Mia yang baru saja lulus dan wisuda tiba-tiba dipanggil untuk menjadi seorang sekretaris CEO di perusahaan terbesar di negara ini. Pekerjaan yang sama sekali tidak berani dia impikan.
Dan apa jadinya jika kau yang seumur hidup menjalani hidup yang biasa saja tiba-tiba bertemu dengan sesosok hantu yang entah muncul dari mana.
Hantu tampan yang begitu mudah menarik hati dan pikiran Mia. Hingga membuat Mia penasaran dan mencari tau tentang asal usulnya.
Di samping itu, dia tidak tau kalau CEO tempatnya bekerja yang saat ini tengah koma ternyata adalah penggemar rahasia dirinya.
Bagaimana kisah cinta Mia? Apakah sang CEO akan bangun dan menyatakan cintanya? Atau justru si hantu yang akan terus menemani Mia?
Ikuti kisahnya di sini!!!!❤❤❤❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Oktaghost, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
First Kiss
Pagi menyapa ditandai dengan nada alarm cempreng dari ponsel Mia. Tanpa membuka mata, Mia meraba-raba kasurnya untuk mencari ponselnya. Ternyata karna semalam sibuk memikirkan Arka, dia lupa mematikan alarmnya untuk hari ini. Ya, hari ini adalah hari libur jadi Mia berniat untuk tidur sepuasnya.
Tangannya terus mencari, tapi yang dia dapat bukanlah ponsel melainkan sebuah tangan. Mia membuka matanya karna kaget, kemudian mengangkat tangan yang dia pegang ke depan wajahnya. Matanya menelusuri arah tangan itu berasal. Nyaring ponsel yang tak dihiraukan akhirnya mati.
Mata Mia bertemu dengan mata sang pemilik tangan yang masih dia genggam. Mata yang sama-sama menatap ke matanya.
"Arka? itu kau?"
"Ya, ini aku."
"Kau tidak pergi?"
"Tidak. Rumahku disini."
Senyum Mia mengembang, begitupun Arka. Perlahan, Mia mendekatkan wajahnya ke arah Arka. Mata mereka tetap terkunci satu sama lain.i Hingga akhirnya, bibir keduanya bertemu. Mata yang tadinya saling menatap kini tertutup, digantikan dengan getaran yang tersalur lewat bibir mereka.
Jeritan ponsel Mia kembali terdengar, mengaburkan kupu-kupu yang baru sepersekian detik ini beterbangan.
Mata mereka kembali saling menatap, lebih tepatnya saling melotot karna keterkejutan oleh suara ponsel dan perbuatan mereka barusan.
Mia segera bangkit lalu meraih ponsel itu kemudian mematikannya. Dia memandang lurus ke depan, tak berani melihat Arka yang juga sedang syok.
Mia segera pergi dari kamar dengan jantung yang masih berdebar tak karuan.
"Bodoh!" Mia merutuki diri sambil mengetuk-ngetuk kepalanya dengan sikat gigi. Sekali lagi Mia menyentuh bibirnya sambio bercermin.
"Itu ciuman pertama lo, Mia. Kenapa dikasih ke hantu!" Mia terus menunjuk-nunjuk dirinya yang ada di cermin.
"Gak. Gak bisa. Ini harus diklarifikasi, biar dia gak salah paham dan ke ge-eran kalo gue suka sama dia."
Setelah mengatakan itu, dia bergegas mandi.
***
Di ruang tengah, Mia dan Arka kini berada. Mereka duduk berjauhan, ujung ke ujung. Tekad Mia yang tadinya akan menjelaskan pada Arka dengan jelas kini menguap entah kemana.
"Mmmm, yang tadi,-"
"Aku ngerti kok." Arka memotong ucapan Mia.
"Hah?"
"Aku tau kamu gak sengaja."
"...." Rasa ngilu sedikit menyembul di dadanya.
"Aku paham kok, bangun tidur kamu liat cowo ganteng kayak aku, pastinya semua cewe bakalan terpesona."
Mia tak bisa berkata-kata mendengar kesimpulan Arka yang dengan tingkat kenarsisan yang begitu tinggi.
Arka melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Mia yang kini ternganga menatap Arka.
"Tuh kan terpesona lagi."
Plak.
Mia memukul lengan Arka dengan keras.
"Pe-de banget sih jadi hantu. Aku tuh tadi ngelindur, kirain yang aku liat itu Mario Maurer jadi aku cium aja."
"Masa sih? perasaan tadi aku denger kamu manggilnya Arka." Wajah Arka tersenyum angkuh sekaligus tengil.
"Salah denger kali, mana ada aku manggil-manggil nama Arka."
"Ngeles,"
"Mana ada!"
"Iya aja deh, biar cepet."
"Isshh.." Mia mengerucutkan bibirnya.
"Eh tapi gimana ya reaksi temen-temen kamu kalo tau ciuman pertama kamu itu hantu?"
"Arkaaaaaaaaaa....."
Arka menghilang dengan suara tawa yang masih menggema di ruangan itu.
Mia terdiam sambil memikirkan Arka yang mengatakan kalau dia mengira ciuman tadi hanyalah sebuah ketidaksengajaan dan tidak menganggapnya serius.
Memang, tadinya Mia juga ingin mengatakan seperti itu, tapi kenapa setelah mendengarnya langsung dari Arka dia merasa tidak rela? Apa mungkin karena ini adalah ciuman pertamanya? Ya, mungkin benar karna itu. Bukan mungkin lagi, tapi memang itulah alasannya.
"Sudahlah, relakan saja. Toh gak bakal ada yang tau juga kalo gue udah ciuman sama dia. Lagian cuma nempel doang, gak dihitung ciuman." Mia terus bermonolog meyakinkan hatinya.
Sementara Arka yang sejak tadi mendengarkan ocehan Mia, matanya berkilat tanpa alasan.
***
*Rumah Sakit Singapura*
*(anggap aja pembicaraan di part ini pake bahasa inggris ya, hehe)*
Dokter dan beberapa perawat berlari menuju sebuah kamar vip setelah beberapa detik lalu menerima sinyal bahaya dari kamar tersebut.
Terlihat seorang pasien laki-laki terbaring dengan alat yang bersuara nyaring. Di monitor terlihat garis naik turun yang tidak beraturan.
"Tekanan darahnya terus naik." ucap seorang perawat.
Dokter segera menyuntikan obat ke dalam selang infusan si pasien. Tak berapa lama, akhirnya suara nyaring dari alat tersebut berhenti, digantikan dengan suara yang lebih teratur.
Para perawat keluar dari kamar tersebut, sementara sang dokter berjalan ke dekat jendela kaca di kamar itu. Dia menekan beberapa tombol di ponselnya, menghubungi seseorang. Menunggu beberapa saat, akhirnya seseorang di seberang sana mengangkatnya.
"Halo." sapa seorang lelaki di seberang.
"Halo, Tuan Leo."
"Bagaimana perkembangan Tuan Devan?" tanya Leo to the point. Karna dokter itu tidak akan menghubungi duluan jika tidak ada masalah.
"Beberapa hari ini, kondisi Tuan Devan tidak stabil. Tekanan darahnya sudah beberapa kali naik."
"Lalu bagaimana sekarang?"
"Sekarang tekanan darahnya sudah kembali normal setelah saya memberinya obat."
"Baiklah, tetap kabari aku jika ada sesuatu. Besok aku akan ke sana."
"Baik, tuan."
***
Dokter Gu adalah dokter yang ditunjuk khusus untuk merawat Devan setelah insiden keracunan dua bulan lalu.
Racun yang terdeteksi di dalam minuman yang Devan minum dan juga beberapa minuman lainnya adalh racun TTX yang biasa ditemukan di dalam seluruh bagian ikan buntal.
Beruntung saat mulai merasakan gejalanya Devan segera menghubungi ambulance sebagai pertolongan pertama.
Dan saat paramedis sampai di apartemen, Devan sudah terbaring lemah dengan kelumpuhan di bagian mulut serta gangguan pernafasan.
Setelah memberikan alat bantu pernafasan paramedis langsung membawa Devan ke rumah sakit yang hanya berjarak beberapa kilometer dari apartemen Devan yang ada di pusat kota.
Saat sampai di IGD dokter dan perawat langsung melakukan bilas lambung setelah mendapat laporan kalau Devan adalah pasien keracunan.
Devan dinyatakan koma setelah 24 jam berada di ICU. Racun yang bisa mematikan hanya dalam rentang waktu 20 menit sampai 8 jam itu ternyata telah membuat CEO Astra Group terbaring tak berdaya.
Dokter mengatakan bahwa pasien dengan keracunan TTX bisa sadar dalam beberapa hari atau bebrapa bulan. Atau kemungkinan terburuknya bisa meninggal kapan saja.
Leo tang tak ingin menyerah dengan keadaan Devan akhirnya memutuskan untuk memindahkan Devan ke Singapura. Selain karna peralatan di sana lebih canggih, ini juga untuk menyembunyikan keadaan Devan yang bisa membuat harga saham turun dan dimanfaatkan oleh saingan mereka.
Dia sudah diamanati oleh ayah Devan sebelum beliau meninggal untuk menjaga Devan dan Astra Group dengan sepenuh hati. Jadi dia tidak akan mengecewakan orang yang telah mengangkatnya yang dari bukan apa-apa menjadi seperti sekarang.
"Mia, pesankan satu tiket pesawat ke Singapur untuk penerbangan besok yang paling pagi." tanpa menunggu jawaban Mia disebrang sana Leo mematikan ponselnya.
***
bersambung...
Mohon maaf jika dalam pemilihan kata masih kurang enak dibaca😊