Luke Alvarez laventez adalah anak satu-satunya dari keluarga laventez, dikabarkan kedua otangtuanya telah meninggal dunia saat dia berusia 14 tahun. Lalu Luke dirawat oleh pembantunya, dia memiliki tujuan ingin berkerja paruh Waktu agar tidak selalu merepotkan pembantunya itu.Sejak Luke duduk dibangku SMP sangat suka sekali dengan anime dan game, dia sampai mengumpulkannya hingga sekarang.
Lalu Luke memiliki rencana ingin membeli figur aksi anime yang baru saja rilis yaitu tensura dan dia segera bergegas agar tidak kehabisan. saat diperjalanan ia bertemu dengan seseorang yang ingin ditikam dan dia sangat tidak beruntung.
Akankah di kehidupan berikutnya Luke akan mendapatkan keberuntungan atau malah menjadi kesialan baginya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BUBBLEBUNY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rimuru dan Luke Menjelajahi Sealed Cave
Setelah Veldora menghilang ke dalam perut Rimuru, suasana di gua terasa sedikit berbeda. Rimuru merasakan kekuatan baru yang bergejolak di dalam dirinya, sementara Luke tersenyum tipis, seolah mengetahui sesuatu yang tidak diungkapkan.
"Baiklah, Rimuru," kata Luke, memecah keheningan. "Karena kita sudah menjadi keluarga, bagaimana kalau kita menjelajahi Sealed Cave ini bersama? Aku yakin ada banyak hal menarik yang bisa kita temukan."
Rimuru mengangguk penuh semangat. "Kedengarannya menyenangkan! Aku penasaran apa yang ada di dalam sana."
Dengan langkah mantap, Rimuru dan Luke mulai menyusuri lorong-lorong gelap Sealed Cave. Udara di sekitar mereka terasa lembap dan dingin, dengan aroma tanah dan bebatuan yang kuat. Sesekali, mereka mendengar suara tetesan air yang jatuh dari langit-langit gua, menciptakan gema yang misterius.
Saat mereka berjalan lebih dalam, mereka mulai menemukan berbagai macam monster yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Ada laba-laba raksasa dengan mata merah menyala, kelelawar vampir yang terbang berputar-putar di atas kepala mereka, dan golem batu yang tampak kokoh dan menakutkan.
Namun, Rimuru dan Luke tidak gentar. Dengan kekuatan dan keterampilan mereka yang luar biasa, mereka dengan mudah mengalahkan setiap monster yang menghalangi jalan mereka. Rimuru menggunakan kemampuannya untuk menelan dan menganalisis monster-monster tersebut, sementara Luke menggunakan sihir kegelapannya untuk menghancurkan mereka dengan mudah.
"Luar biasa, Rimuru!" seru Luke, kagum dengan kemampuan Rimuru. "Kamu benar-benar slime yang luar biasa."
Rimuru tersenyum bangga. "Terima kasih, Luke. Tapi aku tidak akan bisa melakukan ini tanpa bantuanmu."
Setelah beberapa jam menjelajah, Rimuru dan Luke akhirnya tiba di sebuah ruangan besar yang terletak di jantung Sealed Cave. Di tengah ruangan itu, mereka melihat sebuah altar batu kuno yang dikelilingi oleh rune-rune misterius.
"Apa ini?" tanya Rimuru, menatap altar dengan rasa ingin tahu.
"Sepertinya ini adalah tempat ritual kuno," jawab Luke, sambil memeriksa rune-rune di sekitar altar. "Aku merasakan energi yang sangat kuat di sini."
Tiba-tiba, altar itu mulai bergetar, dan rune-rune di sekitarnya mulai bersinar terang. Dari tengah altar, muncul sebuah sosok berjubah hitam yang tampak menyeramkan.
"Siapa kalian?" tanya sosok itu dengan suara dingin. "Kenapa kalian berani mengganggu tempat suci ini?"
"Kami hanya ingin menjelajahi gua ini," jawab Rimuru, mencoba menenangkan situasi. "Kami tidak bermaksud jahat."
"Bohong!" bentak sosok itu. "Aku merasakan kekuatan jahat yang bergejolak di dalam diri kalian. Kalian pasti antek-antek iblis yang ingin menghancurkan dunia ini!"
Sosok itu kemudian mengangkat tangannya, dan energi gelap mulai berkumpul di sekitarnya. "Aku tidak akan membiarkan kalian melakukan itu. Aku akan menghancurkan kalian di sini dan sekarang!"
Pertarungan sengit pun tak terhindarkan. Sosok berjubah hitam itu ternyata adalah seorang penyihir kuno yang telah lama terperangkap di dalam Sealed Cave. Dia memiliki kekuatan sihir yang sangat besar, dan dia menggunakan semua kemampuannya untuk menyerang Rimuru dan Luke.
Rimuru dan Luke tidak mau kalah. Mereka bekerja sama dengan erat, menggabungkan kekuatan mereka untuk melawan penyihir itu. Rimuru menggunakan kemampuannya untuk menelan dan menetralkan serangan sihir penyihir, sementara Luke menggunakan sihir kegelapannya untuk menyerang balik.
Setelah pertarungan yang panjang dan melelahkan, Rimuru dan Luke akhirnya berhasil mengalahkan penyihir itu. Dengan menggunakan kombinasi serangan yang cerdik, mereka berhasil menghancurkan tubuh penyihir itu menjadi debu.
"Kita berhasil!" seru Rimuru, lega. "Kita berhasil mengalahkan penyihir itu."
"Ya, tapi ini belum berakhir," kata Luke, dengan nada serius. "Aku merasakan ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini. Kita harus terus menjelajahi gua ini sampai kita menemukan kebenaran yang sebenarnya."
Dengan semangat baru, Rimuru dan Luke melanjutkan petualangan mereka di dalam Sealed Cave. Mereka tahu bahwa bahaya masih mengintai di setiap sudut, tetapi mereka tidak takut. Mereka memiliki satu sama lain, dan mereka siap menghadapi tantangan apa pun yang menghadang mereka.
Setelah mengalahkan penyihir kuno, Rimuru dan Luke merasakan aura aneh yang tersisa di ruangan itu. Aura itu terasa berbeda dari energi sihir yang sebelumnya mereka rasakan.
"Apa itu?" tanya Rimuru, menatap sekeliling dengan waspada.
"Aku tidak yakin," jawab Luke, "tapi aku merasa ada sesuatu yang tersembunyi di sini. Kita harus mencari tahu."
Mereka mulai memeriksa setiap sudut ruangan, mencari petunjuk atau jalan tersembunyi. Setelah beberapa saat, Rimuru menemukan sebuah retakan kecil di dinding belakang altar.
"Luke, lihat ini!" seru Rimuru.
Luke mendekat dan memeriksa retakan itu. "Sepertinya ada lorong di balik dinding ini. Mungkin ini jalan menuju kebenaran yang kita cari."
Tanpa ragu, Rimuru menggunakan kemampuannya untuk memperbesar retakan itu, menciptakan sebuah lorong sempit yang cukup untuk mereka lewati. Mereka berdua masuk ke dalam lorong itu, berbekal cahaya dari sihir Luke.
Lorong itu berliku-liku dan sempit, memaksa mereka untuk berjalan beriringan. Udara di dalam lorong terasa semakin dingin dan lembap, dengan aroma yang semakin aneh.
"Aroma apa ini?" tanya Rimuru, mengerutkan hidungnya.
"Aku tidak tahu," jawab Luke, "tapi aku tidak menyukainya. Rasanya seperti bau kematian dan pembusukan."
Setelah berjalan cukup jauh, lorong itu akhirnya membawa mereka ke sebuah ruangan bawah tanah yang luas. Ruangan itu dipenuhi dengan tulang-belulang dan mayat-mayat yang telah membusuk. Di tengah ruangan, mereka melihat sebuah kolam besar yang berisi cairan hitam pekat.
"Apa ini?" tanya Rimuru, merasa ngeri dengan pemandangan di hadapannya.
"Ini adalah kolam mayat," jawab Luke, dengan nada serius. "Cairan ini adalah campuran dari darah, air mata, dan esensi kehidupan dari semua makhluk yang telah mati di sini."
Tiba-tiba, cairan di dalam kolam itu mulai bergejolak. Dari dalam kolam, muncul sesosok monster raksasa yang tampak mengerikan. Monster itu memiliki tubuh yang terdiri dari tulang-belulang dan daging busuk, dengan mata merah menyala yang menatap mereka dengan penuh kebencian.
"Siapa yang berani mengganggu tidurku?" geram monster itu dengan suara yang menggelegar.
"Kami tidak bermaksud mengganggumu," jawab Rimuru, mencoba menenangkan monster itu. "Kami hanya ingin mencari tahu apa yang terjadi di sini."
"Kalian tidak akan pernah tahu!" bentak monster itu. "Aku akan membunuh kalian semua dan menjadikan kalian bagian dari kolam mayat ini!"
Monster itu kemudian menyerang mereka dengan brutal. Rimuru dan Luke harus bekerja sama dengan erat untuk menghindari serangan monster itu. Rimuru menggunakan kemampuannya untuk menelan dan menetralkan serangan monster, sementara Luke menggunakan sihir kegelapannya untuk menyerang balik.
Pertarungan itu sangat sulit. Monster itu memiliki kekuatan dan daya tahan yang luar biasa. Setiap kali mereka berhasil melukainya, monster itu akan segera menyembuhkan dirinya sendiri dengan menggunakan cairan dari kolam mayat.
"Kita tidak bisa mengalahkannya seperti ini," kata Luke, terengah-engah. "Kita harus mencari cara untuk menghancurkan kolam mayat itu."
Rimuru mengangguk setuju. Dia kemudian menggunakan kemampuannya untuk menganalisis kolam mayat itu. Setelah beberapa saat, dia menemukan titik lemah di kolam itu.
"Luke, aku tahu apa yang harus kita lakukan!" seru Rimuru. "Kita harus menghancurkan inti dari kolam mayat ini. Inti itu terletak di tengah kolam, di bawah cairan hitam pekat."
"Bagaimana cara kita mencapai inti itu?" tanya Luke.
"Aku akan menggunakan kemampuanku untuk membuat jalan menuju inti itu," jawab Rimuru. "Kau harus melindungiku sementara aku melakukannya."
Luke mengangguk setuju. Rimuru kemudian memfokuskan seluruh kekuatannya dan mulai menciptakan sebuah jalan di tengah kolam mayat itu. Jalan itu terbuat dari energi sihir Rimuru, yang menahan cairan hitam pekat agar tidak menyentuh mereka.
Sementara Rimuru menciptakan jalan, Luke berdiri di depannya dan melindungi Rimuru dari serangan monster itu. Luke menggunakan semua sihir kegelapannya untuk menahan monster itu, memberikan Rimuru waktu yang cukup untuk menyelesaikan jalannya.
Setelah beberapa saat, Rimuru akhirnya berhasil menciptakan jalan menuju inti kolam mayat itu. Dia kemudian berlari menuju inti itu, diikuti oleh Luke.
Ketika mereka mencapai inti itu, mereka melihat sebuah kristal hitam besar yang memancarkan energi gelap. Kristal itu adalah sumber dari semua kekuatan kolam mayat itu.
"Kita harus menghancurkan kristal itu," kata Luke.
Rimuru mengangguk setuju. Dia kemudian menggunakan seluruh kekuatannya dan menghancurkan kristal itu dengan satu pukulan. Saat kristal itu hancur, kolam mayat itu mulai bergetar hebat. Cairan hitam pekat itu mulai menghilang, dan monster itu mulai melemah.
"Tidak!" teriak monster itu. "Ini tidak mungkin!"
Monster itu kemudian hancur menjadi debu, dan ruangan itu menjadi sunyi senyap.
Rimuru dan Luke terengah-engah, merasa lega bahwa mereka telah berhasil mengalahkan monster itu. Mereka tahu bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang baik, dan mereka siap untuk melanjutkan petualangan mereka.