Bagaimana jika sahabatmu meminta mu untuk menikah dengan suaminya dalam bentuk wasiat?
Dara dan Yanti adalah sahabat karib sejak SMA sampai kuliah hingga keduanya bekerja sebagai pendidik di sekolah yang berbeda di kota Solo.
Keduanya berpisah ketika Yanti menikah dengan Abimanyu Giandra seorang Presdir perusahaan otomotif dan tinggal di Jakarta, Dara tetap tinggal di Solo.
Hingga Yanti menitipkan suaminya ke Dara dalam bentuk wasiat yang membuat Dara dilema karena dia tidak mencintai Abi pria kaku dan dingin yang membuat Yanti sendiri meragukan cinta suaminya.
Abi pun bersikukuh untuk tetap melaksanakan wasiat Yanti untuk menikahi Dara.
Bagaimana kehidupan rumah tangga Dara dan Abi kedepannya?
Follow Ig ku @hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari kedua di Rumah Yanti
Abi berjalan menghampiri istrinya diikuti oleh Antasena di belakangnya. Pria tampan itu duduk di sebelah Yanti sedangkan Sena di sebelah Dara.
"Sudah pada pesan?" tanya Abi.
"Sudah mas" jawab Yanti yang tak berapa lama pesanan keduanya datang.
Yanti dan Dara memesan pizza, lasagna, spaghetti seafood, chicken salad Dan Greek salad.
Antasena menatap menu yang dipesan dua wanita disamping dan di hadapannya.
"Kalian yakin habis?" tanyanya.
"Kalau mas Abi tadi memang minta dipesankan seafood spaghetti, pizza memang sengaja aku pesan karena bisa makan ramai-ramai. Salad pun bisa saling berbagi" jawab Yanti.
"Oke dah. Let's dig in. Aku dah lapar ini" Antasena lalu mengambil sepotong pizza dan menyantapnya.
Keempatnya menikmati makan siang diisi dengan percakapan antara Yanti, Dara dan Antasena. Terkadang Antasena mengambil salad dan sedikit lasagna dari piring Dara yang kena pelotot gadis itu.
"Mbok pesen lagi mas Sena, sukanya kok ambil punya Dara" omel gadis cantik itu.
"Ah, enak ambil dari piringmu Ra" sahutnya sambil mencomot tomat dari piring salad Dara.
Abi yang melihat interaksi keduanya hanya diam. Yanti melirik ke arah suaminya yang tidak banyak bicara.
"Tadi kalian pada belanja apa?" tanya Antasena.
"Baju dan sepatu" jawab Yanti.
"Tepatnya Yanti yang belanjain buat aku" sahut Dara "Walaupun kebanyakan".
"Kan ga setiap hari juga Ra" goda Antasena.
"Iya juga sih" cengir Dara.
"Setelah ini kalian mau kemana?" tanya Abi.
"Langsung pulang kayaknya mas. Aku dan Dara mau masak bareng. Sudah lama aku nggak ke dapur, mumpung ada temannya" jawab Yanti.
"Kalian mau masak apa?" tanya Antasena sambil menghabiskan pizza-nya.
"Tadi aku ma Dara sepakat mau masak gurami bumbu kuning" jawab Yanti.
"Wah sip itu! Yang enak ya mbak!" seru Antasena. "Dan yang banyak!"
Yanti dan Dara tertawa mendengar ucapan Antasena sedangkan Abi hanya tersenyum smirk.
Setelahnya Abi dan Antasena kembali ke kantor, Yanti dan Dara pulang ke rumah dengan dikawal pengawal setianya.
Sesampainya di rumah, Yanti dan Dara segera membersihkan diri dan melaksanakan ibadah lalu menuju ke dapur guna memasak gurami bumbu kuning dan masakan pendamping. Tentu saja bik Tarsih dan pak Harry sebagai chef terkejut nyonyanya turun ke dapur untuk memasak bersama sahabatnya.
Namun kecanggungan mereka mencair ketika Yanti dan Dara mengajak semuanya untuk membantu memasak. Suasana dapur pun menjadi lebih semarak karena dua wanita cantik yang ramai saat memasak.
***
Abi menyelesaikan berkas-berkas yang berada di mejanya. Pertemuan alot dengan salah seorang kliennya yang kemarin gagal dibujuk oleh Antasena, akhirnya menyetujui fee yang diajukan Abi sesuai dengan perhitungan sepupunya.
Hari ini benar-benar melelahkan. Sebuah notifikasi masuk di layar ponselnya.
Damayanti 📩 : mas, jangan malam-malam pulangnya. Aku sudah masak banyak.
Abi tersenyum kecil. Lalu dia membalasnya.
Abimanyu 📩 : sebentar lagi pulang.
Abi lalu meletakkan ponselnya dan menyimpan semua berkas di meja kerjanya ke dalam lemari besi yang ada di pojok ruang kerjanya. Setelahnya dia mematikan iMac nya, mengambil ponselnya dan tas kerjanya. Abi mengeluarkan kunci mobilnya dari dalam saku celananya lalu menutup pintu kerjanya yang langsung otomatis terkunci.
Antasena tampak sedikit berlari menuju Abi yang sedang berjalan menuju lift. Pria tampan itu baru saja menyelesaikan berkas-berkas hasil dari pertemuan klien tadi.
"Mas Abi nih malah main ninggal aku" omelnya sambil ngos-ngosan begitu sampai di dalam lift.
"Kan kamu tahu jam lima aku selalu usahakan untuk pulang" jawab Abi dingin.
"Haaaiissshhhh, mas Abi emang sukanya gitu."
Lift pun berhenti di lobby. Abi keluar dulu diikuti oleh Antasena. Disana masih banyak karyawan yang bersiap-siap pulang atau menunggu jemputan. Mereka menyapa Abi dan Antasena walaupun boss mereka hanya mengangguk kaku tanpa ada ucapan dari mulutnya, hanya sepupu si boss yang menyapa ramah para karyawan.
Sesampainya di depan lobby, sopir Abi sudah siap di depan lalu membukakan pintu penumpang mobil Range Rover nya dan Abi pun masuk. Antasena duduk di depan bersama sopir dan mobil mewah itu pun bergerak meninggalkan kantor besar itu.
***
Dara sudah menyelesaikan ibadah maghribnya dan kini berada di halaman belakang rumah Yanti. Fix, area rumah ini merupakan tempat favorit Dara, ada ketenangan disini, apalagi sambil menikmati teh kampul panas ( teh wasgitel yang diberi gula pasir dan irisan jeruk peras ), tempe mendoan dan bakwan.
Tadi dirinya dan Yanti memasak banyak makanan yang jarang dimasak di rumah karena sebelum Dara datang, Yanti jarang turun ke dapur karena Abi tidak mau Yanti merepotkan diri sendiri. Dara sangat senang melihat wajah Yanti yang bahagia bisa masak bareng seperti dulu pada saat di Solo.
Kini dia disini sambil menatap kolam renang yang tenang rasanya ingin berenang besok. Dara bertekad besok berenang bersama Yanti dan memilih berada di rumah saja seharian.
"Rupanya disini kau Ra" Suara maskulin mengejutkan Dara.
"Selamat malam mas Sena" sapanya.
"Malam. Aku bersih-bersih dulu ya, nanti kita bertemu di meja makan."
"Iya mas".
Pria itu kemudian membalikkan tubuh atletisnya masuk ke dalam rumah.
Dara pun membuka ponselnya dan membalas pesan-pesan yang masuk dari grup WhatsApp sekolahnya. Jadwalnya masuk ke sekolah untuk piket sudah keluar dan itu Minggu depan pada hari Rabu. Lalu dia membuka pesan ibunya yang mengatakan tanaman hias ayahnya laku lagi dan bisa buat tambahan bayar PDAM. Dara tersenyum membacanya. Kedua orangtuanya tidak kekurangan karena mereka terbiasa hidup sederhana jadi ketika ayahnya pensiun, mereka juga menikmatinya. Pesan dari ayahnya juga masuk yang memberikan emoticon 😭😭😭 uang hasil penjualan tanamannya diambil sang ibu separuh.
Tak berapa lama ayahnya menelpon.
"Assalamualaikum ayah" sapa Dara.
"Wa'alaikum salam sayang" sapa pak Haryono.
"Uang hasil jualan diambil ibu, Yah?" kikik Dara.
"Ho oh. Kalau diambil ibu terus, kapan ayah membeli sepeda lipat seperti teman-teman ayah yang pada punya" balas ayahnya dramatis.
Dara tertawa. Ayahnya semakin tua semakin mirip anak kecil.
"Dara ada tabungan dikit Yah, nanti Dara bantu tambahin" ucapnya di sela-sela tawanya.
"Ah kamu dan mas mu sama-sama anak baik. Mas mu juga kemarin transfer ayah lumayan jadi tabungan ayah, ditambah dari mas mu dan kamu, cukup lah beli sepedanya." kekeh pak Haryono.
"Ayah nih kayak anak kecil"
"Biarin! Sekarang giliran ayah yang senang-senang. Hahahaha" suara tawa pak Haryono terdengar renyah di telinga Dara.
"Rara". Dara menolehkan kepalanya. Tampak Antasena sudah tampil rapi dengan kaos putih dipadu hoddie hitam dan celana santai hitam plus sepatu kets abu-abu. "Waktunya makan malam".
"Ayah, Dara makan malam dulu ya. Salam buat ibu. Assalamualaikum"
"Wa'alaikum salam. Salam buat Yanti dan suaminya ya".
Dara mematikan ponselnya.
"Siapa yang menelpon?" tanya Antasena.
"Ayahku" jawab Dara yang sekarang berjalan menghampiri seraya membawa cangkir teh kampulnya dan piring camilan.
Antasena terkesima melihat penampilan Dara yang hari ini dengan blus lurik warna hitam, celana pendek bewarna putih, rambutnya hanya dicepol asal dan makeup tipis membuat dirinya semakin cantik.
Dara yang dipandangi Antasena pun merasa bingung. Apa ada yang salah dengan pakaianku?
"Apa ada yang salah?" tanya Dara bingung.
Antasena berdehem menetralisir jantungnya. "Tidak, kau sangat cantik."
Dara tertawa kikuk dan tak ayal pipinya merona. "Iyalah cantik, kan cewek!" ucapnya yang membuat Antasena tertawa kecil.
"Iya ya nggak mungkin aku bilang kamu tampan" sahut Antasena. Keduanya tertawa namun tawa mereka berhenti ketika melihat Abi sudah siap di meja makan bersama Yanti.
Dara duduk di kursi meja makan setelah meletakkan piring camilan dan cangkir teh kampulnya yang disusul Antasena di sebelahnya.
"Maap aku terlambat, ayah tadi menelponku" ucap Dara.
"Tidak apa Ra. Ayo, kita mulai acara makan malamnya" jawab Yanti sedangkan Abi hanya menatap Dara dengan datar. Yanti kemudian menyendokkan nasi ke piring Abi dan piringnya.
"Selamat makan" sahut Antasena sambil mengambil sendok nasi dan meletakkan nasi di piring Dara dan piringnya.
Awalnya Dara ingin memprotes sudah diambilkan nasi namun ditahannya karena teringat aturan di meja makan Abi berbeda. Akhirnya dia diam saja walaupun ada rasa tidak nyaman.
***