Bunga yang pernah dikecewakan oleh seorang pria, akhirnya mulai membuka kembali hatinya untuk Malik yang selama setahun terus mengejar cintanya. Ia terima cinta Malik walau sebenarnya rasa itu belum ada. Namun Bunga memutuskan untuk benar-benar mencintai Malik setelah mereka berpacaran selama dua tahun, dan pria itu melamarnya. Cinta itu akhirnya hadir.
Tetapi, kecewa dan sakit hati kembali harus dirasakan oleh Bunga. Pria itu memutuskan hubungan dengannya, bahkan langsung menikahi wanita lain walaupun mereka baru putus selama sepuluh hari. Alasannyapun membuat Bunga semakin sakit dan akhirnya memikirkan, tidak ada pria yang tulus dan bertanggungjawab di dunia ini. Trauma itu menjalar di hatinya.
Apakah Bunga memang tidak diizinkan untuk bahagia? Apakah trauma ini akan selalu menghantuinya?
follow IG author : @tulisanmumu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mumu.ai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luka
Beruntung, hari itu pekerjaan Bunga sudah selesai dan Olivia adalah pasien terakhirnya. Setelah cukup lama berdiam diri di ruang praktik, Bunga akhirnya keluar dan segera pulang.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah, karena ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Ia hanya ingin segera tiba di rumah.
Setibanya di rumah, Bunga memarkirkan mobilnya begitu saja di halaman. Selain mobilnya, terlihat mobil Randi dan mobil sang ayah yang tampaknya sudah pulang kerja, terparkir rapi di garasi. Namun, Bunga tidak terlalu memperhatikan atau memedulikan nya.
Bunga masuk ke rumah dengan langkah tergesa, melewati ruang keluarga tanpa menoleh sedikit pun. Napasnya berat, langkahnya seperti dikejar sesuatu yang tak terlihat.
"Tumben jam segini sudah pulang, Nak?" tanya Lita heran. Bukannya menjawab, Bunga terus saja berlari menuju kamarnya yang ada di lantai dua.
"Kenapa dengan dia?" tanya Silvia yang heran. Pandangannya mengikuti punggung Bunga yang semakin menjauh.
“Entahlah. Sebentar, Mama susul,” ucap Lita, bangkit dari tempat duduknya. Ia meninggalkan suami, anak sulung, dan menantunya yang masih duduk di ruang tengah, lalu melangkah cepat menuju lantai dua.
Tiba di depan pintu kamar Bunga, Lita meraih gagang pintu, memutarnya perlahan. Syukurlah, tidak terkunci. Ia mendorong pintu pelan.
Begitu celah pintu terbuka, matanya langsung menangkap pemandangan yang membuat hatinya bergetar. Bunga duduk di lantai, punggungnya bersandar pada ranjang, kedua lutut tertekuk dan dipeluk erat. Kepala tertunduk, bahunya berguncang pelan.
Lita masuk dan melangkah perlahan, mendekati sang putri. Lita ikut duduk di lantai, di depan sang putri, dan ia mengusap kepala Bunga dengan pelan.
"Ada apa, Nak? Kalau kamu ada masalah, cerita sama Mama," ucap Lita pelan dan lembut.
Bunga mengangkat kepalanya dan menatap pada Lita. Matanya sudah sangat merah dan berair.
"Mama," panggilnya lirih.
"Iya, sayang," jawab Mama Lita.
"Kenapa dia begitu jahat, Ma," kata Bunga yang mengadu seperti anak kecil yang kehilangan mainannya.
"Siapa, Nak?" Kening Mama Lita mengkerut, bingung dengan maksud perkataan dari Bunga.
"Ma... Aku ngga tahu ternyata sangat sakit, Ma. Hatiku sangat sakit, Ma." Akhirnya runtuh sudah benteng pertahanan Bunga selama beberapa hari ini. Ia menangis dan memeluk Mama Lita begitu erat. Dalam pelukan sang ibu, Bunga tumpahkan semua kesedihan dan tangisan yang ia pendam. Ia sudah tidak mampu lagi berdiri tegak dengan kepura-puraan. Tidak ada lagi topeng ‘aku baik-baik saja’ yang selama ini ia pakai.
Mama Lita tidak mengeluarkan suara. Wanita itu hanya terus memeluk sang putri sambil mengelus punggung Bunga, berharap dengan ini bisa membuat putri bungsunya itu lebih sedikit tenang.
"Dia yang meminta aku untuk membuka hati. Dia yang meyakinkan aku kalau dia berbeda dengan Fadi. Dia yang terus bilang kalau dia sayang dan cinta sama aku. Dia yang bilang kalau ingin menikah dengan aku, Ma. Tapi kenapa dia malah menikah dengan yang lain, Ma. Sakit sekali…
Apa ini karma buat aku, Ma karena tidak pernah terlalu memedulikannya selama dua tahun ini. Apa ini balasan dia padaku, Ma. Tapi kenapa dia begitu kejam, Ma. Sakit, Ma. Ini sungguh sangat sakit.
Dia sangat tahu tentang traumaku memulai hubungan baru dengan pria. Tapi dia yang dulu sabar dan meminta aku menerimanya. Disaat aku sudah mulai menerima dan mencintainya, kenapa dia membuangku seperti ini, Ma. Sakit, Ma sakit..."
Tangisan pilu yang keluar dari mulut Bunga sangat menyakitkan hati seorang Mama Lita. Ia tak menyangka bahwa sang putri menyimpan luka yang begitu dalam pada seorang pria.
Di ambang pintu, Papa Bara, Silvia dan Randi yang berada di depan pintu juga ikut merasakan kesedihan Bunga. Silvia bahkan sampai tak kuat menopang dirinya dan kini ia dalam pelukan sang suami. Sementara Randi hanya menatap lantai dengan rahangnya yang mengeras.
"Awalnya ku kira dia meninggalkanku karena sudah capek karena terlalu lama menungguku membuka hati untuknya. Dua bulan lalu dia melamarku, Ma. Dia berniat serius padaku. Dia juga berjanji akan menemui Papa dan Mama, melamarku secara resmi ketika aku pulang ke rumah. Tapi sekarang dia menikah dengan yang lain. Bahkan wanita itu sudah hamil dua bulan. Lalu untuk apa dia melamarku waktu itu?” Suaranya mulai serak karena terus saja menangis dan berbicara dengan lantang di tengah tangisan memilukannya.
"Setelah dia melamarku dia tidur dengan perempuan lain sampai wanita itu hamil, Ma. Sakit, Ma. Hatiku sungguh sakit sekali." Tangis Bunga semakin kencang setelah memberikan fakta yang baru ia ketahui tadi. Bunga semakin kencang memeluk tubuh sang ibu. Air mata dan emosi yang ia tahan selama seminggu ini Bunga keluarkan semuanya. Bunga menangis dengan suara yang keras. Siapa yang tak pilu mendengar tangis dari gadis yang selama ini terkenal ceria dan periang.
"Ya Tuhan, putriku." Lita memeluk putrinya lebih erat lagi. Air matanya ikut jatuh terlebih mendengar pengakuan akhir dari sang putri. Ia tidak menyangka ada pria sekejam itu memperlakukan putrinya ini.
Bara yang tak kuat akhirnya masuk ke dalam dan ikut memeluk istri serta putrinya.
"Katakan sayang. Siapa pria itu? Siapa pria yang sudah menyakiti kamu sedalam ini?" tanya Bara lirih. Di usia Bunga yang sudah tiga puluh tahun lebih ini, belum pernah ia melihat putrinya menangis sedalam ini. Bahkan, ketika kecil dulu jatuh dari sepeda dan patah tangan, tangisnya tak sedahsyat sekarang.
Bunga tidak menjawab, wanita itu hanya terus menangis, mengeluarkan kesedihannya.
"Sayang, Papa minta kamu katakan siapa pria itu, Nak," ucap Bara sekali lagi ketika melihat Bunga sudah bisa menguasai dirinya.
"Malik," jawab Bunga lirih setelah diam yang cukup lama. Sebelumnya ia memikirkan apakah Papanya akan berbuat sesuatu pada Malik jika ia jujur. Dan keputusan akhirnya adalah, ia tidak peduli. Sudah tidak ada gunanya ia memedulikan pria itu, dan ia tidak peduli jika sang Papa nanti akan menemui pria itu.
"Malik siapa?" tanya Bara yang bingung.
"Malik, asisten Tuan Rendra dari Gama Corp," jawab Bunga.
Tidak hanya Bara yang terkejut, namun Randi yang masih berdiri di ambang pintu bersama dengan Silvia juga terkejut mendengar ucapan Bunga. Nama Malik bukanlah nama asing di telinganya. Ia cukup mengenal pria itu dengan baik.
Tangan sebelah kirinya yang bebas mengepal keras. Silvia yang mengetahui jika sang suami saat ini sedang emosi mencoba menenangkan sang suami, meski dirinya sendiri ingin berteriak. Baginya, tak ada yang lebih menyakitkan daripada melihat adik kesayangannya diperlakukan sehina itu oleh seorang pria, sehingga dirinya tidak akan melarang jika nantinya Randi akan membuat perhitungan pada Malik.
****
Semoga masih ada harapan Bunga kembali ke Fadi
Mama nya Jelita hamil dengan orang lain dan Fadi yg menikahi nya
Jelita bertemu dengan tante Bunga di IGD & Bunga tidak menyangka kalau papa Jelita adalah Fadi sang mantan.
2 mantan berada di IGD semua dengan kondisi yang berbeda