Desi dan Dita, adalah saudara. dan mereka berdua akan menikah di hari yang sama. dan itu semua atas permintaan Dita.
namun, di saat hari pernikahan, pasangan mereka berdua malah diganti oleh kedua orang tuanya dan juga kedua orang tua calon suami Desi.
sehingga Desi harus pasrah menikah dengan calon suami adiknya yang katanya miskin dan yatim piatu.
dia hanya memiliki satu rumah di seberang jalan, rumah mereka. mereka menikah, karena ulah Dita. tapi, Dita malah bermain licik, dan menuduh Desi bersama dengan kedua orang tuanya, kalau dia bukan seorang gadis lagi. Karena itulah, calon suami Desi beserta keluarganya mau mengganti pengantin wanita.
kalau bagaimanakah kehidupan Desi setelah menikah dengan mantan calon suami adiknya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirta_Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. obrolan suami istri
tentu profesi keduanya harus diketahui oleh pasangan mereka. Agar pasangan mereka tidak merasa ditutup-tutupi segala kegiatan mereka di luar.
"jadi kamu masih bekerja di rumah makan itu..? Apakah kamu masih mau bekerja setelah menikah ini ?" tanya Devan. Desi yang mendengar itu berpikir sejenak. mereka tadi sudah mengobrol panjang lebar membahas pekerjaan masing-masing.
"menurut Mas bagaimana..? aku tentu saja ingin bekerja agar bisa membantu perekonomian kita di rumah. setidaknya uang itu bisa kita tabung untuk tunjangan kita di masa tua nanti, atau tunjangan Ketika nanti kita memiliki keturunan." ucap Desi. depan yang mendengar penuturan itu tak merasa terkejut ketika Desi mengatakan hal itu.
walaupun mereka menikah bukan dasar cinta, tapi sering berjalannya waktu, pasti mereka juga bisa saling menyatu satu sama lain. dan sudah pasti, mereka akan memiliki keturunan.
"kamu bener sih des.. tapi aku sebagai suami, maunya kamu berhenti kerja di sana. apalagi tempatnya sangat jauh. bahkan kamu harus berangkat jam 06.00 subuh kalau memang masuknya jam 07.00 pagi. sekarang kamu sudah memiliki tanggung jawab, Mas takutnya kamu kelelahan sampai ke tempat kerja dan malah drop." ucap Devan. Desi terdiam mendengar penuturan itu. Baru kali ini ada yang mau memperhatikan dirinya. padahal sebelumnya Dia adalah orang lain dan tak pernah merasa akrab serta dekat sama sekali.
"kamu mau kan berhenti bekerja.? Kamu duduk diam saja di rumah. nggak apa-apa kalau kamu nggak ngerjain apa-apa. nanti kalau Mas pulang, aku bisa mengerjakan semuanya. tapi kalau kamu mau beraktivitas di rumah juga nggak masalah, atau mau ikut Mas ke ladang juga tidak apa-apa." ucapnya.
"apa Desi nggak apa-apa jadi beban Mas sekarang..? kalau Desi berhenti bekerja, otomatis Desi tidak bisa menghasilkan uang lagi. dan Desi hanya bersandar kepada Mas untuk kebutuhan hidup sehari-hari." tutur Desi sambil menoleh ke arah Devan.
"tidak masalah Des. sekarang kamu sudah menjadi tanggung jawabku. maka memang sudah sepantasnya aku menanggung kehidupanmu. Aku hanya tidak ingin kamu kelelahan. di ladang, walaupun pekerjaannya cukup berat tapi aku masih bisa beristirahat dan tidak memaksakan diri. kalaupun aku tidak bekerja juga tidak ada yang marah. tapi di rumah tentu saja berbeda, Mas tahu, kamu pasti tidak mau beristirahat dan pasti akan bekerja untuk mengurus rumah dengan baik." ucapnya lagi.
"jadi kamu tidak perlu berpikir kalau kamu akan menjadi beban untukku. aku tidak merasa kalau harus ada beban. Aku justru bersyukur karena masih diberikan teman dalam kehidupan ini. jadi, besok kamu tidak perlu berangkat kerja ya. kamu di rumah saja.." Desi yang mendengar penuturan suaminya itu akhirnya mengalah. memang setelah menikah kewajiban suami istri adalah menuruti permintaan suami, dan taat dengan apa yang dikatakan oleh suaminya. tapi dalam artian hal-hal yang positif.
"baiklah kalau begitu Mas.."
"dan satu lagi Des. kamu beraktivitasnya di belakang rumah aja. baik itu istirahat maupun mengerjakan pekerjaan lainnya. kamu tenang, di luar itu mas sudah bangun saung kecil untuk bisa berangin-angin di sana. kenapa mengatakan hal itu..? karena mas tidak ingin istirahat kamu keganggu tiba-tiba. Mas tahu, ibu kamu pasti akan datang merecoki saat melihat keluar rumah." Desi yang mendengar itu mengerti.
sepertinya memang dia harus menjaga jarak terlebih dahulu pada ibu, ayah dan juga adiknya. bukan ingin bersikap membangkang atau bagaimana, tapi jujur saja hatinya masih merasa sakit dan masih kecewa dengan keluarganya yang bahkan dengan terang-terangan merampas calon suaminya dan menuduhnya tidak gadis lagi di hadapan banyak orang. padahal dia adalah anak kandung dari kedua orang tuanya juga.
"baiklah Mas.. aku turuti apa kata Mas aja.." Devan dan Desi pun akhirnya saling melempar senyum. tiba-tiba, keduanya langsung ngerasa benar-benar telah mengantuk.
"aku sudah mengantuk Mas.. ayo kita tidur. biar besok bangunnya tidak kesiangan.." ucap Desi kepada suaminya. Devan yang didengar penuturan itu juga langsung menganggukkan kepalanya.
"baiklah kalau begitu.."
akhirnya mereka berdua pun langsung terlelap setelah saling mengobrol satu sama lain. walaupun malam ini tidak terjadi apa-apa diantara mereka, tapi setidaknya jauh lebih tentram ketimbang Dita dan Marco. bahkan sekarang Marco tak tahu pergi ke mana. mungkin sudah kembali ke rumah orang tuanya, atau pergi ke kantor, atau kembali ke apartemen pribadinya sendiri.
dan perlu diketahui, apartemen disiapkan Marco sebenarnya adalah tempat tinggalnya bersama dengan istrinya Desi. dan itu sudah direncanakan olehnya. tapi ternyata, rencana tidak sesuai dengan harapan. dia malah menikah dengan Dita, perempuan yang lama sekali tidak dicintai olehnya dan bahkan menatapnya saja merasa sedikit jijik dan risi. karena menurut Marko, Dita terlalu agresif dan juga terlihat terlalu barbar dan nakal.
kalau saja orang tuanya tidak mendesak, mungkin tadi siang dia akan memilih untuk menunda pernikahan terlebih dahulu sambil membuktikan kalau Desi tidak bersalah. tapi sayang, kedua orang tua dan keluarganya sangat tidak sabaran.
*******
tak terasa, suara adzan Subuh pun mulai berkumandang. membangunkan jiwa-jiwa yang terlelap untuk segera bersiap menghadap sang pencipta. begitu pula dengan Desi dan Devan. mereka yang sama-sama mendengar suara lantunan azan subuh langsung terbangun dari tidur mereka.
keduanya pun dengan cepat membersihkan diri dan bersuci, dan di sana mereka Langsung melaksanakan salat subuh berjamaah.
"assalamualaikum warahmatullah.."
"assalamualaikum warahmatullah.." setelah salat subuh selesai, Desi langsung menyalami tangan suaminya dan menciumnya. Devan juga melakukan hal yang sama layaknya suami istri yang saling mencintai dan harmonis.
Satu keyakinan dalam diri Devan, kalau cinta akan hadir seiring berjalannya waktu. Yang penting dia menerima dan tidak membenci Desi dalam hatinya. dia menghargai keberadaan Desi di sisinya, dan berjanji dalam hati kalau dia akan menjaga Desi dengan baik.
setelah salat subuh selesai, mereka berdua sama-sama membersihkan tempat salat mereka dan menaruhnya ke tempat yang bersih. Mereka sebenarnya ingin tadarusan setelah selesai sholat subuh, tapi hari terlihat sudah sedikit cerah. Sehingga, mereka berdua terus bersiap untuk menyambut hari dan bekerja di ladang.
Desi pun langsung bergegas ke dapur. dia membuatkan teh hangat untuk suaminya terlebih dahulu, setelah itu langsung membuat gorengan. dan ini adalah sarapan mereka pagi ini.
"ayo Mas.. sarapan dulu." panggil Desi kepada suaminya yang tampak sedang berada di ruangan lain. yang mana ruangan itu dikhususkan oleh Devan sebagai kamar tempat ia mengganti baju kerjanya di ladang. jadi baju bersihnya dan juga baju bersihnya yang tiap hari dia bawa ke ladang, disimpan di tempat yang berbeda.
"Iya Des, sebentar lagi." Desi pun langsung terlebih dahulu duduk di meja dapur, di mana Di sana sudah ada minuman dan juga gorengan yang telah disiapkan.
di tunggu updatenya
semoga benih " cinta mereka menyatu & cepat hamil...