Seorang gadis bernama Anantari yang bercita-cita dirinya menjadi seorang ratu istana kerajaan. Perjuangan menjadi ratu kerajaan tidaklah mudah. Ketika ia ingin mewujudkan mimpi sebagai seorang ratu—terlalu banyak sekali hal yang harus ia hadapi, halangan-demi halangan terus menghampiri.
Namun ia adalah seorang gadis yang hebat. Dan tidak pernah menyerah akan mimpinya. Itu semua ia jadikan petualangan, sebuah petulangan yang panjang yang penuh lika-liku, dan Anantari selalu menjalani petualangannya menjadi seorang ratu dengan sangat riang gembira. Walaupun tidak mudah Anantari mencoba tidak menyerah, sampai mimpi menjadi seorang ratu terwujud.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikhlas M, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
"Aku sepertinya akan pergi untuk menyelamatkan sang Raja. Aku akan membawa kembali Raja kembali ke istana Arcania.”
“Tapi Esa!”
“Tenang saja Anantari, aku berjanji akan membawa sang Raja ke Arcania.” Esa menyela.
Anantari hanya takut jika Esa di kalahkan oleh Archeri. Meskipun Anantari tahu bahwa Esa sangat kuat, namun dia tidak mau Esa mati di tangan Archeri.
Mau tidak mau ia harus membiarkan Esa pergi untuk membawa Raja kembali ke Istana Arcania. Karena Anantari juga berharap sang Raja bisa pulang dan kembali memimpin. Begitu pula dengan sang Ratu Arcania yang begitu cemas akan kondisi sang Raja. Dia tidak bisa tertidur semalaman hanya karena memikirkan keadaan sang Raja (orang yang sangat ia cintai).
Sebelum pergi ia (Anantari) menanyakan kemana Wira hendak pergi. Sedari kemarin di saat perjalanan menuju medan perang dia tidak melihat Wira. Esa menjelaskan bahwa Wira hendak kembali ke istana, sewaktu ingin berangkat ke medan peperangan dia meminta izin kepadaku, lalu aku sampaikan kepada sang raja.
Karena dia menemukan orang yang sangat mencurigakan di istana. Dan ia meminta izin kepadaku untuk tetap di istana saja. Dia akan menyelidiki orang yang mencurigakan itu.
Wira berpikir bahwa orang itu adalah agen telik sandi. Dan dia meminta para prajuritnya hendak bergabung dengan para prajurit Esa. Bergabung dengan pasukan Kilat Merah. Dan dia memintaku hendak menyampaikan permintaan maafnya kepada sang Raja, karena ia tidak bisa melanjutkan perjalanannya ke medan pertempuran.
Lalu Esa mulai bersiap-siap untuk pergi menyelematkan sang raja.
“Aku izin pamit kepadamu wahai sahabat baikku Anantari. Semoga kamu lekas membaik dan sembuh.” Ucap Esa sambil tersenyum.
Lalu dia meminta izin kepada ratu Istana, dia akan membawa pulang Raja. Esa berharap bisa membawa kembali Raja dengan selamat. Dan dia berangkat berbarengan dengan Wiraguna.
“Apakah kamu sudah siap jika harus mati di medan perang Wiraguna?” Tanya Esa dengan tegas.
“Tentu Esa. Karena mempertaruhkan nyawaku untuk sang Raja dan penduduk Arcania adalah sumpah ku, aku siap membela tanah kerajaanku sampai aku menghembuskan napas terakhirku!” Seru Wiraguna.
“Baiklah. Ayo kita bergegas!” Seru Esa dengan lantang.
Wiraguna mengangguk. Mereka berdua beserta dengan para prajurit istana mulai bergegas ke tempat para musuh.
...----------------...
... ...
Sepanjang perjalanan Esa mengkhawatirkan kondisi Anantari.
“Tenang saja Anantari aku akan membalasnya. Dan aku akan segera menyelamatkan sang Raja.” Batin Esa.
Setibanya mereka di kediaman musuh. Musuhnya berada di sebuah kastil, Archeri beserta para prajurit, dan tangan kanannya, terlihat sedang menggelar sebuah pesta. Kastil itu tidak jauh dengan tempat sang Raja di sekap.
Sebelum masuk ke gerbang kastil ada sebuah pos tempat para prajurit musuh beristirahat, bermain judi, serta tempat para prajurit musuh berkumpul. Seperti rumah kedua setelah kastil.
Ketika mereka sedang bermain judi, tertawa terbahak-bahak. Tiba-tiba saja mereka di kejutkan oleh sesuatu.
“Boom!” Pos penjaga itu hancur lebur. Para penjaga terhempas terlempar. Namun sebagian ada yang selamat. Berlarian menuju ke arah kastil.
Para prajurit yang berada di kastil terkejut mendengar suara ledakan tersebut. Begitupula dengan Archeri.
“Suara apa itu?” Tanya Archeri kepada Sakhuni (Tangan kanannya Archeri).
“Tidak tahu tuan.” Sahutnya.
“Ayo kita lihat apa yang sedang terjadi di luar!” Ajak Archeri.
“MUSUH MENYERANG! BERI TAHU TUAN ARCHERI! MUSUH MENYERANG!” Teriak seorang prajurit yang berlarian dari arah pos penjaga menuju gerbang kastil.
Musuh-musuh mulai terlihat panik. Itu adalah serangan dari Wiraguna. Dia melemparkan Haltere nya kepada pos tempat istirahat para musuh.
Seketika halterenya menjelma seperti sebuah bom. Ketika Wiraguna melemparkannya, haltere itu bisa meledak dan menghancurkan apa saja yang di hantamnya.
“Ayo bergegas Wiraguna, kita harus segera masuk ke kastil!” Seru Esa kepada Wiraguna.
Ia mengangguk. Mereka mulai bergegas ke arah kastil.
Setibanya di depan gerbang kastil Wiraguna berseru.
“Hei para bajingan. Kembalikan Raja kami. Atau akan ku hancurkan kastil ini!” Seru Wiraguna menggertak musuh.
Lalu Archeri mulai keluar dari gerbang kastil dengan para tangan kanannya.
Dia mulai mentertawai Wiraguna dan Esa.
“Lihat siapa yang datang ke sini? Mereka sepertinya akan balas dendam kepada kita. Apa yang mereka punya, sebuah Haltere? Haha coba saja hancurkan kastil ini jika kalian bisa!” Seru Archeri dengan tenang melontarkan ejekan kepada Wiraguna dan Esa.
“Sangat arogan. Siapa kamu sebenarnya? Dimana Raja kami? Kami hanya ingin sang raja kembali, dan kalian akan selamat!” Seru Wiraguna.
“Aku akan menyerahkan Raja kalian jika kalian bisa mengalahkanku. Tapi sebelum itu kalian harus mengalahkan kedua tangan kananku terlebih dahulu. Imabalannya adalah sang Raja. Bagaimana, kalian setuju?” Tanya Archeri kepada Esa dan Wiraguna.
Esa mengangguk. Dia menyuruh Wiraguna mengikuti saja apa yang Archeri inginkan. Esa berpikir yang terpenting ia bisa membawa sang raja kembali ke istana Arcania.
“Baiklah.” Sahut Wiraguna.
Lalu Archeri meminta Esa bertanding di arena pertempurannya. Tempatnya di dekat kastil tidak jauh dari tempat mereka berada sekarang. Esa hanya bisa menggangguk.
Lalu Archeri bersama dengan kedua tangan kanannya dan juga para prajuritnya hendak mengajak ke arena pertandingan.
Esa, Wiraguna dan para prajurit Arcania mulai mengikuti mereka.
Gemuruh suara teriakan para penonton semakin ramai. Hanya para prajurit yang bisa menyaksikan jalannya pertandingan. Juga sebagian tempat di luar arena pertandingan, di penuhi oleh para prajurit Arcania.
Esa mulai mempersiapkan diri di luar arena pertandingan. Begitu pula dengan Wiraguna, dia tidak sabar ingin bertarung, ingin mengalahkan musuhnya.
...----------------...
“Tenggggg!” Suara lonceng emas besar mulai di pukul. Menandakan pertandingan akan segera di mulai.
Pertandingan pertama ialah Wiraguna yang akan bertarung dengan Karna (adalah salah seorang tangan kanannya Archeri) dia adalah seorang samurai. Musuhnya membawa pedang Katana yang sangat tajam.
Dia mahir dalam mengayunkan pedang.
“Tenggg!” Lonceng di bunyikan. Pertandingan di mulai.
“Tingg!” Karna menghilang. Dia sudah seperti seorang ninja. Gerakannya begitu gesit, cepat, sangat susah di tebak.
Seketika dia berada di depan Wiraguna. Lalu dia mengayunkan pedang Katananya ke arah wajah Wiraguna. Namun Wiraguna menghindari serangan.
Teng!" Suara Haltere beradu dengan pedang Katana.
Mereka sangat cepat. Gerakannya begitu gesit. Begitupula dengan Wiraguna, walaupun badannya besar, dia juga tidak kalah cepat seperti musuhnya.
Serangan demi serangan musuhnya lontarkan kepada Wiraguna. Namun Wiraguna tak gentar. Dia terus memperhatikan gerakan sang musuh. Hingga menemukan celah titik kelemahannya.
Musuhnya melemparkan bom asap. Hingga Wiraguna tidak bisa melihat.
Seketika musuhnya dengan cepat menyayat-nyayat tubuhnya Wiraguna dengan pedangnya.
"Sing, sing, sing!" Dengan cepat Karna mengayunkan pedangnya ke tubuh besar Wiraguna.
Wiraguna terluka. Berteriak.
"Ahhh tidak. Sakit sekali!" Teriak Wiraguna.
"Baiklah, tenang saja, akan ku akhiri pertarungan ini. Pejamkan matamu, tarik napas dalam-dalam."
"Ting!" Seketika Wiraguna lenyap menghilang.
Musuhnya termangu. Heran. Kemana Wiraguna hendak pergi.
... ...