Sri tidak menyangka jika rumah tangganya akan berakhir karena orang yang paling dia cintai dan hormati, entah bagaimana dia mendeskripsikan hati yang tidak akan pernah sembuh karena perselingkuhan suami dengan perempuan yang tak lain ibunya sendiri.
Dia berusaha untuk tabah dan melanjutkan hidup tapi bayangan penghianatan dan masalalu membuatnya seakan semakin tercekik.
mampu ka dia kembali bangkit setelah pengkhianatan itu diatas dia juga memiliki kewajiban berbakti pada orangtua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Sri yang merasa perasaannya semakin tidak enak, memutuskan untuk izin, dia tidak bisa tenang sejak tadi, dia bergegas pulang kerumah.
Sesampainya didepan dirumah, dia menatap bingung rumahnya karena disana banyak kerumunan warga dan menatapnya dnegan ibah sekaligus kasihan, apa yang terjadi sebenarnya didalam rumahnya.
Langkahnya terasa berat, wajah mereka dirinya seolah mengasihani dirinya.
"Apa yang terjadi? , kok kalian semua ada di rumahku, apa terjadi sesuatu?? ". Tanyanya dnegan kebingungan.
Dia melangkahkan kakinya dengan muka kebingungan sekaligus ketakutan karena takut terjadi sesuatu pada ibu dan suaminya.
"Kamu yang sabar yah Sri, kamu anak yang kuat". Ucap salah satu ibu-ibu menepuk pundaknya seolah memberi kekuatan.
Dia semakin kebingungan melihat mereka, tubuhnya menegang melihat kamar ibunya terbuka lebar dan disana ada beberapa orang, dia masuk dengan langkah gemetar dia takut terjadi sesuatu pada ibunya.
Sesampainya di kamar sang ibu matanya nyaris keluar dari tempatnya, matanya membelalak melihat kondisi kamar ibunya yang berantakan dan ibu serta suaminya dalam keadaan acak-acakan dan habis diamuk seorang.
Belum lagi keduanya masih mengenakan selimut dalam keadaan yang bisa membuat orang berpikiran yang tidak-tidak
Lututnya melemas, detak jantungnya berdebar kencang, nafasnya tercekat, matanya memanas, dia berusaha mencerna segala yang terjadi di rumahnya.
"Apa yang sedang terjadi disini". Tanyanya dengan terbata-bata, pikiran buruk menghinggapi dirinya.
"Nak, kamu sabar yah, ibu dan suamimu kedapatan kami tadi sedang melakukan hubungan terlarang". Ucap Pak RT menatap ibah padanya.
Dia bahkan mengatakannya nada pelan dan hati-hati seolah-olah ucapannya tidak ingin membuat Sri sakit hati.
Duar.. Bagai petir menyambar dirinya,
Kakinya terasa seperti agar-agar, tubuhnya nyaris limbung jika tidak ada warga yang menangkap tubuhnya. Matanya memanas siap mengeluarkan lahar airmata yang tidak bisa dibendung.
Hatinya terasa sangat sakit dan ditusuk ratusan pisau dan itu tidak bisa dia jelaskan bagaimana rasanya.
"Berbuat asusila bagaimana pak RT??". Tanyanya dengan suara bergetar hebat.
Kecewa, marah, terluka dan tidak menyangka jika semua ini akan menimpanya padahal dia baru menikah beberapa bulan dan sekarang suaminya melakukan tindakan asusila pada ibunya. Tapi dia berusaha untuk tidak percaya dengan apa yang dia dengar, dia berharap semuanya hanya omong kosong belaka.
"Mereka kedapatan berzina nak, para warga yang mendatangi bahkan bapak sendiri melihatnya nak, kamu sabar yah". Ucapnya pelan.
" Bapak yakin? ". Tanyanya berusaha menyangkal.
"Tentu nak, kami akan mengarak mereka kekantor polisi karena perbuatan mereka, bapak sebagai ketua RT disini, tidka bisa membiarkan hal memalukan dan mencemarkan ini tidak ditindaklanjuti, bapak harap kamu mengerti". Ucapnya dnegan tegas.
Dia tidak tahu harus bagaimana mendeskripsikan perasaannya saat ini, bagaimana bisa suami dan ibunya melakukan hal memalukan seperti ini, bahkan mengkhianati dirinya.
Air mata nya mengalir deras, dia menatap suami dan ibunya dnegan tatapan tidak percaya, dan juga terluka, jika suaminya melakukannya dnegan orang lain mungkin dia tidak akan merasakan hal ini tapi ini dengan ibunya, orang yang paling dia hormati dan dia sayangi didunia ini.
Irfan dan Siti menatap tidak percaya apa yang dikatakan ketua RT itu, mereka akan berurusan dengan kantor polisi terutama Irfan yang tidak bisa berkata-kata.
"Apa salahku? ". Tubuhnya bergetar hebat, amarah dan rasa kecewa menggunung jadi satu.
"Apa salahku sampai kalian melakukan semua ini??". Jeritnya menggema diruangan bahkan terdengar sampai keluar rumahnya.
Nafasnya memburu dan dadanya naik turun, dia berusaha bernafas dengan benar karena dadanya sangat sakit dan kesulitan bernafas.
Irfan dan Siti hanya bisa menundukkan kepala mereka, sekarang mereka sudah tidak bisa mengelak lagi, apalagi Sri datang diwaktu seperti ini.
"Apa yang kalian pikirkan? , kenapa kalian melakukan hal seperti ini, kenapa kalian melakukan ini? , kalian manusia binatang tidak punya moral". Jerit Sri begitu memilukan hati mereka semua.
Tubuhnya limbung dan ditangkap baik oleh ibu-ibu agar dia tidak jatuh.
"Maafin aku dek". Irfan menunduk ketakutan, dia yakin istrinya tidak akan pernah memaafkan dirinya setelah ini.
"Pergi Kau dari sini!!, lelaki biadab seperti mu tidak pantas menjadi suamiku". Suaranya tertahan karena dadanya yang terasa sesak.
Dia memukul dadanya berusaha untuk minimalisir sakit yang dia cerita tapi tidak bisa malah sakitnya semakin jadi.
"Dek, aku mohon maafkan aku, aku khilaf dek, aku mohon". Irfan berusaha mendekati sang istri tapi Sri mundur tak ingin didekati.
Dia memandang jijik dan hina pada suaminya, dia tidak mungkin mau disentuh oleh lelaki yang sudah menjadi bekas orang lain apalagi itu ibunya.
"Aku tidak butuh perkataanmu, kau manusia menjijikkan dan paling hina yang pernah ku kenal, aku tidak akan pernah memaafkan mu, dan lihat saja, kita akan bertemu di pengadilan". Tunjuknya dengan kasar.
Irfan menggeleng panik, dia tidak mau berpisah dari istrinya, apalagi jika sampai berita ini sampai ke kantor dirinya akan habis tanpa sisa.
"Dek, aku mohon jangan cerai, aku mohon maafkan aku".
Irfan berusaha mendekati Sri tapi Sri terus memundurkan diri dan menggelengkan kepalanya.
" Bawah mereka pak, aku tidak mau berurusan dengan manusia-manusia hina seperti mereka". Ucapnya dengan dingin. Siti yang semula hanya diam saja kini mengangkat kepalanya dan menatap anaknya dengan tatapan dingin.
"Kau mau memenjarakan ibumu sendiri, kamu tidak tahu diri". Ucapnya dnegan dingin.
Ibunya menatapnya tajam seperti tak ada penyesalan dalam dirinya seolah apa yang dia lakukan biasa saja, tidak ada hal yang besar.
Sri menatap ibunya tidak percaya, apa ibunya ini tidak punya hati sama sekali sampai bersikap seperti tidak terjadi apapun.
"Aku masih waras bu, aku masih tahu diri, inilah yang tidak tahu diri karena tidur dnegan suami dari anak ibu, apa ibu sebegitu kesepiannya sampai suami aku ibu embat juga". Ucapnya dengan tangis yang sangat menyayat hati.
"Kalau ibu kesepian cari suami bu, jangan suamiku ibu makan, apa ibu tidak punya malu sampai ibu melakukan hal tidak bermoral seperti ini??". Tanyanya dengan kalimat menohok dan sarkas.
Plak.. Tamparan keras mendarat di pipi Sri oleh ibunya.
Bisa dia lihat wajah ibunya memerah entah karena malu atau marah, dia tidak peduli, ibunya sungguh keterlaluan melakukan hal hina seperti ini.
Dia tertawa sumbang dan memegang pipinya yang terasa panas dan perih tapi tak seperih hatinya yang sangat terluka.
"Bawah mereka pak, kami akan berurusan dengan pengadilan setelah ini, aku tidak mau melihat mereka".
Sri berjalan keluar rumah dengan langkah gontai, dia tidak bisa berpikir dengan jelas sekarang,
"Sri, Sri jangan lakukan ini pada kami, aku minta maaf". Teriak Irfan saat melihat istrinya pergi meninggalkan mereka