Istri Titipan

Bang Eijaz dan Bang Avez sudah tiba di rumah, mereka langsung berhadapan dengan Bang Harra. Tak terkira amarah Bang Avez mendengar adik perempuannya hamil karena ulah senior sekaligus Abang lettingnya sendiri.

Untung saja saat itu Bang Eijaz bisa mencegah amarah adiknya. Ia mencekal sang adik dan memintanya untuk duduk bersama di hari yang masih terbilang pagi buta.

"Jaga emosimu, Papa sudah menghajarnya, apa kamu ingin rumah ini terus panas??? Kasihan Mama, kasihan Gita." Tegur Bang Eijaz.

Mendengarnya, Bang Avez menahan diri. Bagaimanapun juga ia tetap menghargai ucapan Abangnya.

"Disini hanya ada kita bertiga. Kamu mau bilang apa?? Jujur sama saya, Har..!!"

"Bilang apalagi?? Saya memang ayah dari anak itu." Kata Bang Harra.

"Terus terang ini aneh. Kau ini orang yang kakunya nggak ketulungan. Masalah tuduhan club malam, kamu bisa membela diri mati-matian. Kamu tidak bisa menerima hadirnya orang yang menurutmu 'tidak logis', kamu tidak suka wanita banyak tingkah bahkan jauh dari kata pintar, kamu juga menang ribut dengan ibu-ibu di jalan yang nyebrang sembarangan, tapi sekarang kamu masuk dalam hidup Gita yang menurutku jauh dari kriteria gadis impianmu."

"Apa yang aneh. Bukankah memang kita harus bertanggung jawab kalau kita sudah terlanjur membuat kesalahan." Jawab Bang Harra santai.

"Kau mabok??? Saya tau betul siapa kamu. Meskipun kapasitas otakmu hanya berisi s*l***k****n, mesum, ketua perc*bulan nomer satu tapi nggak mungkin kamu melakukannya, kan." Omel Bang Eijaz.

"Lah itu, sudah jadi anak. Sudahlah, kalau sudah terlanjur ya mau bagaimana lagi. Saya masih disini juga untuk meminta ijin pada kalian untuk menikahi Gita."

Pernyataan Bang Harra itu semakin membuat Bang Eijaz yakin bahwa ada hal yang tidak wajar sedang terjadi, apalagi sikap seolah mengalah itu semakin menambah deretan kecurigaan Bang Eijaz.

Mendengar pendapat Abangnya, Bang Avez pun jadi ikut berpikir keras. Dalam sepengetahuan dirinya, memang Bang Harra bukanlah pria sembarangan.

Bang Eijaz dan Bang Avez saling lirik, keduanya seakan memiliki keputusan yang sama sebagai keluarga dari pihak perempuan.

...

Siang harinya Bang Harra datang menemui Bang Harley. Mau tidak mau, suka atau tidak.. Dirinya harus tetap mengatakan yang sebenarnya pada sahabatnya tersebut.

"Kenapa kau lancang menikahinya???? Saya hanya meminta waktu sebentar untuk membatalkan pengajuan nikah yang sudah terlanjur masuk ke Batalyon." Kata Bang Harley kesal dan frustasi dengan tindakan Bang Harra.

"Sampai kapan??? Pembatalan nikah tidak bisa secepat itu di selesaikan. Kalau selesainya enam bulan lagi, kandungan Gita sudah tujuh bulanan, dimana otak kau??? Atau kau ingin anak kau itu brojol tanpa ada kepastian status????" Bang Harra balik membentak sahabatnya.

"Kamu mati-matian sekali membelanya, sebenarnya ada apa?" Tanya Bang Harley curiga.

"Teruus.. Teruskan pikiran dungumu..!!! Apakah sikap curigamu itu bisa menyelamatkan kita??? Masa depan anak itu???? Kau dan aku sudah terlanjur masuk dalam masalah ini, jadi jangan pernah lari dan selesaikan semua..!!!!!!" Ucap tegas Bang Harra.

Bang Harley terdiam sejenak. Bang Harra bisa melihat, terkadang ada sifat keras seorang Harley yang begitu sulit untuk di pahami.

"Sebenarnya kau ada rasa, kan?? Hanya kau tidak pernah mengakuinya." Kata Bang Harra.

"Saya tidak tau, yang saya tau.. Gita hanya ku anggap sebagai adik dan tidak lebih dari itu." Jawab Bang Harley.

"Setan betul kau, ya..!! Kalau kau memang anggap dia hanya sebagai adik, sekalipun kau lupa diri, kau tidak akan mampu melakukannya, semua seakan mati rasa. Dengan kata lain sebenarnya kau paham kalau Gita sudah cukup umur." Balas Bang Harra.

Bang Harley kembali terdiam. Ia meraup wajahnya. Perasaannya gusar dan gundah. Matanya berkaca-kaca merasakan sesal yang tak terlukiskan.

"Mungkin kau benar, sejak kecil saya sudah mengenalnya. Itu sebabnya saya tidak pernah menyadari perasaan ini. Dia gadis yang sangat cantik, bahkan dulu para bujangan pun merasa gemas melihat kecantikan Gita kecil. Tapi soal Ciara, saya merasa jatuh cinta padanya saat kita masih di sekolah, tidak pernah paham bedanya kagum dan sayang. Jujur saya terpana penampilannya yang mempesona."

"Sudah jadi begini, apa masih ada cinta kau sama Ciara? Bagaimana kau putuskan?? Menunggu pencabutan berkas juga tidak gampang. Keburu bongkar gudang."

Rentetan tuntutan dari Bang Harra cukup menekan pikiran Bang Harley.

"Begini saja, kau tetap menikah dengan Gita. Setidaknya anak saya selamat dalam penjagaanmu, apalagi kudengar Om Decky sudah memberimu mutasi ke Batalyon di tempat saya. Setelah anak saya lahir, kau ceraikan Gita. Baru bisa ku nikahi dia, bagaimana? Sementara aku titip Gita."

"Ada gila-gilanya kau rupanya. Sadar, bro.. Nikah bukan kau putus sambung seenak jidat." Omel Bang Harra.

"Itu saran terbaik ku. Kau menikah tak usah ada pesta."

Bang Harra menghisap rokok dalam-dalam lalu menguarkannya asal. "Kok kau yang atur. Kalau Gita jadi istriku, kau tak punya hak mengaturnya. Sekarang tergantung kau saja, tik tok tik tok.. Waktu terus berputar, orang tuanya hanya tau saya yang menghamili Gita, kalau kau muncul sekarang, terserah. Orang tuamu bersahabat dengan orang tua Gita, bahkan seperti saudara.. Sekalipun orang tuamu ingin kau dan Gita menikah, tapi kau membuat noda di tengah keluarga."

"Kau licik, Har. Bilang saja kalau sebenarnya kau naksir Gita." Nada suara Bang Harra langsung meninggi.

Bang Harra mengepulkan asap di depan wajah Bang Harley. Senyumnya menyeringai licik.

"Yang benar saja kau, Har. Jangan di buat mainan, Gita terlalu lugu untuk jadi mainan mu..!!!!!"

"Kita lihat saja nanti."

:

Sesampainya di rumah dinas Pak Decky, Bang Harra memarkir mobil di garasi samping. Ia bersandar sejenak memejamkan mata, menenangkan hati dan pikirannya.

'Bagaimana saya tega menyakiti hati Gita, sedangkan jantung saya nyaris terlepas dari raga saat pertama kali melihatnya. Maaf, Harley.. Mungkin bagimu, saya terkesan licik. Tapi.. Jika saya sudah mengucap ijab qobul, saya adalah imam nya, tidak ada hak bagimu untuk mendekatinya. Kamu ingin titip Gita sampai nanti kamu mengambilnya kembali. Tapi bagiku, Gita adalah ISTRI TITIPAN yang Allah berikan untuk ku, yang akan kujaga hingga tidak ada yang bisa mengambilnya dariku, kecuali tubuhku berkalang tanah kuburku.'

...

Suasana hening, semua terfokus pada prosesi sakral hari ini. Bang Harra menjabat tangan Pak Harra di hadapan penghulu.

"Saya nikahkan dan kawinkan putri saya Pranagita Kairatu Inggil Timur denganmu Herlian Harrajaon Sinulingga.............."

Dari kejauhan nampak langkah berlari kencang. Kencang sekencang-kencangnya namun setibanya disana, ia mendengar kata..

"Sah."

"Alhamdulillah..!!!!!!!!"

"Nggak.. Jangan..!!" Teriaknya begitu emosional.

.

.

.

.