NovelToon NovelToon
One Night Recipe

One Night Recipe

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta pada Pandangan Pertama / Chicklit
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Giant Rosemary

Kehidupan Amori tidak akan pernah sama lagi setelah bertemu dengan Lucas, si pemain basket yang datang ke Indonesia hanya untuk memulihkan namanya. Kejadian satu malam membuat keduanya terikat, dan salah satunya enggan melepas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Giant Rosemary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lupa?

“Bukan dipecat, Mor. Cuma dipindah buat klien lain.”

“Tapi alasannya apa, Mbak? Kok tiba-tiba banget begitu? Tuan Walsh nggak puas ya, sama kinerja aku?” Amori menatap murung pada segelas teh hangat yang disajikan oleh Dara. Setelah mendapat pesan dari Ari, ia langsung datang ke kantor untuk meminta penjelasan pada atasannya itu. Walau harus menunggu dua jam sebelum kantor buka, Amori tetap bersikeras.

“Bukan begitu. Pak Ari ngajuin perubahan kontrak kerja kamu karena tamunya.”

“Maksudnya?”

“Kemarin mereka kedatangan tamu. Atlet yang lama tinggal di Amsterdam. Kamu tau kan?” Amori mengangguk.

“Tau. Mas Ari nyuruh saya masak makanan khas sana, buat tamunya.” Dara yang tadinya seibuk mondar-mandir, kemudian duduk di depan Amori dengan sebuah map transparan.

“Nah, kata Pak Ari tamunya ini cocok sama makanan kamu. Dan karena tamunya ini akan tinggal di Jakarta selama kurang lebih 3 bulan kedepan, buat persiapan kompetisi basket internasional atau apalah itu, saya nggak terlalu ngerti, mereka mau kamu ngurus makanannya. Denger-denger dia juga lagi proses pemulihan cedera, jadi makanannya harus cukup.”

“Bukannya, di club sebesar timnas, disediain ahli gizi Mbak?”

“Iya, tapi tamunya Tuan Walsh nggak cocok sama makanan yang mereka sediain. Jadi daripada ambil resiko, atletnya kurang gizi sebelum tanding, Tuan Walsh akhirnya setuju untuk trasnfer kamu ke dia.”

“Jadi, saya nggak dipecat Mbak?” Dara terkekeh, kemudian menggeleng.

“Nggak, udah tenang aja. Sampe pucet begitu mukanya.” Amori mengusak wajahnya lega.

“Masalahnya aku harus pindah tempat tinggal Mbak. Kalo dipecat, aku nggak ada penghasilan dong. Terus kalo nggak ada penghasilan, aku nggak bisa pindah.”

“Loh, pindah? Kenapa pindah? Katanya tempat kamu yang sekarang enak. Fasilitasnya lengkap, terus tetangganya juga nggak ada yang rese.”

“Ada masalah kemarin. Unitku di bobol. Nggak berani aku tinggal disana lagi.”

“Astaga, terus gimana? Yang bobol udah ketangkep belum?”

“Udah, tapi dibebasin lagi karena bisa ngasi uang jaminan.” Amori menghela malas karena ingat lagi wajah Damian ketika pria itu berhasil bebas begitu saja. “Jadi, aku mulai kerja sama atletnya Tuan Walsh kapan Mbak?”

Dara masih penasaran dengan cerita Amori tentang kediamannya yang kebobolan. Tapi melihat Amori langsung mengalihkan pembicaraan, ia tidak ingin mendrong gadis pucat itu. “Mulai nanti sore.” Dara mendekatkan map transparan yang iaba ke dekat Amori. “Ini data kliennya. Nanti asistennya akan jemput kamu kesini, jadi kamu istirahat di lantai 3 aja sambil nunggu. Buat menu yang harus dimasak, dia udah setuju sama siklus menu yang udah kamu buat untuk Tuan Walsh. Jadi nggak usah khawatir, kamu cuma harus bawa badan kesana.”

“Oh iya, terus Tuan Walsh gimana Mbak? Dia gampang banget sih ngoper aku gitu. Kayaknya bener deh, dia nggak gitu puas sama makanan aku.” Dara terkekeh geli melihat Amori terlihat kecewa.

“Dia nggak pernah komplain Mor. Jadi alasannya pasti pure karena kebutuhan atletnya aja.” Dara menepuk punggung tangan Amori yang masih terkulai di atas meja. “Udah ada yang gantiin kok. Udah, nggak usah dipikirin. Istirahat sana, muka kamu masih pucet banget.” tak menunggu disuruh dua kali, Amori akhirnya bangkit dan melenggang ke lantai tiga. Lantai khusus yang disediakan Maison Privee untuk para pegawainya yang butuh tempat istirahat sementara.

***

Pertemuan kedua para atlet timnas untuk agenda latihan hari ini berjalan lebih lancar daripada kemarin. Alasannya selain karena mereka sudah mulai berbaur dan familiar dengan rekan satu tim, juga karena kehadiran Lucas yang datang tepat waktu.

Sebagai bayaran atas kerelaan seorang Tyler Walsh melepas private chef-nya, Lucas jadi harus membayar mahal. Pria itu jadi harus membuat surat perjanjian hitam di atas putih, agar mau mengikuti semua agenda dengan disiplin dan tidak bisa seenak hatinya lagi.

“Dua putaran lagi!” teriak salah satu asisten pelatih. Walaupun lututnya mulai nyeri, Lucas tetap mengikuti perintah yang diberikan. Ia bersama rekan setimnya tidak bisa mengeluh walaupun napas mereka sudah terengah karena harus melakukan serangkaian latihan fisik.

“Oke, pemanasan selesai. Setelah ini kita masuk ke latihan utama. Lima menit, setelah itu kembali ke lapangan!” seketika para pemain bubar dari lapangan. Ada yang langsung merai handuk, botol minum atau bahkan ke lari ke kamar mandi. Lucas sendiri langsung duduk di tempat dirinya menaruh barang-barang. Beberapa pemain juga duduk di dekatnya.

Dani lalu datang, membawa sebuah tas punggung berukuran lumayan besar. Ia berlutut di hadapan Lucas lalu menyemprotkan cold spray ke lutut kanan Lucas, lalu menempelkan strapping tape di tempat yang sama.

“Gimana? Udah nyaman?” Lucas mengangguk singkat, lalu meneguk lagi minumannya.

“Amori gimana, lo jemput dia jam berapa?”

“Ck, jam 4. Ini serius gue yang jemput? Ntar lo gimana?”

“Ada Gaby, nanti dia dateng.” Dani tidak bisa protes lagi dengan sikap semena-mena Lucas. Semalam, untung saja Tyler tidak bersikap terlalu keras. Walaupun sempat menentang chef pribadinya ditransfer ke Lucas hanya karena urusan yang menurutnya kekanak-kanakan, tapi setelah diming-imingi dengan surat perjanjian pria itupun akhirnya setuju.

“Udah.”

“Thanks.” Dani pergi lagi dari sana setelah selesai meraat cedera Lucas. Dan semua itu dilihat oleh rekan Lucas yang lain. Ucapan sumbang pun kembali terdengar karena berita tentang Lucas dan datang dengan kondisi yang cedera pun terkonfirmasi benar.

“Cih, dia ditaro di SG biar nggak perlu banyak lari. Pemain rusak kok dipake.” Lucas jelas mendengar ucapan yang seolah sengaja diucapkan ketika gerombolan teman setimnya itu lewat di depannya. Lucas tak ambil pusing. Satu sudut bibirnya naik begitu santai.

***

Dani datang ke kantor Maison Privee tepat di pukul 4 sore. Lucas benar-benar tidak membiarkannya tenang sebelum Amori mendarat di kediaman sementara mereka selama di Jakarta. Sebuah unit apartemen di daerah Senayan, tidak jauh dari tempat latihannya.

Dani menunggu Amori di lobi. Sambil menunggu, ia sibuk dengan tabletnya. Melihat jadwal latihan, terapi dan juga pertemuan dengan pihak-pihak yang ingin mensponsori Lucas. Sejak kembali ke Indonesia, karena wajahnya yang tampan dan latar belakang orang tuanya, nama Lucas mendadak melejit dan penawaran kerjasama datang satu-persatu.

Tidak sampai sepuluh menit menunggu, dua sosok asing datang menghampiri Dani. Membuat pria berusia 30 tahun itu menutup tabletnya dan mendongak. Ketika melihat wajah-wajah sopan di hadapannya, Dani bangkit dari duduknya.

“Selamat sore, Pak Dani. Mohon maaf membuat anda menunggu.” kata Dara mewakili. Mata Dani membaca satu persatu nama pada name tag kedua wanita di hadapannya, dan setelah mengetahui yang mana Amori, Dani mengerti kenapa Lucas sampai sebegitunya ingin mencari gadis itu.

Wajah khas Indonesia, dengan senyum manis itu memang cukup menawan. Tingginya tidak seberapa, tapi jika dilihat dari postur tubuhnya, berat badannya pasti ideal. “Ini Amori?” tanya Dani basa-basi, menunjuk pada Amori yang masih tersenyum profesional.

“Saya Amori, Pak.” katanya sambil membalas jabatan tangan Dani. “Mohon bimbingannya.” Dani tersenyum lalu mengangguk pasti.

“Bisa kita pergi sekarang? Kita masih harus mengambil barang-barang dari tempat langganan Tuan Walsh.” tahu bahkan mereka akan mendatangi banyak tempat, Amori pun setuju. Mereka berpamitan pada Dara dan pergi dari gedung 5 lantai itu.

Seperti saat pertama kali bertemu dengan Ari, Amori tidak bisa langsung bersikap santai. Ia hanya bicara seperlunya, dan menjawab pertanyaan seprofesional mungkin. Setelah semua bahan sudah lengkap terambil, mereka harus berjuang melawan macetnya Jakarta. Amori mulai gelisah, ketika melihat jam begitu cepat berputar.

“Kenapa Mor? Kamu udah berulangkali lihat jam.”

“Oh, itu, saya cuma takut nggak selesai sebelum Tuan Lucas pulang.” kening Dani mengernyit.

“Kamu nggak harus selesai sebelum Lucas pulang kok. Fleksibel aja, Mor.” kata Dani kelewat santai. “Eh, nggak apa-apa kan, saya panggil langsung nama kamu? Kantor kamu nggak mengharuskan pegawainya pakai bahasa formal, kan?”

“Oh, nggak apa-apa Pak. Nggak ada aturan yang begitu kok.” Dani terkekeh.

“Kalau gitu kamu juga bisa santai ke saya. Panggil nama langsung juga nggak apa-apa.” Amori mengangguk, tapi seperti biasa ia masih butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Lalu Dani menjabarkan agenda Lucas. Secara garis besar, Amori tidak memiliki limit dalam jadwal kerja. Setiap dibutuhkan, Amori harus siap, selama jam kerjanya yang 8 jam tidak disalahi. Pun jika ada kelebihan jam kerja, semuanya akan dicatatat sebagai lembur.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah enak ketika mereka sampai. Kediaman Lucas tidak jauh beda dengan milik Tyler Walsh. Sama-sama mewah dan besar. Bedanya, dapur dan alat masak di kediaman Lucas tidak secanggih di kediaman Tyler.

Tak ingin membuang waktu, Amori langsung mulai bekerja setelah tur singkat dari Dani. Untuk makan malam Lucas yang katanya harus tinggi protein, Amori sengaja membuat sup labu yang creamy sebagai makanan pembuka. Lalu disusul dengan steak dan mashed potato sebagai main course dan ditutup dengan tiramisu cake. Dani bilang ia cukup membuatnya untuk 3 porsi, entah untuk siapa saja.

  Ditengah kesibukannya menghaluskan kentang, seorang pria dengan perawakan tinggi besar dan tampan datang. Amori langsung memasang signal, ia tahu pria itu adalah bos barunya. Jadi dengan cepat ia mencuci tangan, lalu menghampiri pria yang diapit oleh Dani di sisi kanan, dan seorang perempuan di sisi kirinya.

“Selamat malam, Tuan Lucas. Perkenalkan, saya Amori.” uluran tangannya tidak terbalas. Pria yang ia kira bernama Lucas itu masih menatapnya, lekat sekali hingga Amori tidak mampu bergerak. Ia menatap Dani untuk meminta bantuan, tapi pria itupun bungkam. Apa yang terjadi?

***

Bersambung....

1
Lory_kk
Semangat thor, jangan males update ya.
Hazel Nolasco
Ngangenin deh ceritanya.
Luna_UwU
Saya butuh lanjutannya, cepat donk 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!