NovelToon NovelToon
Ketika Suamiku Pergi

Ketika Suamiku Pergi

Status: tamat
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:16.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ni R

Ditinggal saat sedang hamil, Elma terpaksa bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhannya seorang diri. Yang lebih menyakitkan daripada sekedar ditinggal, ternyata suami Elma yang bernama Dion secara diam-diam menceraikan Elma. Dan dibalik pernikahan tersebut, ada kebenaran yang jauh lebih menyakitkan lagi bagi Elma. Penasaran? Yuk baca ceritanya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kau Dan Aku

Sore itu, hujan gerimis, suasana tampak lengang, hanya terdengar suara gemericik air yang menetes dari atap. Ratna duduk di ruang tamu, menatap layar televisi tanpa benar-benar memperhatikan apa yang ditayangkan. Firasat aneh sejak pagi membuat dadanya terasa tidak tenang. Ia mencoba menenangkan diri dengan secangkir teh hangat, tetapi hatinya justru semakin gelisah.

Ponselnya yang tergeletak di atas meja tiba-tiba bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Ratna mengerutkan kening, awalnya ragu untuk membukanya. Namun rasa penasaran membuat tangannya bergerak cepat. Begitu pesan itu terbuka, matanya langsung membulat lebar.

Sebuah foto terpampang jelas di layar. Seorang bayi laki-laki yang tampak baru lahir, dibalut selimut biru muda. Wajahnya lembut, matanya tertutup, dan di dada mungilnya ada kalung kecil dengan huruf “D.” Ratna mematung. Napasnya tercekat, tangannya gemetar hebat. Foto itu bukan foto asing baginya. Ia tahu betul siapa bayi itu, bayi yang dulu ia anggap sudah meninggal dunia, bayi yang seharusnya tidak pernah lagi terlihat di dunia ini.

Ratna menelan ludah dengan susah payah, dadanya berdebar semakin kencang. Tidak mungkin, gumamnya. Ia mencoba menenangkan diri, mengira bahwa itu mungkin hanya foto lama yang entah bagaimana bocor. Namun detik berikutnya, pesan kedua masuk.

"Bayi ini tidak mati, Nyonya Ratna. Dia tumbuh sehat. Kau ingin tahu di mana dia sekarang?”

Pesan itu membuat tubuh Ratna seperti kehilangan tenaga. Jantungnya berdetak tak karuan, keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia menatap layar dengan tatapan panik, mencoba mencari tahu siapa pengirim pesan itu, tetapi nomor tersebut benar-benar tidak dikenal. Tak ada nama, tak ada foto profil, hanya deretan angka acak yang menimbulkan rasa was-was.

Ratna buru-buru menekan tombol panggil, berharap bisa mendengar suara di seberang. Namun yang terdengar hanya nada sambung yang berakhir dengan pesan suara otomatis, Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif.

Tangannya terkulai lemah, ponsel nyaris terjatuh dari genggaman. Ratna memegangi dadanya yang terasa sesak, napasnya tersengal. Bayangan masa lalu mulai menyeruak dalam benaknya, wajah bayi itu, tangisan pertama yang dulu hanya berlangsung sebentar, lalu kabar kematian yang datang begitu cepat dari bidan. Semua terputar lagi, membuat tubuhnya menggigil.

“Tidak mungkin, bayi itu sudah mati… sudah mati!” gumamnya setengah histeris.

Namun kata-kata itu justru semakin mengguncang pikirannya. Jika benar bayi itu masih hidup, berarti ada seseorang yang mengetahui rahasia kelam keluarga mereka, rahasia yang selama ini ia kubur dalam-dalam bersama kebohongan besar yang hanya diketahui dirinya dan suaminya yang kini telah tiada.

Ratna bangkit tergesa, berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Ia ingin menelepon Diana atau Dion, tetapi segera mengurungkan niat. Tidak… tidak boleh ada yang tahu soal ini dulu. Kalau benar ada yang tahu, semuanya bisa hancur.

Ia menatap lagi layar ponselnya, foto bayi itu masih terpampang di sana, seolah menatap langsung ke dalam hatinya. Air mata perlahan jatuh di pipinya yang menua. “Siapa kau, dan apa yang kau inginkan dariku?” bisiknya lirih dengan suara bergetar.

Malam itu, Ratna tidak bisa tidur. Setiap kali ia memejamkan mata, wajah bayi itu terus menghantui pikirannya, bayi yang seharusnya tidak ada lagi di dunia ini, tapi sekarang kembi membawa ketakutan yang perlahan menggerogoti kewarasannya.

***

Pagi itu suasana terasa tenang. Cahaya matahari menembus tirai kamar Elma, membangunkannya dari tidur yang cukup panjang. Tubuhnya sudah mulai membaik, meski sesekali rasa lemah masih datang menghampiri. Ia menatap jam di dinding, sudah hampir pukul sembilan. Ada sesuatu yang membuatnya gelisah sejak pagi, keinginannya untuk bekerja dan mandiri lagi. Sejak kehilangan bayinya, Elma merasa hampa, dan hanya dengan bekerja ia bisa menutupi luka itu.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara ketukan di pintu. Elma bergegas membuka, dan senyum kecil terbit di wajahnya saat melihat siapa yang datang. Amar berdiri di depan pintu dengan setelan kasual, menenteng kantong kertas berisi makanan.

“Selamat pagi,” ucap Amar lembut.

Elma membalas dengan senyum tipis. “Kau datang sepagi ini?”

“Aku baru pulang dari tempat langganan sarapan. Kupikir kau belum makan,” jawab Amar sambil masuk dan menata makanan di meja.

Suasana hening sejenak. Amar memperhatikan wajah Elma yang mulai segar, namun matanya masih menyimpan duka. Setelah beberapa menit, Elma memberanikan diri membuka pembicaraan.

“Amar…” suaranya pelan. “Aku ingin bicara sesuatu yang penting.”

Amar menatapnya. “Tentang apa?”

Elma menarik napas panjang. “Aku ingin bekerja lagi. Tolong bantu aku. Aku tidak ingin terus seperti ini, duduk di rumah tanpa arah. Aku butuh kegiatan, sesuatu yang bisa membuatku merasa hidup lagi.”

Amar terdiam sejenak, lalu menggeleng perlahan. “Belum saatnya, Elma.”

“Tapi aku sudah cukup kuat,” balas Elma cepat, nada suaranya mulai memohon. “Aku tidak mau jadi bebanmu terus. Aku bisa bantu di kantormu, atau di mana saja. Aku hanya ingin melakukan sesuatu.”

Amar menatap mata Elma dengan tenang, lalu menjawab, “Aku tahu kau ingin bangkit, tapi tubuhmu belum sepenuhnya pulih. Kau masih sering pusing dan kehilangan tenaga, kan?”

Elma terdiam. Ia memang masih merasa lemah kadang-kadang, tapi tak ingin mengakuinya. “Aku baik-baik saja,” elaknya pelan.

Amar menghela napas, kemudian berjalan mendekat. “Dengarkan aku,” katanya lembut. “Aku janji, setelah masa pemulihanmu selesai, aku akan memberikan pekerjaan yang pantas untukmu. Tapi untuk sekarang, istirahatlah dulu. Aku tidak mau melihatmu jatuh sakit lagi.”

Nada suara Amar begitu tegas namun hangat, membuat Elma tidak bisa membantah. Ia menunduk, menggenggam tangannya sendiri.

“Baiklah,” ucapnya. “Aku akan menunggu.”

Amar tersenyum, menepuk bahunya pelan. “Itu sikap yang bijak. Percayalah, aku tidak akan membiarkanmu sendirian.”

Mereka pun makan bersama dengan suasana yang lebih ringan. Namun di balik ketenangan itu, Elma masih menyimpan rasa gelisah. Ia tahu Amar menyembunyikan sesuatu, sesuatu yang ia sebut sebagai “rencana untuk membuat Ratna dan keluarganya hancur.” Ia tidak tahu apa bentuknya, tapi firasatnya mengatakan badai besar akan segera datang.

Sementara Amar, diam-diam menatap Elma dengan penuh tekad. Ia sudah berjanji dalam hati, kali ini tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti perempuan itu lagi. Tidak Ratna, tidak Diana, tidak Dion, tidak seorang pun.

"Amar, apa kau akan menetap di kota ini lagi?" tanya Elma penasaran.

"Iya. Sebelum meninggal, kakek meminta aku untuk mengurus semua bisnis keluarga. Aku tidak memiliki banyak pilihan selain menerima, kau tahu sendiri aku tidak memiliki saudara lagi sekarang."

"Kau dan aku sekarang sama-sama sebatang kara. Bedanya kau kaya, sedangkan aku miskin," ucap Elma kemudian tertawa.

Amar juga ikut tertawa, rasanya sudah lama sekali ia tidak melihat Elma tertawa lepas seperti ini.

1
Arin
/Heart/
Nie_Ayu
👏
Nie_Ayu
👏👏👏
Dewi Ajah
biar mengalir aja el
Dewi Ajah
keren lah elma.. bisa berkata tegas sama dion n mak nya.. biar makin gila mereka🤭
Sunaryati
Lanjuut
Arin
Biar mereka yang jahat mendapatkan apa yang mereka lakukan Elma.
Sekarang tinggal dirimu menyongsong bahagia tanpa ada bayang masa lalu yang menyakitkan
Lisa Yacoub
ceritanya bagus, thor.
Lisa Yacoub
tadi Amar naik motor, kok sekarang naik mobil, thor?
Sunaryati
Kok yang pergi Yardan, apa mereka tinggal di rumah Diana? Kehancuran kamu perlahan namu pasti sudah berjalan Diana, Dion dan Fira juga sudah , nikmati saja
Sunaryati
Karma itu datang pada orang yang mengabaikan pepatah yang kita tanam nanti kita tuai jugs
Sunaryati
Mana sikap percaya diri dan kesombongan kamu Diana?
Dwi Agustina
Karma dibayar satu persatu👍
Sunaryati
Itulah jika hidup bergantung pada orang-lain walaupun itu suami atau istri, apalagi perangai kalian sebelumnya buruk, maka tidak ada yang percaya. Nikmatilah buah perilakumu pada Elma dan orang- orang yang pernah kau kecewakan Ratna Dion, dan Diana
Sunaryati
Mantaaap lanjutkan Amar hentian Dion melalui istrinya Fera dan jangan lupa Diana yang menyiksa Elma sampai keguguran, yo tak tunggu aksimu
Sunaryati
Dion dan Disna tidak akan mendapatkan apapun dari Elma
R Ni: mereka akan mendapatkan kehancuran
total 1 replies
Sunaryati
Aku juga menantikan momen itu Amar. Mertua kejam dan angkuh ternyata melakukan pembunuhan di mass lalu. Setelah itu bisnis ilegal Fera dibongkar. Makin seru.
R Ni: setelah ini akan ketahuan
total 1 replies
Sunaryati
Amat pinter membuat lawan ketakutan, bener makin lama Ratna aka depresi berat dan gila. Membuat Repot anak- anaknya.
R Ni: dan anaknya akan penasaran 👍🏻
total 1 replies
Dwi Agustina
Amar mmg lawan yg sepadan biar g berasa aling diatas sj👍
R Ni: iya kakak🤭🤭
total 1 replies
Sunaryati
Semakin seru lanjut
R Ni: iya kakak🌹🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!