temui. Ada yang sifatnya cuek, diam aja. Ada yang ramah, ada yang genit, dan ada yang seperti perempuan di belakang aku saat ini, duduk gelisah, sepertinya ia tidak sabar lagi ingin sampai rumah.

''Duh, panas banget, ya, Mas.'' ucapnya memulai obrolan.

''Iya.'' jawabku singkat.

''Mas udah lama jadi tukang ojek nya?'' tanyanya. Suaranya terdengar tidak jelas karena terbang terbawa angin.

''Ya lumayan lah, sudah hampir lima tahunan, tapi kadang-kadang aku juga merangkap menjadi sopir kalau ada yang nawarin.''

''Waw lama ya, kok betah amat sih Mas jadi tukang ojek? Padahal tampang Mas menjanjikan banget untuk beralih profesi lain. Emang Sopir apaan?'' ucap wanita itu lagi, sesaat kami terlibat obrolan yang tak putus.

''Ya balik lagi, karena keahlian aku cuma ini Mbak. Dan karena aku juga merasa nyaman aja, karena mangkalnya dekat rumah. Kadang aku jadi sopir pribadi kadang juga sopir mobil yang memuat barang.''

''Wah Mas bisa juga nyetir?''

''Bisa.''

''Mmm kalau begitu Mas mau tidak jadi sopir pribadi aku aja?''

''Maksudnya?''

''Ya, Mas mau tidak bekerja dengan aku, Mas Jadi sopir pribadi aku gitu. Antar jemput aku, nemenin aku kalo lagi keluar. Kebetulan aku emang lagi butuh seorang sopir.'' suara wanita itu terdengar antusias.

''Ya nantilah aku pikir-pikir.'' jawabku.

Setelah menyetir cukup lama, wanita itu menunjukkan jalan kerumahnya, ternyata rumahnya terletak dikawasan elit. Wanita ini memang wanita berada, sudah terlihat dari penampilan nya.

''Terimakasih ya, Mas.'' wanita itu sudah turun dari motor, ia berdiri di depan pintu pagar, ia memberi helm. Rambutnya yang tergerai bertebangan tertiup angin. Wajahnya lumayan cantik. Tapi masih cantikkan Hanifa, istriku.

''Iya. Sama-sama.''Jawabku, menerima helm yang di ulurnya.

''Emm M-mas, boleh mintak nomer Ponsel nya tidak? Tawaran aku tadi beneran lho.'' wanita itu berbicara dengan nada suara terdengar ragu, ekspresi wajah nya pun seperti malu-malu.

''Boleh.'' jawabku cepat. Lalu aku menyebutkan satu persatu angka nomer ponselku. Wanita itu pun mengetik di ponsel miliknya.

''Oke terimakasih. Nanti akan aku hubungi mengenai gaji dan cara kerjanya ya. Oh ya, ini uang nya.'' ucap wanita itu, wajahnya tersenyum mengembang. Lalu ia memberi uang seratus ribu kepada aku. Aku mengambil uang kembalian nya.

''Tidak usah Mas. Lebihnya untuk Mas aja.'' katanya. Lalu ia berlalu masuk. Aku mengucapkan syukur, karena tarikan pertama aku sudah mendapatkan uang sebanyak seratus ribu. Hanifa pasti senang nantinya.

****

Malam harinya sekitar pukul sebelas malam wanita itu beneran menghubungi aku. Kami berbicara via telpon. Saat itu Hanifa dan Arif sudah tidur. Wanita yang memperkenalkan namanya dengan Arumi itu memiliki kepribadian yang ceria. Saat kami berbicara suaranya tidak terdengar kaku. Dia meminta agar aku mulai bekerja menjadi sopirnya besok lusa, aku pun mengiyakan, karena gaji yang ia janji cukup besar. Tiga juta lima ratus ribu rupiah katanya, untuk bulan pertama. Kalau kinerja aku bagus maka ia akan menaikkan lagi.

Aku sungguh senang mendapat pekerjaan yang menurutku cukup menjanjikan. Berharap perekonomian keluarga kecil ku berubah, tidak berada di tempat lagi.

**

Keesokan nya, aku pamit sama Hanifa. Aku mengatakan akan pergi mangkal seperti biasa. Aku memang sengaja tidak memberi tahu tentang pekerjaan aku saat ini, karena aku ingin memberi kejutan untuk Istriku. Aku akan mengumpulkan uang gaji yang aku terima di bulan depan, aku ingin membeli sesuatu untuknya, yaitu berupa kalung emas.

Untuk pegangan Hanifa, aku rasa aman selama sebulan ini, Karena setiap harinya aku selalu memberi ia uang lebih. Sudah pasti ia ada menyimpan uang.

***

Hari berganti hari.

Selama bekerja di rumah Arumi aku merasa sangat nyaman, aku dan Arumi kalau mengobrol begitu nyambung. Dia orangnya juga sangat royal, kalau ia sedang makan di restoran mahal ia tidak sungkan untuk mengajak aku. Sudah hampir tiga minggu aku tidak pulang, karena Arumi selalu melarang, dan karena jadwal kami memang padat. Aku selalu menemani nya pergi mengecek cabang rumah makannya yang ada di daerah-daerah kecil.

Hari Minggu pun saat aku ingin pulang ia melarang. Aku di mintanya untuk menemaninya berlibur bersama putri semata wayangnya, Caca. Caca anak yang lucu, dia cantik dan sama seperti Arumi, periang. Jujur saja selama hampir tiga minggu itu susah payah aku menahan rasa rinduku terhadap Hanifa dan Arif, mau menghubungi nya, ia tak punya ponsel.

Suatu malam, di Villa saat aku menemani Arumi berlibur. Aku duduk sendirian di tepi kolam renang, aku menatap rembulan yang cahayanya terang, pikiran ku berkelana memikirkan Hanifa dan Arif. Bagaimana keadaan mereka? Apakah mereka sehat? Sebatang rokok menemani malam dingin ku.

Namun tiba-tiba Arumi yang berpakaian begitu seksi datang menghampiri aku. Ia hanya memakai baju tidur tipis tanpa lengan dan bawahannya di atas lutut. Entah mengapa tiba-tiba aku merasa sedikit grogi.

''Kenapa belum tidur? Kamu lagi memikirkan apa?'' tanyanya. Sekarang ia telah duduk tempat di sampingku. Ia ikut menjuntaikan kakinya kedalam kolam renang, merasakan dinginnya air, persis sama apa yang aku lakukan. Aroma parfum nya yang menenangkan menusuk penciuman.

''Aku lagi memikirkan anak dan istriku di rumah Non Arumi.'' jawabku. Kami memang sudah saling mengetahui, ia sudah mengetahui kalau aku sudah berkeluarga.

''Pasti kamu sangat merindukan mereka, ya? Jangan panggil Non lagi, anggap aja kita ini temenan.'' katanya. Dari awal Arumi memang selalu melarang aku agar jangan memanggil ia dengan sebutan Non. Tapi aku merasa tidak enak.

''Ya begitu lah. Caca sudah tidur ya?'' tanyaku. Tatapan mata kami lurus kedepan. Ia juga sedang memandang rembulan.

''Sudah. Tuh tadi Caca nanyain kamu. Karena dua malam ini kamu selalu membaca dongeng sebelum tidur untuk dirinya, seperti nya dia mulai bergantung pada mu. Hah ... Terimakasih ya, karena kehadiran kamu Caca bisa merasakan hangatnya dekapan seorang Ayah. Dulu dia kehilangan Papa nya di usia yang masih sangat belia. Kasihan sekali putriku.'' Arumi berkata dengan suara lirih dan menghembuskan nafas kasar.

''Insya Allah aku akan selalu ada untuk Caca saat Caca butuh.'' ucapku tiba-tiba tanpa ragu. Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku.

Arumi tiba-tiba mengalihkan tatapannya kearah ku.

''Sekali lagi terimakasih.'' ungkapnya dengan senyum simpul. Aku merasa ada sentuhan lembut ditanganku. Aku melihat kebawah, Arumi telah menggenggam tangan ku. Arumi tanpa sadar telah membangun 'kan buaya yang sedang tidur. Belahan daster dibagian dadanya terlihat begitu menantang, posisi aku dan dia begitu dekat. Kami saling berhadapan.

''Aw ...'' Arumi tiba-tiba menyeburkan dirinya kedalam kolam renang. Aku pun repleks ikut masuk kolam.

''Arumi, kamu kenapa menyeburkan dirimu kedalam kolam? Ayo keluar, nanti kamu masuk angin.'' kataku. Aku dan Arumi berdiri cukup dengan dengan saling berhadapan.

''Biarkan saja. Aku ingin bermain-main dengan mu.'' katanya, kemudian ia memercikkan air kolam beberapa kali ketubuhku. Aku pun membalasnya. Ia berlari menghindar, aku kejar lagi. Begitu juga sebaliknya. Tawa membahana pecah antara kami. Aku melihat ia begitu bahagia dan menikmati, akupun sama. Lagi-lagi aku mengejarnya, lalu entah bagaimana, aku telah memeluk tubuhnya dari belakang. Dasternya yang tipis dan transparan menampakan lekuk tubuhnya, Arumi bahkan tidak memakai pakaian dalam.

''Aw lepas!'' teriaknya terdengar manja.

''Tidak bisa, kamu nakal.'' ucapku. Mulutku berada begitu dekat dengan telinganya. Mungkin ia bisa merasakan hembusan nafasku yang tak beraturan. Aku sudah lama tidak menyalurkan hasrat kelelakianku kepada Istriku, tetapi ia begitu berani menggoda ku.

Arumi lalu membalikkan tubuhnya, ia mengalungkan tangannya di leherku. Tangan aku pun melingkar di perut langsingnya.

''Setya, maaf boleh aku jujur.'' ungkapnya terlihat sungguh-sungguh. Aku mengangguk kecil.

''Setya, maaf. Aku tahu kamu sudah beristri, tapi jujur a-aku mencintaimu sejak pertama kali aku melihatmu.'' ungkapnya lagi, wajahnya tiba-tiba menunduk. Aku memegang dagunya, mengangkat sedikit agar ia menatapku. Tanpa berkata, aku lalu mengecup bibir tipis merah mudanya. Dia pasrah saat aku ******* bibir itu, ia pun melakukan hal sama. Tangannya pun tak mau diam, dia menyusuri setiap inci anggota tubuhku. Membuat ku begitu tertantang.

''Setya, aku bersedia kamu jadikan aku yang kedua asal kamu tetap bersamaku. Aku bisa memberikan kamu segalanya, segala yang kau pinta.'' ucapnya ketika pagutan kami terlepas. Aku dan ia sedikit ngos-ngosan, dia memeluk tubuhku, kepalanya ia rebahkan di dada bidang ku. Aku pun tak bisa untuk menolaknya. Rasa rindu terhadap Hanifa seakan menguap dengan pengakuan Arumi. Setelah itu aku semakin berani, bahkan kami melakukan hubungan suami istri.

Semenjak saat itu aku seakan benar-benar lupa akan Hanifa dan Arif. Aku tak lagi pulang menemui mereka. Hanya sesekali saja aku menemui Hanifa, untuk memberinya nafkah lahir. Sedangkan nafkah batin sudah aku dapat dari Arumi. Arumi begitu memanjakan aku dengan harta dan kemolekan tubuhnya. Meskipun Hanifa Lebih cantik dan juga tidak kalah molek, tapi Hanifa begitu kaku saat berada di ranjang. Berbeda sekali sama Arumi yang berani.

Arumi pun meminta aku untuk segera menikahi nya, aku mengiyakan, tetapi hanya pernikahan siri dulu. Besok aku dan Arumi akan menikah secara hukum dan agama.

Tapi tetap saja, aku masih merahasiakan hubungan aku dan Arumi dari Hanifa. Aku belum siap kalau Hanifa mengetahui semuanya. Hati kecilku masih menolak itu, aku takut Hanifa dan Arif meninggalkan aku. Aku egois? Bukankah di dalam agama dan hukum Islam tidak ada larang untuk berpoligami, jadi aku bebas.

***

Ini hanya POV Setya ya. Jadi jangan begitu di ambil pusing dan di permasalahkan kalau ada kata-kata yang tak sesuai.

Jangan lupa tinggalkan like, komen, vote dan kasih hadiahnya, kalau jumlah vote dan hadiahnya nambah, nanti sore kita up lagi bab selanjutnya. Terimakasih sudah mampir.

1
Haerul Anwar
halah bacot anying lu Arumi dasar govlok
Tijanud Darori Tiara
lah thorr,,
DNA ga mungkin langsung keluar gitu aja,,,😁
Herma Wati
begitu cepatnya hasil DNA keluar?/Sob//Sob/
Sutiani Sutiani
kecewa
Muhyati Umi
jodohkan Hanifah dengan Malik
Ameera sama Abdillah ya thor
Muhyati Umi
semoga aja Malik suka ke Hanifa
Dian Rahmi
Thor ..buatlah Malik berjodoh dengan Hanifa
Dian Rahmi
Thor.....Hanifa sama Malik ya
guntur 1609
llha ternyata oh ternyata
guntur 1609
dasar ayah biadab
guntur 1609
tega setya sm anaknya
guntur 1609
kok sampai diulang lagi thor bab ni
guntur 1609
,apa yg istrimu lakukan dulu akhirnya kau jalani juga akhrnya setya. ni nmnya hukum tabur tuai
guntur 1609
ameera sm abdilah saja
guntur 1609
cie..cie hakimmm gercep juga
Samsia Chia Bahir
woaaalllaaahhhh, ma2x rian bebaik2 rupax da udang dibalik U 😂😂😂😂😂😂😂 laaahhh harta pa2x rian i2 milik istri k duax loohhh ma2 😫😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaaaaahhhh gimana critax kong rian udh nikah ma intan 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Penyesalan slalu dibelakang, klo didepan namax pendaftaran 😄😄😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Haaaaahhhhh, penjara t4mu shanum N setya 😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Cari gara2 kw setya, g ada tobat2x 😫😫😫😫😫
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!