Kata orang pernikahan cukup sekali dalam seumur hidup, tapi tidak dengan pernikahanku. Aku harus menelan kepahitan hidup saat mengetahui suami yang sangat aku cintai menghianati ku dan lebih memilih istri sirihnya.
Madu ku terlalu licik dan pintar dalam membalikan fakta, suatu malam dia memfitnah ku berakting seolah aku ingin menyakiti dia dan bayi yang dikandungnya malam itu juga tanpa ku sangka tanpa ku duga suamiku dengan tanpa perasan menjatuhkan talak 3 dan mengusirku dengan tragis.
Beberapa bulan setelah itu aku menikah lagi dengan seorang lelaki tampan dan mapan bahkan jauh segala-galanya nya dari mantan suamiku.
Suamiku yang kedua begitu dingin, egois dan arogan. Apapun yang dia inginkan harus sesuai, untuk awalan aku tidak mengerti seperti apa perasaanya padaku karna kami menikah bukan karna cinta melainkan demi kesembuhan Tante Lyra, Ibu dari suamiku yang kedua. Perjalanan cinta yang begitu panjang membuahkan hasil. Aku dan suami kedua ku bisa menemukan kebahagiaan yang utuh.
Author Akak Mei
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei_Mei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertengkar Dengan Mira
Aku terbangun, melihat sekeliling ruangan.
Aku lupa kalau aku sudah di kontrakan Mas Izham, Aku bangun dan ingin membersihkan diri.
Aku keluar, ku lihat Mas Izham dan istri sirihnya sedang menikmati makan malam.
"Kau sudah bangun Kei, sini makan malam bersama." Ajak Mas Izham.
"Aku cuma bikin nasi goreng dua piring kalau mau makan malam, masak sendiri." istri sirihnya Mas Izham berbicara ketus.
"Mira!!"
Mas Izham sedikit membentak istri sirihnya yang baru aku tahu bernama Mira.
"Kenapa sayang? aku juga bukan babu dia kali yang harus siapkan makan malam buat dia!!"
Mira terlihat marah pada Mas Izham.
"Kita barengan saja Kei" Mas Izham menawariku lagi.
"Nggak usah, aku bisa buat makan malam sendiri!!" jawab ku ketus, aku langsung berlalu melewati mereka. Aku membersihkan diri dan membuat makan malam sendiri.
Selesai aku membuat makan malam mereka sudah tidak ada dimeja makan, biarlah lebih baik makan sendiri daripada bersama istri sirih Mas Izham.
Aku menikmati makan malam ku tanpa memikirkan mereka, jika aku terus memikirkan mereka bisa-bisa aku jatuh sakit.
Kudengar suara tawa mereka didalam kamar sebelahku, tak terasa air mataku jatuh juga.
Ya Tuhan, begitu teganya Mas Izham padaku.
Selesai makan malam, aku langsung masuk kekamar, aku bingung harus apa. Aku hanya duduk disamping jendela memandang bulan yang tertutup mendung. Seperti hatiku saat ini. Samar-samar ku dengar suara desahan.
Aku pegangi dadaku. Ya Tuhan, ujian seperti apa ini? rasanya aku ingin menangis sekeras mungkin memaki dan menghina perbuatan mereka, begitu tak berperasaannya mereka padaku.
Wanita mana yang tidak sakit jika berada di posisiku. Aku ingin memaki mereka dan membunuh mereka sekarang juga.
Sampai tengah malam hampir menjelang subuh, mataku enggan terpejam.
byuuurrr,,
Aku langsung terbangun, ada seseorang menyiram ku siapa lagi kalau bukan maduku.
"Apa-apaan ini!!" kataku marah.
"Hei, bangun! enak aja Lo jam segini belum bangun, Lo itu bukan nyonya disini!!" suara Mira terdengar keras.
"Dan Lo juga bukan nyonya kan disini!!! Lo itu cuma istri sirih, sedangkan gue istri sah, dimana-mana istri sah yang pertama, bukan istri sirih seperti Lo!!" suara ku tak kalah keras dari Mira, aku tidak mau dia terus menerus menindas ku.
"Lo sudah berani sama gue!!"
"Memang kenapa?" aku juga menantang.
Tidak disangka dia maju mendekati ku dan,,
plaaaaak,,
dia menamparku dengan keras sampai aku pipiku terasa perih dan panas, aku sudah naik pitam aku berganti menamparnya dan tidak kalah keras seperti yang dia lakukan padaku tadi. Lagi dia menjabak rambutku, aku pun sama. Kami sama-sama adu kekuatan tidak ada yang mau mengalah.
"Wanita cacat!" ucapnya.
"Wanita tidak tahu malu!" balasku.
"Mira!! Kei!! hentikan!!!" suara Mas Izham membentak kami, aku melepas tanganku dari rambut Mira, Mira juga mulai melepaskan tangannya.
"Kalian apa-apaan, pagi buta seperti ini sudah bertengkar!!"
"Sayang, dia menamparku lihatlah pipiku pasti membekas, lalu bagaimana aku mau pergi ke Kantor, aku malu Sayang."
'cuih, pintar sekali dia bersilat lidah.'
"Aku juga tidak akan menamparmu kalau kamu tidak menamparku duluan, bahkan kau juga sudah menyiram ku dengan air!"
"Sayang, sudah siang begini dia masih belum bangun! Apa aku juga harus mengerjakan pekerjaan rumah, aku juga bekerja aku capek sayang."
"Benar yang dikatakan Mira, dia sudah lelah bekerja. Kei, kamu harus membantu mengerjakan pekerjaan rumah!"
Aku memandang Mas Izham, tidak percaya, inikah suami yang menikahi ku, rasanya tidak adil sekali Mas Izham hanya menghakimiku.
Mas Izham pergi meninggalkan kami.
"Hahaaa, istri sah? nyatanya Mas Izham lebih membelaku, kasian,, ck ck, malang ya, ditambah cacat lagi." Mira kembali menghinaku.
Nafasku naik turun, rasanya aku ingin menyumpal mulutnya dengan cabai, biar pedas seperti ucapannya.
"Sayang, dasi ku dimana?"
"Sebentar sayang..."
Mira beranjak dari kamar ku, aku luruh di lantai aku menangis lagi, ku menangisi nasibku.
Memang benar yang dikatakan istri sirih Mas Izham, aku memang wanita malang dan cacat. Sakit, hatiku sangat sakit berada diposisi ini.
Mas Izham masuk kekamar ku, aku masih bersandar disamping tempat tidurku. Mas Izham mendekatiku dan berjongkok di depanku. Dia menghapus air mataku. Dia memelukku erat, aku tumpahkan semua tangisku.
"Maafkan aku, Kei" Aku tak menjawab dan terus menangis.
"Mas, aku tidak sanggup, tolong lepaskan aku saja." pintaku memelas.
"Tidak, tidak Kei, aku tidak akan melepaskan mu, aku menyayangimu Kei." Mas Izham memang pandai mengatakan kata-kata romantis. Disaat keadaan seperti ini dia tidak mau melepaskan ku, sedang aku sangat sakit berada diposisi ini.
"Kalau kamu menyayangiku, kamu tidak akan pernah melakukan ini padaku mas." Aku masih terus menangis dan memukul-mukul dada Mas Izham. Mas Izham berbisik ditelingaku.
"Aku terpaksa melakukan ini Kei, supaya kita hidup enak jabatan dia dikantor sudah tinggi, dia wanita karir yang sudah membantuku, sampai aku pada jabatan sekarang."
"Dia sudah membeli rumah mewah dan akan segera pindah dari kontrakan kecil ini."
Apa? jadi suamiku menikahi dia hanya karna jabatan? Miris, sungguh miris telingaku mendengarnya.
"Kamu tega menyakiti hatiku hanya demi sebuah jabatan Mas?"
"Tolong mengertilah Kei, kita hanya perlu bersabar agar kita bisa bersama secara utuh. itu alasan kenapa aku memilih menikah sirih"
" Sayang..." Suara Mira terdengar, Mas Izham melepaskan pelukan kami, aku masih sesenggukan. Mas Izham menatap ku dan mencium keningku.
"Aku mencintaimu Kei, bersabarlah, aku pergi kekantor dulu." pamitnya.
Aku menarik nafas dan membuangnya pelan, untuk meredakan emosi dan menenangkan diri.
Aku lelah menangisi nasibku.
Aku keluar kamar dengan menyeret kakiku dengan tongkat, dan melihat dari jendela, Mas Izham dan Mira jalan bersama dan bergandengan tangan, Mas Izham membuka kan pintu untuk Mira dan tersenyum Manis,
Manis? walaupun manis, nyatanya senyuman itu bukan hanya untukku seorang.
Aku mengambil sapu dan menyapu seluruh lantai, mencuci piring, mencuci baju ku dan Mas Izham, Baju Mira? tidak akan Sudi aku mencuci baju madu ku.
Lelah sudah pasti, lelah fisik juga lelah hati.
Sebenernya aku berfikir untuk pisah, tetapi aku juga tidak bisa memungkiri bahwa aku masih sayang pada Mas Izham.
Meskipun Mas Izham sudah menghianatiku, tetapi aku masih belum rela meninggalkan dia.
Aku coba untuk bertahan, Aku akan mencoba bertahan di situasi ini, apalagi Mas Izham juga masih menyayangiku dan dia bilang mencintai ku.
Aku coba untuk bersabar, dan ikhlas, tetapi aku tidak akan tinggal diam jika istri sirih Mas Izham menghinaku.
sampai 2 dokter sama perawat nya ketakutan semua. .. sampai mereka berdoa semoga tidak ada lagi anggota keluarga tuan ken yang sakit' lagi. ..
🤣🤣🤣🤣🤣🤣