21+
Laura Anastasia, seorang gadis yatim piatu berusia 21 tahun, pemilik sebuah panti asuhan. Suatu hari ia dihadapkan dengan kenyataan bahwa mendiang sang ibu yang telah meminjam uang sebanyak 300 juta kepada seorang rentenir. Dengan menggadaikan sertifikat tanah panti asuhannya.
Mampukah Laura mendapatkan uang itu dalam waktu 2 hari? Atau ia harus rela kehilangan panti asuhan milik orang tuanya?
Edward Alexander Hugo, seorang pria mapan berusia 35 tahun. Seorang pewaris tunggal dari keluarga Hugo. Sampai saat ini, tidak ada yang tau tentang status hubungannya. Tidak pernah terdengar memiliki kekasih, mungkinkah dia seorang pria lajang atau mungkin sudah beristri?
Hingga suatu ketika, sang gadis yatim piatu dan sang pewaris di pertemukan oleh sebuah TAKDIR.
“Aku hanya membutuhkanmu saat aku tidur, jadi kembali lah sebelum aku tidur”. Edward Alexander Hugo.
.
.
.
.
Hai, aku baru belajar menulis. Mohon kritik dan saran dari pembaca sekalian.
Terima Gaji 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 7. Transaksi Panti Asuhan
Keesokan harinya, pagi hari telah menyapa. Keriuhan telah terjadi di ruang makan panti asuhan, Laura bersama keluarga panti sedang sarapan pagi.
Ruang makan dirancang seperti restoran, disisi ruangan, terdapat meja panjang, lebih tepatnya meja prasmanan tempat menghidangkan makanan baik untuk sarapan, makan siang dan makan malam.
Ya, anggota keluarga panti memang makan dengan cara prasmanan, setelah semua anggota mengambil makanan, mereka akan mengambil tempat duduk di kursi meja makan, meja makannya pun tidak terlalu besar, satu meja makan, di tempati oleh lima orang. Seperti meja makan di restoran. Karena itu, di ruang makan itu terdapat beberapa meja makan.
Mereka makan dengan damai, tidak ada yang menyinggung masalah hutang, karena yang tau masalah hutang ini hanya ibu Maria, bibi Lily dan juga Laura. Para pekerja panti dan anak-anak tidak tau, karena ruang tamu untuk menerima tamu, terpisah dari ruangan tempat anak-anak.
****
Waktu menunjukkan pukul 10 pagi, anak-anak telah berada di ruangan mereka, di panti bagian belakang di temani beberapa pekerja. Ada juga yang menghabiskan waktu dengan belajar di perpustakaan panti di temani oleh Leo, anak tertua di panti ini.
Sementara Laura, ibu Maria dan bibi Lily kini berada diruang tamu. Mereka menunggu kedatangan nyonya Melissa sang rentenir.
Ketukan terdengar dipintu ruang tamu, terlihat sang tukang kebun panti datang menghantarkan tamu.
"Ibu Lily, ini ada tamu untuk ibu Maria" kata pak Toto
"Silahkan masuk, nyonya" bibi Lily menyambut nyonya Melissa kedepan pintu.
Dengan gaya angkuhnya, nyonya Melissa masuk ke dalam ruang tamu bersama ajudannya yang bernama Anwar. Mereka menghampiri ibu Maria dan juga Laura yang duduk di sofa.
"Silahkan duduk, nyonya, pak" kata bibi Lily sopan
"Mau minum apa nyonya ? Tanyanya lagi.
"Tidak perlu basa-basi, aku kesini untuk mengambil uangku, bukan untuk minum. Apa jangan-jangan kalian belum punya uang itu, sehingga mengulur-ngulur waktuku?" Kata nyonya Melissa
"Hahhh..." sebelum mulai bicara Laura terlebih dahulu menghela nafasnya.
"Nyonya tenang saja, kami sudah punya uang itu, kami hanya menjalankan sopan santun kepada tamu kami, sehingga kami menawarkan anda minum".
"Wah.. gadis manis, ternyata kamu pintar berbicara ya". Nyonya Melissa tersenyum sinis.
"Cepat mana uangnya? Jika kalian memang sudah punya. Aku tidak punya banyak waktu untuk berlama-lama disini".
Laura mengambil tas dari bawah meja, dan meletakannya di atas meja. Membuka resleting tas, dan terlihatlah uang dalam jumlah banyak.
Mata nyonya Melissa berbinar melihat banyaknya uang, seketika tangannya terulur meraih tas tersebut. Namun belum sampai tangan nyonya Melissa, tas itu ditarik lagi oleh Laura.
"Tidak secepat itu nyonya. Sebelum uang ini pindah ke tanganmu, tolong serahkan dulu sertifikat tanah panti ini". Kata Laura dengan tegas.
"Wow.. kamu benar-benar anak yang pintar gadis manis. Heh.. tentu aku akan mengembalikan sertifikat tanah ini, tak ada gunanya juga untukku".
Nyonya Meliasa menyuruh Anwar untuk mengembalikan sertifikat tersebut. Terlihat Anwar mebuka tas yang ia bawa. Lalu mengeluarkan sebuah map dari dalam tas itu.
"Seperti yang aku lakukan tadi, tolong buka map itu, dan tunjukan pada kami. Aku tidak mau kena tipu". Laura kembali berbicara
Anwar menoleh kepada majikannya, dan nyonya Melissa pun menganggukkan kepala.
Lalu Anwar membuka map itu, dan menujukan isinya. Terlihat sertifikat tanah panti didalam map itu.
"Kamu sudah lihat bukan, itu isinya masih sama dengan yang ibumu bawa dulu kepadaku, bahkan mapnya pun masih sama". Kata nyonya Melissa.
"Baiklah". Laura meletakan lagi tas uang itu ke atas meja. "Kita lakukan sekarang, pak tolong berikan sertifikat itu pada ibuku, dan aku akan memberikan tas ini pada nyonya mu". Kata Laura ke arah Anwar.
"Tentu nona" saut Anwar
Transaksi pun terjadi, dengan mata berkaca-kaca, ibu Maria menerima map berisi sertifikat tanah panti. Dan dengan mata berbinar, nyonya Melissa menerima tas berisi uang.
"Terimakasih Maria, kalau dari dulu begini, kan aku tidak usah marah-marah kepadamu. Lain kali kalau kamu membutuhkan pinjaman lagi, datanglah lagi kepadaku. Alamatku masih yang dulu". Kata nyonya Melissa
"Sama-sama nyonya, tapi maaf, tidak akan ada pinjam meminjam lagi kedepannya. Jika ibuku memerlukan uang, akulah yang akan memberikannya. Aku tidak akan membiarkan ibuku meminjam uang pada siapapun lagi". Laura menjawab dengan lantang tawaran nyonya Melissa.
"Hah.. kamu memang gadis yang sangat pintar. Beruntung sekali Maria punya anak gadis seperti dirimu".
"Aku memang beruntung nyonya, Tuhan memberiku anak gadis yang sangat menyayangi orang tuanya". Saut ibu Maria yang sedari tadi hanya diam.
"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu Maria, aku masih ada urusan lain. Ayo Anwar kita pulang".
"Mari nyonya". Anwar mengikuti majikannya berdiri dan meninggalkan ruang tamu panti, dengan di antar bibi Lily.
*****
Ibu Maria masih setia memandangi sertifikat itu, dia merasa bersalah kepada kedua sahabatnya, yaitu orang tua Laura. Hampir saja dia kehilangan panti asuhan yang selama 16 tahun ini ia dan orang tua Laura dirikan.
"Bu.." Laura membuyarkan lamunan ibu Maria.
"Nak.. ibu merasa bersalah kepada kedua orang tuamu. Seandainya panti ini diambil orang, apa yang akan ibu katakan nanti kepada orang tuamu? Mereka pasti akan sangat marah pada ibu". Ibu Maria kembali menangis.
Laura memeluk ibunya itu, "sudahlah bu, jangan dipikirkan lagi. Sekarang semuanya sudah selesai. Panti sudah aman. Aku mohon ibu simpan sertifikat ini dengan baik. Jika suatu hari nanti ibu perlu uang, tolong beritahu aku Bu. Aku yang akan mengusahakan uang untuk kalian. Jangan meminjam uang pada rentenir lagi. Aku mohon".
"Iya nak.. maafkan ibu".
"Maria, minumlah ini, aku buatkan teh hangat untuk mu. La, bibi juga buatkan untukmu". Bibi Lily datang dengan membawa tiga cangkir teh hangat.
"Terimakasih bi". Laura menerima cangkir teh itu. Meletakan satu di depan ibu Maria, dan mengambil satu lagi untuk dirinya.
****
Waktu menunjukkan pukul 3 sore. Setelah tadi urusan hutang selesai, Laura membantu pekerja panti membuat makan siang, dan setelah itu mereka makan siang bersama.
Kini Laura sedang berada di taman panti. Ia sedang memikirkan sesuatu. Dan setelah menimbang dan meyakinkan diri, dia pun menghubungi seseorang.
"Halo Ara.. ada kabar apa ? Apa urusan mu sudah selesai". Suara Edward terdengar di seberang panggilan.
"Halo Tuan, aku.. aku baik. Urusanku di panti juga sudah selesai". Saut Laura
"Apa sekarang kamu sudah kembali ke kota?"
"Tuan.. itu.."
"Itu apa Ara? Jangan katakan kalau kamu tidak akan kembali ke kota? Kalau sampai itu terjadi, lihat apa yang bisa aku lakukan pada panti asuhanmu itu". Suara Edward terdengar tidak bersahabat.
"Huhf..." Laura menghela nafasnya kasar. "Tuan maksud ku menghubungi mu, aku ingin minta ijin, bolehkah aku menghabiskan waktuku hari ini di panti ? Aku janji besok pagi aku akan kembali ke kota dan langsung ke penthouse mu".
"Benar begitu? Kamu tidak bermaksud membohongi ku kan?"
"Tuan.. aku tau dengan siapa aku berurusan sekarang. Meski aku bersembunyi di lubang semut pun, kamu pasti menemukan aku kan?"
"Kamu memang pintar Ara. Baiklah.. hanya hari ini, besok aku mau kamu sudah ada disini dan menemani aku tidur".
"Terimakasih Tuan". Laura pun mengakhiri sambungan telepon.
.
.
.
To be continue
bab nya jdi sama ceritanya
lanjutkeun... 👍👍👍