Tugas seorang suamu adalah memberi nafkah lahir batin seorang istri. Namun pada kenyataannya tak sedikit lelaki yang menyempelekan kewajibannya itu. Jangankan memberi nafkah secara sukarela, tak jarang istripun bagai pengemis yang harus berkali-kali bahkan mengiba untuk meminta yang telah menjafi haknya.
Tak sedikit kita temui banyak lelaki yang belum menyadari posisi tanggung jawabnya ketika ia memutuskan menikah. Banyak yang abai atau malah masih asik dengan hobinya nongkrong serta bermain game.
Itu juga lah yang terjadi dengan Heru, ia begitu abai menafkahi Rena. Bahkan uang belanja perharipun jauh dari kata cukup, Rena istri yang penyabar selalu menurut dan patuh kepada kehendak Heru. Karna baginya sturganya ada pada lelaki yang telah menikahinya itu.
Namun kesabaran yang telah ia semai diinjak-injak oleh keegoisan Heru, Rena lelah dalam kesabarannya yang tak pernah dihargai akhirnya berontak.
Hal apakah yang akan dilakukan Rena? yuk baca kisahnya, jangan lupa like, vote and komennya ya readers💜.
Terima kasih 😊😇💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hesti Afrianthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malaikat Kecilku. (6)
Ah... aku jadi pusing sendiri. Entah kebohongan apalagi yang harus kuungkapkan demi menutupi kebobrokan dari suamiku.
Kuusap pusuk rambut Anak sulungku itu dengan lembut
"Abang gak boleh ngomong begitu ya, Bagaimanapun dia papah kamu yang harus kamu hormati" Nasehatku pada si sulung.
"Ia Mah, Abang janji gak akan nakal dan akan Bahagiain Mama. Kasih uang yang banyak buat Mama biar Mama gak pusing lagi" Jawabnya sembari senyum lalu berlari kearah kamar mandi.
Tak terasa Air mata ini menetes mendengar janji yang telah diucapkan anak sekecil itu, Betapa ia sangat mengamati apa yang terjadi dirumah ini.
Azan Magrib pun berkumandang. Kutunaikan sholat berjamaah dengan kedua anakku dirumah. Sebenarnya Arya ingin sholat di musholah. Namun karna gerimis aku khawatir membiarknnya jalan sendirian.
Tok tok tok....Tok tok tok...
"Mah.... mamah... Buka Pintu....!!!" Teriak Mas Heru. Namun tak ada jawaban karna seisi rumah sedang melaksanakan Sholat.
"Mah... Mah.... lagi ngapain sih kamu? sengaja ya gak bukain pintu" Tampak wajahnya yang terllihat kesal dan kedinginan.
Selesai sholat lalu berdoa sejenak. Kulipat alat sholat masih dengan santai lalu berjalan menuju pintu depan,
"Lama banget sih kamu, Dosa kamu ngerjain suami kualat baru tau kamu...!!" Semprotnya seketika melihatku membuka pintu.
"Mas ini tuh Magrib, Waktunya orang sholat. Lagian kamu ngapain Magrib gini baru pulang" Semprotku balik tak tinggal diam karena memang sudah jengah dengan sikapnya.
"Diam kamu gak usah ngatur-ngatur aku, Perempuan kayak kamu tau apa sih..! Aku tuh sibuk nyari duit buat kasih makan kalian. Kamu enak seharian dirumah gak ngapa-ngapain makan tidur doang" Ujarnya membuat darahku mendidih seketika.
Ingin kubalas ucapqnnya itu yang penuh dengan tuduhan. Namun melihat kedua anakku tengah memperhatikan kami yang tengah berdebat, Aku pun urung melakukannya.
Kuelus dadaku yang terasa sesak berkali-kali dengan mulut yang tak lepas dari istigfar.
'Astagfirullah.... Ya Allah Kuatkan Hamba' Batinku..
Terlihat Mas Heru berjalan ke arah dapur. Mungkin dia tengah lapar dan ingin mencari makanan didapur. Benar saja setelah kuhampiri dia tengah lahap memakab sepotong ayam goreng beserta nasi.
"Enak ya Pah Ayamnya" Tanyaku dengan nada meledek.
"Ya enak lah, Kalo bisa mah tiap hari makan kayak gini" Selorohnya tanpa dosa.
"Ya kalo mau makan enak harus rela juga keluar duit gede buat belanja. Bukannya ngasih dikit tapi mintanya yang enak-enak" Ucapku menyindir Mas Heru.
Kusendoki Anak-anak nasi berikut masing sepotong Ayam yang memang aku sisakan 4 potong tadi untuk makan malam. Terlihat Mas Heru hendak mengambil 1 potong lagi ayam tapi dengan cepat kucegah.
"Enak aja Ayamnya jatah satu perorang kalo mau nambah beli sendiri sana" Omelku sambil menggeser piring yang berisi ayam.
"Lah aku kan baru makan satu, sedangkan kaliam tadi kan udah makan, seharusnya jatahku 2 dong" Protesnya tak tahu malu memang.
"Mas tadi juga kamu beli sepiring ketoprak sendirian kan, kami enggak. Masih disisain aja udah syukur Mas Aku masih inget kamu. Gak kayak kamu" Protesku balik.
Dan tanpa aba-aba langsung saja direbut ayam jatahku. Biarlah kurelakan sepotong Ayam itu.
"Ya udah makan Mas ayamku tuh gak apa-apa aku mah, Aku masih punya rasa kasian dan peduli sama kamu. Gak kayak kamu yang gak peduli sama anak istri" Sekesal-kesalnya seorang istri masih ada rasa peduli dan sayang pada suaminya, Walau suamim bersikap acuh sekalipun.
Tiba-tiba si sulung mendekat dan berkata.
"Mah, Ayam Abang buat mamah aja ya. Kasian mama gak makan" Tatapnya Iba kepadaku. Lagi-lagi aku dibuay terharu dengan kebaikan anakku.
"Gak usah sayang trima kasih ya, Mama mau ngegoreng telur aja yang tadi kita beli diwarung pok Minah" Mencoba memasang wajah riang.
"Ya udah deh, Tapi mama beneran makan ya jangan bohong" Ujarnya. sungguh mulya anak ini sangat menghawatirkan aku.
Terima kasih Tuhan. Walau aku memiliki suami yang menyebalkan. Namun kau berikan hamba Malaikat kecil yang sangat luar biasa.
next.....